Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Alya917Avatar border
TS
Alya917
Kasus Penipuan! Korban yang Bodoh atau Penipu yang Biadab?


Pernah gak agan-agan yang baca tulisan ini ditipu orang? Banyak reaksi berbeda yang bakal keluar dari setiap orang yang pernah kena tipu, dari mulai merapalkan sumpah serapah ke si penipu, hingga yang berusaha sabar lalu menginstropeksi diri.

Tapi, tunggu, deh. Penipuan yang dimaksud kali ini tentang apa dulu, nih? Karena, sederhananya yang dinamakan penipuan itu ketika ada seseorang yang menjanjikan suatu hal, lantas mengingkarinya. Misalnya, pacar agan atau sista janjiin bakal melamar, eh, malah ingkar mulu. Nah, itu juga termasuk penipuan kan? Hihi. 😆

Forget about that, topik kali ini, ranah penipuannya itu bukan tentang si penipu cinta, ya. Tapi, tentang si penipu uang, yang mana, kalau bulan puasa, deket-deket lebaran, para penipu itu melancarkan aksinya.

Banyak sekali motif penipuan yang sudah pernah terjadi di dunia ini, termasuk Indonesia. Apalagi dengan kecanggihan teknologi yang tak ada duanya, kini semakin mempermudah para penipu membuat trik-trik penipuan. Trik-trik yang bisa membuat para korban percaya akan tiruannya, atau bahkan trik hipnotis yang bisa membuat korban tunduk patuh secara utuh pada penipu.

Siapa sebenarnya yang patut disalahkan dalam hal ini? Apakah kebodohan si korban yang tidak bisa menyadari dirinya sedang ditipu sekaligus tidak cukup pintar membaca situasi. Ataukah si penipu biadab itu yang tidak pernah belajar amar ma'ruf dan nahi munkar. 😆😆😆

Mungkin, sebagian orang yang merasa sangat rugi karena ditipu akan menyalahkan si penipu itu habis-habisan. Mencak-mencak di tempat berharap uangnya kembali. Tidak rela jika uangnya harus diambil orang dengan cara semudah penipu lakukan padanya, padahal dirinya sudah susah payah, banting tulang cari uang. Sibuk bercerita sana-sini agar mendapat simpatu dan belas kasih orang lain karena dirinya baru saja tertipu.

Sebenarnya, tidak ada masalah buat menceritakan pengalaman tertipu pada orang lain, karena boleh jadi, dengan bercerita akan memberikan pelajaran pada orang lain dan diri sendiri agar tidak tertipu lagi. Tapi, sadarilah satu hal, apa-apa yang ada di dunia ini bukanlah seutuhnya milik kita, bukan? Jadi, kalau memang harus hilang, ya ikhlaskan, itu hanya titipan.

Memang tidak mudah untuk mengikhlaskan hasil jerih payah diri sendiri, tapi, bukan berarti tidak mungkin, kok. Dan, bukan berarti, dengan memilih ikhlas, si korban penipuan ini membenarkan kelakuan si penipu, kok. Penipu itu juga patut disalahkan atas tindakan tak bertanggungjawabnya itu. Apa si penipu tidak berpikir, dirinya akan memakan uang haram. Ah, peduli amat dengan haram, yang penting punya banyak uang. Mungkin sebagian penipu berpikir keji kayak gitu.

Tapi, ada sebagian penipu yang benar-benar "terpaksa" melakukannya lantaran latar belakang ekonomi yang rendah. Kalau sudah begini, siapa lagi yang harus disalahkan? Pemerintah? Bukan. Sekarang bukan soal salah-menyalahkan. Tapi, saling introspeksi diri masing-masing.

Seandainya, setiap orang memahami tujuan dan hakikat hidup ini, dan juga memahami segala kewajiban, larangan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, mustahil rasanya kejahatan macam ini akan terjadi. Dan, sekalipun terjadi, tidak akan si korban merengek-rengek uangnya untuk kembali lagi, that's impossible thing. Kenapa tidak akan?

Karena, jika diibaratkan dengan penjaga tempat penitipan motor, yang setiap harinya dititipi motor, mereka tidak akan marah apalagi meminta motor itu dikembalikan padanya. Kenapa? Karena itu bukan miliknya. Sekali lagi, itu hanya titipan, yang tidak mengharuskan orang yang dititipi itu marah jika motornya dinihilkan.

Penting bagi setiap orang memahami itu, dan mencoba mengintropeksi diri, kenapa dirinya bisa tertipu? Apakah sebuah sindiran dari Sang Pencipta, lantaran dirinya kurang bersedekah. Dan, Sang Pencipta ingin hambanya itu sadar bahwa di balik rezeki yang dimiliki seseorang itu, terdapat rezeki orang lain juga.

Atau, jika ada sebagian orang yang berpendapat bahwa dirinya sudah rutin bersedekah, mengeluarkan sebagian hartanya. Tapi, kenapa tetap saja terkena tipu? Nah, jika benar seperti ini kejadiannya, berarti kasus penipuan itu bisa disebut sebagai ujian. Kenapa ujian? Karena, Sang Pencipta ingin menguji, akankah yang terkena tipu itu masih akan bersedekah, berbagi harta pada yang membutuhkan, di samping dirinya yang sedang terkena penipuan.

Setidaknya, para korban penipuan harus sadar karena kasus penipuan uang ini, apa gunanya kebijakan over limit pada ATM. Hihi. 😉

Sumber gambar:
https://www.nusabali.com/berita/5259...ne-mendominasi
infinitesoul
pakolihakbar
aldysadi
aldysadi dan 20 lainnya memberi reputasi
21
1.1K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.