- Beranda
- Stories from the Heart
Bab 49 : Anak-anak Yang Terlalu Pintar
...
TS
cicimasni
Bab 49 : Anak-anak Yang Terlalu Pintar
Bab 49 : Anak-anak Yang Terlalu Pintar
🌸🌸🌸
Alandra memperhatikan mamanya yang duduk sendirian. Ia juga melihat papa mereka sibuk mengobrol tak jauh dari sana.
"Andra mau kemana??." Andreo bertanya bingung lantaran kembarannya itu berniat pergi padahal mereka sedang menonton Arion dan Dafa bermain catur.
Andra menunjuk ke arah Lily dan Andreo langsung mengerti. Si kecil itu meraih tangan kembarannya dan berniat pergi bersama menemani mama mereka.
"Sena mau kemana??." Tanya Arion ketika melihat adik perempuannya itu juga hendak pergi.
"Mau ikut ketempat mama juga. Mau ngenalin Kalysa." Jawab gadis kecil itu.
Arion memperhatikan mamanya yang di di dekati seorang ibu-ibu. "Sini bentar!." Arion meminta Sena mendekat kearahnya, lalu anak laki-laki itu melepas kalung yang ia pakai dan memasangnya pada Sena.
"Nah sekarang, Sena boleh ke tempat mama." Ucap anak laki-laki itu.
"Itu kalung…..ada kameranya kan?." Dafa bertanya sambil menunjuk kalung yang ia pakai. "Sama dengan punya ku."
Arion memperhatikan kalung itu memang sama persis dengan miliknya.
"Ini om Jinhyuk yang memberikannya pada ku. Dia juga mengajariku cara menggunakannya, terhubung di ponsel ini. Punya kamu juga kan?!."
Arion mengangguk. Ia lalu menghidupkan ponselnya dan menonton kemana saja adik-adiknya itu pergi.
Sena dan Kalysa bertemu Alandra dan Andrea yang berdiri mematung tak jauh dari tempat Lily. Mereka melihat mama mereka di datangi oleh seorang wanita tua yang sepertinya mengomeli mama mereka.
"Saya tidak menyangka selera Varo standar saja. Padahal saya pikir pria itu sangat mencintai anak saya." Ucap wanita itu merendahkan Lily.
Benarkah??. "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu??." Lily balik bertanya dengan nada santai.
"Mereka sudah saling mengenal sejak Varo di bangku kuliah. Dan mereka sudah bersama selama 7 tahun. Dari wanita-wanita yang mencoba mendekati Varo, hanya Erika kami lah yang di perlakukan spesial. Dia jarang datang ke pesta, tapi dia tidak pernah menolak undangan anak kami. Dia juga sering berinvestasi pada tempat penitipan anak milik Erika dan bahkan mempromosikan tempat itu pada teman-teman bisnisnya. Aku sudah curiga kenapa akhir-akhir ini anak perempuan ku terlihat murung. Ternyata ada yang telah mencuri tunangannya."
Lily mengerutkan keningnya bingung. "Kapan mereka bertunangan??, Bukankah anak anda hanya seorang guru les privatnya si kembar??."
"Cih!!!, Apa kamu nggak punya TV, nggak pernah baca koran, berita tentang mereka berdua bahkan sangat di minati di sosial media. Varo memberikan Erika kami berlian mahal di pesta ulang tahunnya 3 bulan yang lalu dan itu bukti cinta bahwa pria itu serius mengajaknya bertunangan."
"Wow….kesimpulan macam apa itu??." Lily menggeleng tidak percaya.
Wanita itu menatap Lily dengan tatapan sinis. "Aku akan membayar berapapun yang kamu minta. Putuskan hubungan mu dengan Varo. Berapapun!!."
"Apa kalau aku putus dengannya, anak-anak tidak akan sedih??."
Wanita itu kembali mencibir. "Anak-anak kecil itu sangat penurut pada anak ku. Yah, pada dasarnya mereka memang anak-anak baik, hingga mau menerima wanita murahan sepertimu. Tapi aku tidak yakin mereka akan memanggil mama pada sembarang orang. Karena hanya pada Erika kami mereka memanggil mama."
Lily terlihat mulai kesal.
Erika mendatangi Lily dan wanita itu. Ia membawa segelas wine dan memberikannya pada ibunya.
"Ah, lihat kalung berlian ini." Wanita itu menunjuk kalung yang dipakai Erika. "Ini adalah pemberian Varo di pesta ulang tahun mu kan!."
Wanita itu tersenyum malu dan berkata pada ibunya kalau dia tidak boleh pamer.
"Pak Varo hanya bersikap baik. Anda.....tidak perlu khawatir." Ucap Erika pada Lily.
"Yah, dan dia hanya bersikap baik pada mu saja. Gelang itu edisi terbatas keluaran perusahaan berlian milik Varo juga kan!!. Mama tau!!, Varo membawa wanita ini hanya untuk membuat mu cemburu kan!!. Itulah kenapa mama bilang, kalau kamu harus mengungkapkan perasaanmu."
Lily yang sudah tidak tahan mendengar khayalan wanita itu segera berbalik pergi dan mengabaikan komentar tak tau sopan santun dari mereka.
"Dasar wanita murahan, nggak tau sopan santun. Tunggu aja!!. Nggak akan lama lagi sampai dia di buang Varo, akan ku pastikan menyingkirkannya jauh-jauh dan kamu bisa bahagia."
Erika tersenyum dan mengangguk. Ia sudah memendam perasaan begitu lama pada Varo, bersyukur ketika Lily koma dan berharap agar Lily meninggal. Juga sampai berusaha dekat dengan anak-anak Varo.
Sena, Kalysa, Alandra masih berdiri mematung. Mereka melihat raut wajah sedih Lily.
"Itu……mamanya Lysa." Ucap si kecil Lysa. "Mama baik kok nggak akan bikin mama Sena sedih."
Sena mengangguk setuju.
Mereka lalu menghampiri kedua wanita yang telah menjahati mama mereka.
"Tadi……nenek bilang apa ke mama, mama jadi sedih tuh?!." Sena berkata dengan nada kesal.
Erika langsung memasang wajah manisnya. "Maksud Sena apa, nenek tadi cuma nanya kabar aja kok."
Andreo dan Alandra saling toleh. Meski mereka tidak terlalu mengerti yang mereka bicarakan tadi, tapi mereka yakin dua orang di depannya ini bukanlah orang baik.
"Kapan Sena, Reo dan Andra pernah manggil buk guru dengan panggilan mama??."
Pertanyaan dari Alandra itu membuat Erika dan Ibunya terkejut.
"Kami sudah punya mama dan hanya punya satu mama, nggak ada mama-mama yang lain. Dan kami nggak mau punya mama jahat kayak buk guru." Kali ini Andreo yang bicara.
Sena menatap Erika lalu menatap wanita di sampingnya. " Nenek keriput ini juga jahat. Sena bakal bilang ke papa kalau kalian yang harus di buang jauh-jauh."
Erika berusaha mencegah Sena bahkan tanpa sadar menarik tangan anak perempuan itu hingga terjatuh. Sena tentu saja langsung menangis kencang dan hal itu menarik perhatian Varo.
Wanita yang di samping Erika langsung mengancam anak kecil yang lain. "Kalian akan ku pukul dan ku culik lalu ku buang, jika berani bicara macam-macam."
Alandra langsung menarik tangan Kalysa dan menyembunyikannya di belakangnya, sedangkan Andreo membantu Sena.
Varo datang bersama Arion, Dafa, dan ayahnya Kalysa.
"Tadi Sena main sama Kalysa dan nggak sengaja jatuh." Jelas Erika berusaha tenang.
Arion menatap Erika dan wanita tua di sampingnya dengan tatapan dingin. Ia lalu menyerahkan ponsel serta rekaman video yang tadi ia rekam ke Varo. Semakin lama rekaman itu Varo lihat, semakin raut wajah Varo berubah dingin.
"Aku akan mencabut pendanaan ku pada tempat penitipan anak ini." Alfa, ayah dari Dafa dan juga Kalysa berkata setelah menonton video itu bersama Varo.
"Oh. Aku…akan menutup tempat itu besok. Dan juga menghancurkan semua perusahaan yang berhubungan dengan keluarga besar sampah ini. Ayo!!, Kita tidak pantas berada di tempat sampah terlalu lama. Bisa-bisa terjangkit penyakit menular."
Setelah mengucapkan kata-kata dingin itu, Varo menggendong Sena dan mereka semua pergi mencari Lily.
🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d19506f86d9e41
🌸🌸🌸
Alandra memperhatikan mamanya yang duduk sendirian. Ia juga melihat papa mereka sibuk mengobrol tak jauh dari sana.
"Andra mau kemana??." Andreo bertanya bingung lantaran kembarannya itu berniat pergi padahal mereka sedang menonton Arion dan Dafa bermain catur.
Andra menunjuk ke arah Lily dan Andreo langsung mengerti. Si kecil itu meraih tangan kembarannya dan berniat pergi bersama menemani mama mereka.
"Sena mau kemana??." Tanya Arion ketika melihat adik perempuannya itu juga hendak pergi.
"Mau ikut ketempat mama juga. Mau ngenalin Kalysa." Jawab gadis kecil itu.
Arion memperhatikan mamanya yang di di dekati seorang ibu-ibu. "Sini bentar!." Arion meminta Sena mendekat kearahnya, lalu anak laki-laki itu melepas kalung yang ia pakai dan memasangnya pada Sena.
"Nah sekarang, Sena boleh ke tempat mama." Ucap anak laki-laki itu.
"Itu kalung…..ada kameranya kan?." Dafa bertanya sambil menunjuk kalung yang ia pakai. "Sama dengan punya ku."
Arion memperhatikan kalung itu memang sama persis dengan miliknya.
"Ini om Jinhyuk yang memberikannya pada ku. Dia juga mengajariku cara menggunakannya, terhubung di ponsel ini. Punya kamu juga kan?!."
Arion mengangguk. Ia lalu menghidupkan ponselnya dan menonton kemana saja adik-adiknya itu pergi.
Sena dan Kalysa bertemu Alandra dan Andrea yang berdiri mematung tak jauh dari tempat Lily. Mereka melihat mama mereka di datangi oleh seorang wanita tua yang sepertinya mengomeli mama mereka.
"Saya tidak menyangka selera Varo standar saja. Padahal saya pikir pria itu sangat mencintai anak saya." Ucap wanita itu merendahkan Lily.
Benarkah??. "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu??." Lily balik bertanya dengan nada santai.
"Mereka sudah saling mengenal sejak Varo di bangku kuliah. Dan mereka sudah bersama selama 7 tahun. Dari wanita-wanita yang mencoba mendekati Varo, hanya Erika kami lah yang di perlakukan spesial. Dia jarang datang ke pesta, tapi dia tidak pernah menolak undangan anak kami. Dia juga sering berinvestasi pada tempat penitipan anak milik Erika dan bahkan mempromosikan tempat itu pada teman-teman bisnisnya. Aku sudah curiga kenapa akhir-akhir ini anak perempuan ku terlihat murung. Ternyata ada yang telah mencuri tunangannya."
Lily mengerutkan keningnya bingung. "Kapan mereka bertunangan??, Bukankah anak anda hanya seorang guru les privatnya si kembar??."
"Cih!!!, Apa kamu nggak punya TV, nggak pernah baca koran, berita tentang mereka berdua bahkan sangat di minati di sosial media. Varo memberikan Erika kami berlian mahal di pesta ulang tahunnya 3 bulan yang lalu dan itu bukti cinta bahwa pria itu serius mengajaknya bertunangan."
"Wow….kesimpulan macam apa itu??." Lily menggeleng tidak percaya.
Wanita itu menatap Lily dengan tatapan sinis. "Aku akan membayar berapapun yang kamu minta. Putuskan hubungan mu dengan Varo. Berapapun!!."
"Apa kalau aku putus dengannya, anak-anak tidak akan sedih??."
Wanita itu kembali mencibir. "Anak-anak kecil itu sangat penurut pada anak ku. Yah, pada dasarnya mereka memang anak-anak baik, hingga mau menerima wanita murahan sepertimu. Tapi aku tidak yakin mereka akan memanggil mama pada sembarang orang. Karena hanya pada Erika kami mereka memanggil mama."
Lily terlihat mulai kesal.
Erika mendatangi Lily dan wanita itu. Ia membawa segelas wine dan memberikannya pada ibunya.
"Ah, lihat kalung berlian ini." Wanita itu menunjuk kalung yang dipakai Erika. "Ini adalah pemberian Varo di pesta ulang tahun mu kan!."
Wanita itu tersenyum malu dan berkata pada ibunya kalau dia tidak boleh pamer.
"Pak Varo hanya bersikap baik. Anda.....tidak perlu khawatir." Ucap Erika pada Lily.
"Yah, dan dia hanya bersikap baik pada mu saja. Gelang itu edisi terbatas keluaran perusahaan berlian milik Varo juga kan!!. Mama tau!!, Varo membawa wanita ini hanya untuk membuat mu cemburu kan!!. Itulah kenapa mama bilang, kalau kamu harus mengungkapkan perasaanmu."
Lily yang sudah tidak tahan mendengar khayalan wanita itu segera berbalik pergi dan mengabaikan komentar tak tau sopan santun dari mereka.
"Dasar wanita murahan, nggak tau sopan santun. Tunggu aja!!. Nggak akan lama lagi sampai dia di buang Varo, akan ku pastikan menyingkirkannya jauh-jauh dan kamu bisa bahagia."
Erika tersenyum dan mengangguk. Ia sudah memendam perasaan begitu lama pada Varo, bersyukur ketika Lily koma dan berharap agar Lily meninggal. Juga sampai berusaha dekat dengan anak-anak Varo.
Sena, Kalysa, Alandra masih berdiri mematung. Mereka melihat raut wajah sedih Lily.
"Itu……mamanya Lysa." Ucap si kecil Lysa. "Mama baik kok nggak akan bikin mama Sena sedih."
Sena mengangguk setuju.
Mereka lalu menghampiri kedua wanita yang telah menjahati mama mereka.
"Tadi……nenek bilang apa ke mama, mama jadi sedih tuh?!." Sena berkata dengan nada kesal.
Erika langsung memasang wajah manisnya. "Maksud Sena apa, nenek tadi cuma nanya kabar aja kok."
Andreo dan Alandra saling toleh. Meski mereka tidak terlalu mengerti yang mereka bicarakan tadi, tapi mereka yakin dua orang di depannya ini bukanlah orang baik.
"Kapan Sena, Reo dan Andra pernah manggil buk guru dengan panggilan mama??."
Pertanyaan dari Alandra itu membuat Erika dan Ibunya terkejut.
"Kami sudah punya mama dan hanya punya satu mama, nggak ada mama-mama yang lain. Dan kami nggak mau punya mama jahat kayak buk guru." Kali ini Andreo yang bicara.
Sena menatap Erika lalu menatap wanita di sampingnya. " Nenek keriput ini juga jahat. Sena bakal bilang ke papa kalau kalian yang harus di buang jauh-jauh."
Erika berusaha mencegah Sena bahkan tanpa sadar menarik tangan anak perempuan itu hingga terjatuh. Sena tentu saja langsung menangis kencang dan hal itu menarik perhatian Varo.
Wanita yang di samping Erika langsung mengancam anak kecil yang lain. "Kalian akan ku pukul dan ku culik lalu ku buang, jika berani bicara macam-macam."
Alandra langsung menarik tangan Kalysa dan menyembunyikannya di belakangnya, sedangkan Andreo membantu Sena.
Varo datang bersama Arion, Dafa, dan ayahnya Kalysa.
"Tadi Sena main sama Kalysa dan nggak sengaja jatuh." Jelas Erika berusaha tenang.
Arion menatap Erika dan wanita tua di sampingnya dengan tatapan dingin. Ia lalu menyerahkan ponsel serta rekaman video yang tadi ia rekam ke Varo. Semakin lama rekaman itu Varo lihat, semakin raut wajah Varo berubah dingin.
"Aku akan mencabut pendanaan ku pada tempat penitipan anak ini." Alfa, ayah dari Dafa dan juga Kalysa berkata setelah menonton video itu bersama Varo.
"Oh. Aku…akan menutup tempat itu besok. Dan juga menghancurkan semua perusahaan yang berhubungan dengan keluarga besar sampah ini. Ayo!!, Kita tidak pantas berada di tempat sampah terlalu lama. Bisa-bisa terjangkit penyakit menular."
Setelah mengucapkan kata-kata dingin itu, Varo menggendong Sena dan mereka semua pergi mencari Lily.
🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d19506f86d9e41
Diubah oleh cicimasni 26-04-2020 13:40
jiyanq dan 3 lainnya memberi reputasi
4
870
0
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Thread Digembok