AKURAT.CO, Seorang alumnus Universitas Islam Indonesia ( UII ) berinisal IM disebut telah melakukan kekerasan seksual terhadap korban yang berjumlah lima orang lebih. Ini diungkap melalui keterangan resmi dari Aliansi UII Bergerak.

Dalam rilis itu, disebutkan bahwa IM merupakan Alumnus UII Jurusan Arsitektur angkatan 2012 dan lulus pada 2016. Dikatakan, ada dua orang yang telah membuat laporan resmi kepada Aliansi UII Bergerak lantaran menjadi korban kekerasan seksual saat berada di lingkungan kampus.

Meski, per 28 April 2020, dari infomasi yang diperoleh data jumlah korban lebih dari lima orang. "Terlepas dari dua kasus yang sudah dilaporkan pada kami, ada kasus yang sudah dilaporkan kepada pihak kampus 2 tahun lalu, namun respon yang diberikan oleh birokrat universitas terkait kasus ini di luar harapan," demikian bunyi penggalan rilis yang diterima, Rabu (29/4/2020).

Menurut rilis tersebut, pihak kampus justru menyebut korban mengeluarkan reaksi emosional berlebihan. Lalu, alih-alih mendapatkan teguran dan hukuman, IM malah terus menerus mendapatkan ruang dalam acara-acara seminar yang diadakan oleh UII , menjadi narasumber salah satu program branding kampus yang berjudul 'Program Inspirasi UII ' yang dimuat di kanal YouTube.

"Realitas ini memantapkan analisa kami bahwa ada upaya kampus untuk melindungi pelaku kekerasan seksual di lingkungan UII . Ditambah glorifikasi yang besar terhadap IM mendukung pelaku untuk melakukan kekerasan seksual kembali," lanjut rilis itu.

Sementara, dituliskan dalam rilis itu alasan kampus tak bisa menindak kasus-kasus yang ada karena IM bukan lagi mahasiswa aktif UII . Sementara, kasus-kasus sebelumnya dinilai direspons negatif oleh kampus yang tidak memihak pada penyintas.

Atas dasar itu, Aliansi UII Bergerak menyatakan sejumlah sikapnya. Antara lain, menuntut Rektor UII menutup seluruh akses bagi IM di lingkungan kampus baik offline maupun online, termasuk tak memberi peluang untuk menjadi dosen di masa mendatang.

Tuntutan berikutnya kepada UII , membentuk tim adhoc yang berpihak kepada penyintas beranggotakan mahasiswa, dosen, juga bidang kemahasiswaan. Lalu, menjamin keamanan penyintas dan memberikan pendampingan psikologi.

Kemudian, menuntut UII membentuk tim penyusun draft regulasi khusus penanganan kasus kekerasan seksual yang berpihak pada penyintas di lingkungan kampus untuk segera disahkan.

"Tuntutan kami butuh upaya yang lebih besar dan luas. Perjuangan melawan kekerasan seksual tidak dapat sepenuhnya dibebankan pada penyintas.
Belajar dari kasus kekerasan seksual di institusi pendidikan, perlawanan terhadap kekerasan seksual adalah perjuangan yang terjal dan berliku," tulis rilis itu.

Sementara, Rektor UII Fathul Wahid menyatakan pihaknya tengah menelusuri ke belakang jejak kasus ini. Meski belum ditemukan laporan resmi ke kampus,
UII tetap membentuk tim yang bergerak secara khusus untuk proses investigasi.

"Jika itu benar adanya UII dalam posisi tidak memberikan ruang sedikit pun untuk praktik kekerasan atau pelecehan seksual. Itu sikap UII ," tegas Fathul.

Di satu sisi, kampus juga akan berupaya memberikan pendampingan psikologis dan dukungan pada penyintas. Satu di antaranya lewat LKBH Fakultas Hukum UII jikalau korban ingin melapor ke pihak berwajib.

"Dan posisi kami tidak bisa memproses IM karena yang bersangkutan sudah lulus 4 tahun yang lalu. Sehingga kami mendorong korban untuk mengambil langkah hukum, karena itu satu-satunya yang mungkin dilakukan saat ini," paparnya.

Selain itu, UII juga akan memutus hubungan kepada yang bersangkutan dan tak akan lagi menjalin kerja sama ke depannya jika kasus ini terbukti nantinya. "Kalau di dalam perspektif hukum harus ada proses pembuktian kan itu juga harus kita junjung juga," pungkasnya.[]



[url]https://m.akuraS E N S O Rid-1100812-read-alumnusnya-diduga-jadi-pelaku-pelecehan-seksual-uii-bentuk-tim-investigasi[/url]