Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Ichbin.NiahAvatar border
TS
Ichbin.Niah
SYARAT PATAH HATI [Part1]
-Aku diantara mereka-

•••
Hey, kau..
Lima huruf yang disebut cinta
Matilah kau ditikam-tikam oleh rindu
Disayat-sayat oleh pahitnya kenyataan
Dihantam keras dengan palu-palu
Yang mengakibatkan pilu-pilu
Lalu,
Dijebloskan kedalam relung sempit
Penuh ngilu-ngilu
Disumpal tanpa ragu-ragu
Dibungkam tanpa malu-malu[/B]
•••

Kata orang melibatkan cinta dalam persahabatan adalah langkah awal untuk memulai peperangan. Perang mata karena selalu melirik ke arah yang sama dan juga perang pikiran karena selalu menghadirkan dia dalam setiap keadaan. Lantas, bagaimana dengan aku yang sudah terlanjur memendam rasa terhadap sahabat sendiri, haruskah aku berlatih agar dapat menjadi pembohong yang mahir?
-Arga


‘Kau tampan, Arga..’ gumam seorang pemuda sambil tersenyum tipis menghadap cermin yang ada di kamarnya. Ia tengah bersiap-siap untuk pergi menemui temannya disebuah caffe langganan mereka.

“Astaga, udah jam segini. Aku bisa terlambat..”gerutunya dengan cepat ia berlalu dari ruangan bercat abu-abu itu.

Sesampainya disana dia jelas melihat seorang gadis yang tengah sibuk melirik ponsel berulang kali, ia pun mempercepat laju jalannya.

“Selamat sore, nona Adinda Larasati yang harum mewangi.” sapanya seraya duduk dihadapan gadis yang kini mendengus sebal.

“Arga, kebiasaan banget telat. Aku udah 15 menit disini nunggu kamu tahu, ketiduran lagi pasti kan, ngaku.”

“Iya deh, maaf. Kamu udah pesan?” tanyanya yang hanya diangguki oleh gadis yang bernama Adinda.

By the way, kamu tumben ngajak ketemu sore-sore gini, ada apaan sih?”

“Emm, gimana yah. Aku bingung mulai darimana.”

“Malah bingung, udah cerita cepetan.”

Uh, okay. Arga, sebenarnya aku mau cerita kalau aku udah jadian sama Raka.” jelas Dinda dengan hati-hati.

"Oh, kamu jadian sama Raka. Tunggu, Raka mana nih? Asal jangan Raka Wijaya aja ya, Din..”

“Uh, itu….ya…emm..”

“Itu, iya apa? Ngomong yang jelas Dinda.”

“Uh, Ga. Sorry, tapi aku jadiannya sama Raka yang itu, Raka Wijaya..hehehe.” Balas Dinda dengan sedikit meringis. Sepertinya dia harus siap-siap menutup telinga karena sebentar lagi Arga akan mengomelinya lagi.


BRAK!

Benar saja, pemuda jangkung itu menggebrak meja di hadapannya. Ia seolah tak peduli dengan tatapan dari para pengunjung lain. Mungkin kalau saja dihadapannya bukan Dinda, bisa-bisa sudah babak belur tak berwujud cantik lagi.

"Tuh kan, Ga. Jangan marah-marah, ya? Malu tahu sama pengunjung yang lain, ish..." bisik Dinda sambil mengedarkan pandangan dan memegang tangan pemuda itu. Sedetik kemudian Arga melepas paksa tangan gadis yang tengah menatapnya.

"Gimana aku nggak marah, kamu tiba-tiba bilang udah jadian sama Raka. Kamu tahu sendiri kan kalau si Raka itu playboy, Adinda!" Kemarahan Arga benar-benar sudah mencapai ubun-ubun. Mungkin, kalau di komik Jepang atau film kartun kepalanya sudah mengeluarkan asap bak kereta api lokomotif.

“Bukan nggak mau ngasih tahu, cuma aku nyari waktu yang pas aja buat bilang sama kamu. Ini nih yang bikin aku males cerita,kamu pasti marah-marah kalau tahu aku jadian sama cowo. Jangan-jangan kamu cemburu ya, ngaku deh.”

“Cemburu apaan sih, nggak usah mengalihkan isu deh.” sanggah Arga dengan sedikit gugup.

“Ya, terus mau gimana orang aku udah jadian sama dia.”

"Iya, tahu. Tapi, kamu juga sih kenapa main terima aja coba? Raka itu playboy, udah banyak yang jadi korban dia, aku cuma nggak mau aja, suatu hari nanti kamu datang ke rumah aku nangis-nangis terus cerita deh kamu di putusin sama dia karena dia ketahuan jalan sama cewe lain. Ah, pokoknya dia itu ga baik buat kamu, cari cowo lain aja sana gih."

"Ish, kok doainnya gitu banget sih, Ga. Kalau kamu jomblo jangan ngajak-ngajak dong, cari pacar sana biar kamu nggak ngomelin aku terus kalo aku pacaran sama cowo. Lagian, Raka udah janji kok bakalan setia sama aku, dia nggak akan ngelirik cewe lain, dia bakalan berubah. So, do not have to be worry about it."balas Dinda yang mulai kesal.

"Terserah kamu deh, yang jelas aku udah bilang ya kalau si Raka itu nggak baik. "

“Iya siap, kapten.”

“Ya sudah, cepat abisin makanannya nanti aku antar pulang.”



***

Di perjalanan pulang keduanya hanya terdiam, Adinda sesekali melirik kearah Arga yang sedang fokus menyetir. Karena merasa diperhatikan Arga pun kemudian menoleh ke arah gadis itu.

"Kamu kenapa ngeliatin aku begitu.."sindirnya.

"Kok nadanya masih jutek sih? Katanya tadi nggal marah!!"

"Lah, kan emang nggak marah orang cuma kesel sama kamu."

"Ck, sama aja kalau begitu mah. Senyum enggak atau aku turun nih." balas gadis itu lengkap dengan cengirannya dan dibalas toyoran oleh pemuda itu.

"Turun-turun, ancaman kamu itu jelek banget."

"Biarin yang penting kamu ga jutek terus."

"Dasar curut, ini gimana ceritanya kamu jadian sama Raka coba ceritain.."

“Pengen tahu banget sih, jomblo.”

“Temen durhaka, mau aku kutuk biar cepetan putus?”

"Doanya jelek,Iya deh aku ceritain. Jadi, waktu itu...."



#FLASHBACK ON


"Adinda, aku mau bilang sesuatu sama kamu." Ucap pemuda berambut harajuku sambil menggenggam kedua tangan gadis itu dengan erat. Membuat sang gadis menelan ludahnya dengan susah payah dan menghela napas berkali-kali karena gugup.

"Mau bilang apa memangnya,Raka?" tanyanya dengan gugup.

"Aku cinta sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku?"


DEG!!

"Uh, kamu bilang apa tadi? Kamu nembak aku,nggak salah? "

“Ya, yang kamu dengar apa. Gimana kamu mau kan nerima aku?”

‘Raka nembak aku, dia kan cowo paling di idolain satu kampus. Astaga, senyumannya itu loh. Ini bukan mimpi kan?’ batinnya.

“Aku, mau jadi pacar kamu.” tanpa pikir panjang ia mengangguk pertanda setuju. Sedang Raka-pemuda itu tersenyum lebar dan memeluk Dinda dengan tiba-tiba.

"Terima kasih ya, Adinda." ucapnya. Sementara Adinda hanya tersenyum, dan dengan ragu-ragu membalas pelukan Raka yang baru saja menjadi pacarnya.


#FLASHBACK OFF


" Jadi begitu ceritanya, Ga." gadis itu tak berhenti menyunggingkan senyum setiap kali ia menceritakan kejadian itu,sedangkan Arga hanya memandangnya datar.

"Hanya seperti itu, sangat tidak istimewa." komentar Arga.

"Ish, komentarnya nyebelin banget sih. Tapi, biarin deh, yang penting aku punya pacar memangnya kamu jomblo terus, nggak bosen apa ??"

"Enak aja ngatain aku jomblo, kamu nggak tahu aja siapa yang aku suka."

"Ah masa, buktinya kamu nggak pernah cerita tentang cewe manapun ke aku?"

"Intinya, suatu saat nanti kamu akan tahu sendiri tanpa repot aku ceritain lagi." jawab Arga sambil melirik Dinda dan tersenyum tipis.

'Karena memang hanya ada kamu, disini’ ah, kalimat itu lagi-lagi hanya ia ucapkan dengan lantang didalam hati. Entah kapan ia akan lelah menahannya seorang diri?




----- Skiiippp----


‘Ini hubungan atau mata pelajaran sih ketemunya cuma sekali doang dalam seminggu?’ gerutu Adinda dalam hati. Bagaimana tidak kesal hubungannya dan Raka sudah memasuki dua bulan, namun makin hari pemuda itu makin tidak ada kabar dan setiap kali di hubungi selalu saja beralasan. Ck, jangan-jangan kutukan Arga mulai berjalan?

“Dasar, Raka nyebelin…” sedang asik-asik melamun Dinda di kagetkan dengan suara pintu kamarnya yang terbuka, siapa lagi kalau bukan Arga yang masuk dengan tatapan usilnya.

“Kamu kenapa, Din. Melotot gitu, mau ikut casting film horror?

“Ikut casting dari Hongkong, ini gara-gara kamu masuk tiba-tiba bikin kaget tahu.”

“Maaf, deh. Abisnya aku panggil daritadi nggak ada suara, ya sudah aku masuk aja. Kamu juga kenapa sih bengong terus, lagi berantem sama si Raka tercinta.” tanya Arga.

"Ish, udah deh nggak usah sebut nama dia. Lagi kesel nih." belum sempat Arga membuka suara, ponsel milik Dinda berbunyi. Arga dapat melihat dengan jelas nama yang tertera di layar ponsel milik sahabatnya itu, ya -Raka.

“Tumben nelpon, kemana aja kamu nggak ada kabar daritadi."

"Aduh, maaf banget ya sayang. Aku ketiduran hp aku charge."

"Beneran baru bangun tidur?”

"Ya, iyalah. Mau bangun darimana lagi memangnya?"

“Nggak lucu, aku lagi nggak mood buat becanda.”

“Astaga, Dinda. Kamu kenapa sih marah-marah?”

“Gimana nggak marah, Raka kita itu pacaran atau nggak sih? Perasaan kamu itu makin hari makin cuek. Masa tiap hari aku terus yang nanya, mana kamu balesnya singkat-singkat nyebelin banget.”

"Iya, terus kamu mau apa?”

“Terserah kamu lah, peka dong.”

“Astaga, salah lagi. Kamu mau bilang kangen aja susah banget. Ngaku, kamu kangen kan sama aku?”

"Percaya diri banget kamu, udah ah aku mau tidur males debat sama kamu.”

“Tapi, Din…”


TUT..TUT...

Sambungan teleponnya sudah diputus oleh Adinda yang sedari tadi kesal karena Raka yang terlalu cuek dan tak mengerti kalau dia ingin juga diperhatikan.

"Siapa, Din?" Tanya Arga pura-pura tidak tahu.

"Raka."balas gadis itu singkat.

"Lah, terus kenapa muka kamu badmood gitu, berantem ya?"

"Nggak tahu ah, males bahas itu. Raka itu cuek nggak pernah ada perhatiannya."

"Lagian kamu juga sih, kalau kamu kangen ya bilang langsung. Jangan gengsi dong."

"Terserah deh."

"Kalau begini ceritanya kamu mau si Raka itu bosen sama kamu, terus ujungnya dia ninggalin kamu deh persis seperti korbannya yang udah-udah?”

"Arga, kok kamu gitu sih. Tambah bikin kesel."

"Iya, aku kan cuma berusaha buat realistis aja. Lagian, kamu nggak ada niatan buat putus apa sama Raka?" Refleks Arga yang dibalas tatapan tajam dari gadis yang ada dihadapannya itu.

"Talk to my hand please. Mending kamu pulang sana." ujar Dinda seraya melempar bantal spongebobnya kearah Arga.

“Iya deh aku pulang daripada aku makin kurus di demo kamu.” ledeknya sambil beranjak pergi.



*


Arga melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 14.35 wib dan sialnya lagi jalanan sangat macet. Mobil yang ada disekitarnya mulai berlomba untuk saling menyalip agar dapat cepat sampai ke tempat tujuan.

‘Sungguh menjengkelkan.’

Namun, tiba-tiba mata Arga tertuju pada sebuah caffe yang ada tak jauh dari tempatnya sekarang.

"Itu siapa ya, kayak kenal? Raka bukan sih itu?" ia mencoba menyipitkan matanya agar bisa melihat lebih jelas dua orang yang tengah duduk di caffe tersebut.

"Sial, itu benar-benar Raka!" serunya sambil memukul setir mobil dengan agak keras.

"Tapi, siapa perempuan itu?" yang membuat Arga tak kalah kaget adalah Tangan Raka yang tak henti mengelus pundak gadis itu.

‘Nggak, ini nggak bisa di biarin.’gumamnya.
Arga buru-buru mengemudikan mobilnya ke pinggir saat melihat ada tempat kosong. Ia menghentikan dan memarkir mobilnya disana. Masa bodoh jika jalanan semakin macet karena ulahnya itu. Yang terpenting adalah, ia harus mendatangi Raka!
Dengan cepat ia mencoba mendekati dua orang itu, mengendap-endap layaknya spy yang ada di film-film mencoba mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

"Kka, kamu kapan sih mutusin si Dinda itu. Aku nggak mau ya kamu lama-lama pacaran sama dia."

"Aduh, sayang. Kamu tenang ya, aku lagi nunggu moment yang pas buat mutusin dia."

“Nunggu moment atau jangan-jangan kamu udah beneran sayang lagi sama dia, iya?”

"Ya, nggak mungkinlah. Kamu kan tahu, aku jadian sama dia cuma gara-gara jalanin dare dari anak-anak aja? dia itu cuma sekedar buat main-main lah, sementara cuma kamu yang ada di hati aku."

"Yakin, cuma itu? Awas aja kalo kamu..." ucapan gadis itu terhenti saat ponsel milik Raka berbunyi dan ternyata itu dari Adinda.

"Kamu diam dulu ya sayang, Dinda nelpon nih..." gadis itu pun mengangguk pasrah.

"Halo, kenapa Din?"

“Kamu udah pulang dari futsal?”

"Uh, udah kok. Kenapa emang?" bohong Raka.

"Kamu bisa jemput aku nggak, aku lagi ada di toko buku ini tiba-tiba hujan deras."

"Aduh, gimana ya?"

"Gimana apanya? Tunggu dulu deh, itu kok berisik banget sih suaranya rame. Kamu lagi dimana sekarang?"

"Oh ini, aku lagi nemenin mama makan di Restoran makanya berisik. Iya.."

"Beneran lagi sama mama? Aduh, gimana dong ini hujannya makin deras Raka, nggak ada taxi yang lewat daritadi."

"Ya, mau gimana lagi dong? Masa aku ninggalin mama aku sendiri sih disini" ujar Raka sambil melirik kearah perempuan yang sedaritadi tersenyum miring mendengar percakapan meraka.

“Ya udahlah..”

"Loh, Din? Dinda…?”

“Kenapa, sayang?”

“Nggak tahu tuh, di matiin sama dia. Udah kita lanjut lagi makannya.”



***

#DITEMPAT LAIN

Setelah menelpon Raka akhirnya Dinda memutuskan untuk berlari menuju halte yang tak jauh dari toko buku tersebut, berharap ada taksi yang lewat ditengah-tengah hujan deras. Ketika matanya mencari taksi tiba-tiba saja ia tertuju pada mobil yang terparkir disebuah caffe yang ada diseberang jalan.

‘Itu mobil kayak nggak asing, ya?' pikirnya.

Karena penasaran Dinda pun menghampiri mobil itu dan ternyata benar mobil itu milik Raka, ia memandang keseluruh penjuru tempat tersebut, seketika tatapannya terhenti saat ia melihat dua orang yang sedang bermesraan dihadapannya. Cemburu, itulah yang ia rasakan sekarang. Bagaimana tidak, ia melihat dengan kedua matanya sendiri saat Raka mendekatkan wajahnya kepada seorang gadis yang tak ia ketahui.

Dinda bingung saat ini apa yang harus ia lakukan. Apa dia harus melabrak Raka saat ini? Tapi, bodohnya ia memilih untuk diam menahan tangisnya dan berlari menjauh dari tempat itu,ia membiarkan airmatanya jatuh bersama derasnya hujan, otaknya terus saja berkutat pada hal yang baru saja ia lihat didepan mata. Dan kini, badannya mulai menggigil karena kedinginan. Ia, menutup matanya sejenak merasakan hawa dingin yang telah merasuk kedalam pori-pori kulitnya. Ia benar-benar tak habis pikir kepada pemuda itu, dia mengingkari janjinya sendiri.

Tanpa Dinda ketahui Arga yang sedari tadi memperhatikan Raka sadar akan kehadirannya di caffe itu, Raka mulai mengikuti Dinda dari belakang dengan mobilnya, ia memberhentikan mobilnya saat ia melihat gadis itu tengah terduduk lemas dipinggir jalan.

"Astaga, Adinda."

"Hhhh...Arga,,,,,hhh" pemuda itu berlari kecil mendekati Dinda yang hanya diam di tempatnya sesekali memandang Arga dengan tatapan sayu.

"Dinda, kamu kenapa hujan-hujanan begini? Ayo masuk mobil, aku antar kamu pulang."Dinda pun mengangguk kecil, kemudian Arga memapahnya untuk masuk kedalam mobilnya. Gadis itu mencoba mengusap airmatanya ia tak ingin sahabatnya tahu kalau dia sedang menangis. Namun, tetap saja sekeras apapun ia berusaha airmatanya pun mulai mengalir kembali.

"Kamu kenapa nangis, Din?" tanya Arga yang sebenarnya tahu masalah Dinda.

"Raka, Ga. Aku tadi nggak sengaja liat Raka sama…hhhhhh." Dinda tak dapat melanjutkan kalimatnya, ia masih tak habis pikir dengan apa yang baru ia saksikan. Dan sekarang, nampaknya ia akan sangat betah untuk menjadi wanita selang air. Sementara Arga yang sudah mengerti maksud dari Dinda refleks mencengkram erat stir mobilnya, mencoba untuk meredam emosi yang sedaritadi ia tahan.

'Raka keterlaluan, beraninya dia ngebuat Dinda jadi seperti ini. Lihat saja, aku nggak akan tinggal diam!!' ujarnya dalam hati, kemudian ia kembali melirik Dinda dan memberikan tissue untuknya.

"Udah dong, Din. Jangan nangis lagi ya, nanti cantiknya ilang gimana?" ujaranya mencoba menghibur Dinda.

"aku nggak peduli..."

"Aduh, susah ya jadi orang galau. Bawaannya galak terus sih."

"Uh, apa banget sih kamu.."

" Udah, mending kamu sekarang ambil jaket aku yang ada dibelakang terus kamu pakai."

"Kenapa, kamu khawatir kalau aku masuk angin?" tanya Dinda pada Arga yang sedang berkonsentrasi menyetir.

"Percaya diri banget, mbak? Aku cuma nggak mau khilaf aja karena daritadi ngeliat dalaman hitammu itu gara-gara baju yang basah." kata Arga sambil melirik Dinda dengan tersenyum jahil seraya menaik turunkan alisnya. Dinda pun mengikuti arah pandang Arga dan ia kaget setengah mati ketika melihat bajunya yang basah menampakkan daleman bajunya saat ini.

"Aish, dimana jaket kamu tadi?" tanya Dinda sambil menatap marah kepada Arga.

"Itu di jok belakang..." ujarnya sambil terkekeh, setidaknya ia berhasil membuat gadis itu melupakan kesedihannya sejenak.

"Apa kamu, ketawa-ketawa." kata Dinda sambil memasangkan jaket Arga ditubuhnya.

"Nggak,ternyata kamu sexy juga ya, Din. Pantas aja Raka mau sama kamu.." goda Arga yang membuat pipi Dinda seketika bersemu karena malu.

"Sialan, ngomong sekali lagi aku bogem kamu."

"Yah, kok gitu. Coba aja aku nggak ngasih tahu ya, pasti enak tuh pemandangan mataku, Din."

"Yak, aku bogem beneran kamu."

"Uh, papa-mama tolong, Arga yang kece nan mempesona mau dibunuh sama Dinda yang lagi galau karena cinta....." ujar Arga sambil berteriak-teriak dengan gaya lebaynya dan itu kembali membuat Dinda tertawa terbahak-bahak.

"Nah, gitu dong ketawa. Udah sampe, turun sana."

"Oh, jadi ceritanya kamu ngusir aku nih?"

"Sedikit sih, hehhe"

"Ya udah, aku turun."

"Monggo, silahkan. Ngapain coba masih disini katanya mau turun? Oh, aku tahu kamu mau cium pipi aku, terus ngucapin makasih buat hari ini, gitu kan?" ledek Arga kembali.

"Ish, Ngarep.com kamu. Tapi, makasih ya atas tumpangan dadakan kamu. Kalau begitu aku masuk dulu, sekalian aku titip salam buat om sama tante,ya. " Ucap Dinda yang dibalas anggukan oleh pemuda jangkung itu.

“Pokoknya aku harus bicara dengan Raka, harus.”




#TBC



NEXT PART

Aku tanya, Dinda kenapa Arga!”
“Kenapa nanya, masih peduli kamu sama dia bukannya udah punya yang baru?”
“Cukup kasih tahu dan jangan sok jadi pahlawan!”

••

“Benarkah? Yang aku tahu Dinda memang anggap kamu sahabatnya. Tapi, aku nggak yakin kamu cuma anggap dia sebagai sahabatmu dan aku tidak buta, kamu sudah jatuh cinta dengan dia! Kamu sudah lancang cinta dengan pacar seorang Raka Wijaya!"

••

"Ya,udah. Sekarang kamu maunya kita gimana ??"
"Lebih baik kita putus,Din"
"Apa putus?"

••
“Dinda kamu mau kan bantuin aku dekat dengan Arga?”
“Aku janji akan bantu kalian jadian, Sha.”
“Terima kasih, kamu selalu ada buat aku.”

••
“Dinda, stop! Aku Arga bukan Raka!”
“Memangnya kapan aku manggil kamu Raka?”
“Dinda, aku nggak suka kamu begini. Aku ngajak kamu kesini buat lupain si Raka yang menyebalkan itu, bukan untuk membuat kamu tenggelam dalam ingatan tentang dia !”

••
“Ga, jangan tinggalin aku sendiri disini. Aku takut.”
"Kamu tenang ya, Din. Aku nggak kemana-mana kok.”
“Kalau begitu kenapa kamu tidur di lantai?”
“Terus aku harus tidur dimana?”
“Ya udah, disini aja di samping aku..”
“Tunggu, Dinda, ini…


•••••

P. S : Maaf kalau ceritanya sangat paaaran, bahasa yang digunakan tidak baku, full of typo
, DLLemoticon-Sorry

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DIBAWAH INI AGAN-AGAN KECE emoticon-Salam Kenal

SEKALIAN TAMPOL PAKE ES CENDOLNYA emoticon-Toast
Diubah oleh Ichbin.Niah 23-04-2020 22:52
Animelovers28
Penikmat.diksi
nona212
nona212 dan 74 lainnya memberi reputasi
75
1.5K
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.