armand112Avatar border
TS
armand112
Harta, Kenapa Harus Menjadi Penghalang Cinta


Harta menjadi penghalang cinta


Jodoh memang misteri, cinta yang dibangun sekian lama tak lantas memberi jalan untuk bersama. Banyak rintangan yang kadang menjadi penghalang.

Anjani, gadis sekampung denganku yang telah mencuri seluruh perhatianku. Rambut ikal sebahu, matanya bulat dan senyumnya yang selalu meneduhkah, menjadikan ia memiliki tempat istimewa dihatiku.

Kami sama-sama tergabung dalam kumpulan remaja. Setiap bulan kami bertemu secara rutin untuk membahas banyak hal untuk kemajuan kampung.

Anjani yang pintar, supel serta berasal dari keluarga mampu telah menjadikan dirinya pilihan semua remaja, menjadi ketua. Mungkin karena dia sering mempunyai banyak ide serta tidak segan-segan menolong sesama ketika mengalami kesulitan.

Dari awal sebenarnya aku minder. Karena orang tuaku hanya buruh tani, sekolahku pun tidak tinggi. Sangat jauh kondisiku dengan Anjani.
Tapi siapa yang bisa menolak getaran cinta? Saat pertemuan demi pertemuan di kumpulan remaja menjadikanku bersemangat.

Semua ide Anjani untuk kemajuan kampung selalu aku dukung, apalagi aku dipercaya menjadi seksi perlengkapan, maka dalam setiap kegiatan aku selalu berada disampingnya untuk membantu menyiapkan segala keperluan.

šŸ€šŸ€šŸ€šŸ€šŸ€

Siapa sangka jika cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Gayung pun bersambut, perhatian demi perhatian yang kuberikan mendapat sambutan hangat. Anjani tidak segan menerima setiap bantuanku, bahkan tidak malu memperlihatkan kedekatan kita pada anak lain.

"cie cie, makan-makan nih, syukuran dong kan udah jadian." ledek teman-teman saat kami bersama membersihkan jalan kampung.

Anjani hanya tersenyum diledek begitu, pipinya merah menahan malu. Ah, betapa cantiknya gadis pujaanku itu.


"Jan, kamu ga malu jalan sama aku?" tanyaku padanya.

"Kenapa mesti malu sih Ar," jawab Anjani dengan senyumnya yang khas, dihiasi lesung pipit di pipi sebelah kiri.

Aku lega, walaupun aku tahu orang tuanya mungkin tidak akan menerimaku. Tapi jika Anjani bersiap menjadi pendampingku, maka apapun akan kulakukan agar dia bahagia.

Aku tidak akan menyia-nyiakan Anjani.

šŸ€šŸ€šŸ€šŸ€šŸ€

Dua tahun kedekatan kami, aku pun berniat melamar Anjani. Aku merasa sudah cukup dewasa. Sudah mempunyai pekerjaan walaupun hanya bekerja di pabrik tekstil. Uang yang kukumpulkan selama ini mungkin sudah bisa menjadi modal untuk membangun sebuah rumah tangga.

"Jan, apa kamu bersedia kalau aku melamarmu?" kutanyakan hal ini, karena selalu mengganggu pikiran dan perasaanku.

"Datang saja kerumah Ar, siapa tahu nanti bapak dan ibu setuju. Bagiku harta bukan segalanya, karena semua bisa dicari." Jawabannya ini sungguh membuatku mantap untuk melamarnya.

Aneka persiapan aku lakukan. Bapak dan ibuku kubelikan pakaian batik yang sama motifnya.

"Baju ini untuk apa Arman,? Kata ibu penuh rasa heran.

"Itu nanti dipakai bapak dan ibu untuk melamar Anjani bu," kataku bersemangat.

"Sebaiknya kau cari saja wanita yang sepadan dengan kita Ar." Suara bapak memecah keheningan. Walaupun suaranya lembut tapi terasa menghantam ulu hati.

"Apa bapak tidak setuju jika Arman menikahi Jani?"

"Bukan tidak setuju nak, tapi bapak minder. Takut lamarannya ditolak."

"Kita usaha dulu ya Pak."

Bapak tersenyum, ibu pun sepertinya sependapat dengan bapak.


šŸ€šŸ€šŸ€šŸ€šŸ€

Pak Kadir membuang muka saat aku melamarnya. Tidak ada sambutan baik dari keluarga Jani. Bahkan hidangan makanan pun tidak sediakan, padahal aku tahu keluarga ini pasti mampu menyediakannya.

"Maaf Pak Saleh, Jani sudah punya jodoh yang sepadan. Dia anak dari teman bisnis saya." kata bapaknya Jani yang terasa meremas seluruh hati, hingga tulung rusuknya.

Tatapannya yang terasa meremehkan kedatangan kami, membuat orang tuaku bungkam. Tak berani melanjutkan lamaranku.

Jani terlihat menunduk, matanya berkilau menahan tetesan air yang siap tumpah. Mungkin dia sedih karena bapaknya menolak mentah-mentah lamaranku.

Kami segera memohon diri, pulang dengan membawa rasa malu. Bapak dan ibu terdiam sepanjang jalan pulang.

"Sabar ya nak, mungkin jodohmu bukan Jani." kata ibu sesampai dirumah.

Aku segera masuk kamar. Ingin bersembunyi dari kenyataan.

"Ah, kenapa harta menjadi penghalang cinta." teriakku dalam hati.

Sekian

Sumber gambar: disini
ButetKeren
abellacitra
nona212
nona212 dan 22 lainnya memberi reputasi
23
631
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThreadā€¢41.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.