Penyebaran virus Corona di Indonesia terus meningkat. Hingga per 30 April 2020 saja sudah mencapai 9000-an orang yang terkena positif Corona dan kemungkinan angka ini bisa bertambah. Melihat kenaikan yang signifikan tersebut, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk memutus mata rantai wabah ini. Mulai dari sosial distancing, psyhcal distancing, hingga yang terbaru penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Namun, nampaknya keputusan untuk melaksanakan PSBB ini tidak serta merta diterima oleh masyarakat begitu saja. Banyak juga yang melakukan penolakan. Apalagi bagi mereka yang memang memperoleh penghasilannya dari harian. Tentu hal itu akan sangat berdampak besar kepada ekonomi keluarganya.



Sudah ada beberapa wilayah di Indonesia yang melaksanakan kebijakan dari pemerintah tersebut, di antaranya DKI Jakarta, Kota Banjarmasin, Kota Tarakan, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Tegal, Provinsi Sumatera Barat, Kota Makassar, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Pekanbaru.

Walau ada beberapa provinsi dan kota yang belum mengajukan PSBB, pada dasarnya kebijakan pemerintah tersebut juga berlaku bagi wilayah yang belum menerapkan PSBB secara total. Sejumlah daerah telah menertibkan masyarakatnya agar menjauhi keramaian, dan tidak membuat sesuatu yang berpotensi mengumpulkan orang banyak.



Penertiban terus dilakukan khususnya di pasar. Para pedagang yang masih tetap berjualan terpaksa harus ditertibkan. Namun, tak semua berjalan lancar. Seperti kejadian di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Seorang lelaki yang menjual takjil mengamuk karena tak ingin dipindahkan ke lokasi yang baru sesuai anjuran pemerintah.

Pria paruh baya yang menjajakkan menu berbuka puasa tersebut terlihat menendang dagangannya hingga berantakan dan berserakan. Kejadian yang membuat heboh seisi pasar tersebut terjadi pada Selasa, 28 April 2020. Sore itu tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polisi, Satpol PP, serta Petugas Dinas Perhubungan (Dishub) menggelar operasi tertib pasar di Jalan Bawakaraeng, Kelurahan Balangnipa.



Para petugas terpaksa menertibkan karena para pedagang berjualan secara berdempetan tanpa menerapkan sosial distancing, hingga hal tersebut bisa memicu kerumanan orang. Sebelum penertiban, Pemkab Sinjai telah mengeluarkan surat edaran yang berisi agar para penjual takjil tidak berdagang di tempat yang mampu berpotensi membuat kerumunan banyak orang.

Imbauan ini dikeluarkan langsung melalui Surat Edaran Bupati Sinjai Nomor 19 tahun 2020 tentang Penataan dan Pembatasan Jam serta penerapan jarak fisik atau physical distancing di lokasi penjual takjil selama bulan Ramadhan 1441 H.



Namun, edaran tersebut sepertinya tidak membuat para pedagang musiman ini mematuhinya. Mereka masih tetap berjualan di lokasi yang bukan sesuai anjuran pemerintah. Alasannya ialah karena tempat yang direkomendasikan dinilai sepi dan tidak banyak pembeli. Maka akhirnya mereka tetap berdagang di area parkir pasar Sentral Sinjai. Sementara untuk lokasi yang telah disiapkan pemerintah sudah sesuai standar pencegahan Corona yakni setiap lapak berjarak 2 meter.



Peristiwa semacam ini terkadang membuat geram. Namun, keputusan para pedagang pun beralasan. Seandainya saja para pedagang tersebut mematuhi perintah dengan legowo dan mau berjualan di lokasi yang telah ditetapkan tentu tidak akan menimbulkan paksaan dari para petugas. Dan para pembeli pun mau tidak mau pasti akan ke tempat berdagang yang baru.

Sumber :

1

2