Apa yang kita tanam, maka itulah yang akan kita panen nantinya.

Seorang gadis kecil berkempang dua menangis tersedu, di depan rumahnya. Tangisnya kian kencang saat pintu terbuka. Seorang wanita tampak terkejut melihat putrinya menangis.

"Kenapa sayang kok nangis, udah ke warungnya?" tanya sangat Ibu sambil berjongkok, mengamati wajah puterinya lebih dekat.

"Belum, Tuti gak mau anterin."

"Loh, kok! Kenapa?"

"Kemarin, Tuti minta dianterin, aku gak mau. Sekarang jadinya gantian."

"Oh gitu ya, sudah. Yu, masuk,"

"Kamu marah sama Tuti?" tanya ibunya lagi setelah duduk di kursi ruang tamu.

Gadis kecil itu hanya diam tak menjawab, namun raut wajahnya menyimpan kekesalan yang dalam.

"Makanya lain kali gak boleh seperti itu, sing nandur mesti ngunduh. Siapa yang menanam, ia akan panen. Makanya tanamlah kebaikan maka kamu akan panen kebaikan."

Gadis kecil itu terdiam, ia mengerti apa yang menimpanya adalah buah dari perilakunya kemarin.

Sejak saat itu, gadis itu selalu berusaha untuk berbuat baik kepada siapa pun. Karena ia percaya bahwa pada akhirnya kebaikan itu akan kembali. Ia berjanji akan mengingat kata-kata ibunya sebagai pegangan dalam hidup. Ya, gadis kecil itu adalah aku.



Seiring dengan judul dalam thread ini. Tanam jagung tumbuh jagung, tanam padi tumbuh padi. Kalimat itu adalah gambaran tentang sebuah perilaku. Artinya apa yang kita hasilkan adalah buah dari apa yang kita tanam. Sikap kita terhadap orang lain menentukan bagaimana sikap orang lain terhadap kita.

Hal itu tidak berlaku dalam satu bidang kehidupan. Dalam segala hal sikap dan perbuatan baik harus tetap dibawa serta, di dunia maya sekali pun.

Saat kita bersikap baik, di mana pun kita akan mudah mendapat kebaikan dari orang lain. Bahkan orang yang belum pernah kita temui sekalipun.

Di sini aku ingin bercerita betapa kebaikan kecil berdampak besar terhadapku. Aku benar-benar telah merasakan kebaikan-kebaikan dari orang lain. Mereka adalah para pejuang literasi yang dengan ikhlas mau berbagi materi keilmuan tanpa pamrih. Mungkin bagi orang lain itu kecil dan sepele, tetapi bagiku, mereka luar biasa. Meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk kami/saya yang belum mereka kenal sama sekali. Kerja keras dan kebaikan mereka nyata manfaatnya.



Dulu aku sama sekali tak mengerti dunia tulis menulis. Tanda baca salah tempat hingga kerancuhan dalam kalimat. Tadinya aku pikir hal itu tak berarti.

"Ih cuma salah koma dan titik doang ge," ternyata hal seremeh itu punya makna yang besar.

Bayangkan saja, jika hal seremeh itu gak diperhatikan dan dibiarkan berlarut-larut dakam kesalahan. Aku yakin, tak akan pernah sampai pada titik ini sekarang. Terlebih lagi aku memang gaptek dan kurang pergaulan.



Banyak hal kecil yang tak kumengerti, tetapi mereka selalu sabar menjawab dan menjelaskan setiap pertanyaan yang kuajukan.


Wasilah sahabat, para pejuang literasi inilah, banyak emak-emak gaptek menjadi melek internet. Bisa memanfaatkan teknologi untuk menyalurkan bakat dan hobi.

Tak pernah terbayangkan, aku yang dulu suka menempatkan tanda titik dan koma setelah sepasi bisa memiliki buku antologi.



Aku yang dulu main HP hanya untuk jualan di fb dan mantengin status pribadi tetangga, kini bisa berselancar ria menitipkan artikel di platform menulis yang kusuka.



Terima kasih sahabat. Meskipun aku tak bisa menyebutkan satu persatu nama-nama kalian, semua jasa baik kalian tak akan pernuh aku lupakan. Semoga Allah mencatat itu semua sebagai amal jariyah yang tak pernah putus.

Sekali lagi Terima kasih dan semoga kita selalu bahagia.

Opini Pribadi