Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cicimasniAvatar border
TS
cicimasni
Bab 42 : Understanding
Bab 42 : Understanding

🌸🌸🌸

"PAPAAAA~."

Teriakan nyaring itu datang dari arah pintu masuk kantor. Varo langsung meletakkan dokumen yang di pegang nya dan bergegas menyambut Alandra, Andreo dan Antasena.

"Tadi Sena menggambar mama, papa, kak Rion, kak Andra, dan kak Reo, dan dapat pujian." Anak perempuan berusia hampir 7 tahun itu menunjukkan hasil gambarannya.

Varo mencium pipi chuby anak itu dan memujinya. Pandangannya teralih ke arah Andreo dan Alandra. Baju mereka tampak kotor di sana sini, lutut keduanya terluka. Ia juga memperhatikan baju anak perempuannya yang tampak berbeda.

"Bisa jelasin sama papa kenapa kedua kakak mu terluka?." Pinta pria itu pada anak perempuannya. Sena mengerucutkan mulutnya, entah apa yang merubah emosi anak kembar tiganya itu.

"Tadi ada yang mengejek kak Andra, jadi Sena memukulnya, lalu anak yang lain mendorong kak Reo lalu kami berkelahi dan untungnya kami menang." Setelah mengatakan kata menang si kecil itu tersenyum senang.

"Mereka mengejek apa sampai anak perempuan papa yang cantik ini berani memukul anak nakal itu??."

Ketiganya mendadak diam, membuat Varo mengerutkan dahi.

Alandra, "Ini masalah anak kecil, orang dewasa nggak boleh ikut campur."

"......"

Andreo, "Papa jadi papa yang baik aja."

"......."

Sena, "Masalahnya sudah beres, papa tidak perlu khawatir. Ayo kita pulang!!. Sena kangen mama sama kak Varo."

"......."

Varo menarik nafas dalam. Entah apakah ketiga anaknya ini sebenarnya sudah dewasa sebelum waktunya atau memang sifat bawaan mereka memang seperti ini. Ketiganya tidak pernah sekalipun mengeluh pada Varo. Ia bahkan harus mencari tau melalui bodyguardnya tentang apa yang terjadi dengan anak-anaknya.

"Papa pergi sebentar ya!, kalian temenin mama sama kak Rion." Varo berbalik pergi bersembunyi di belakang pintu sementara si kembar masuk kedalam ruangan serba putih itu.

Varo membaca pesan dari bodyguard yang ia tugaskan untuk menjaga si kembar di sekolah. Ketiga anaknya yang masih kecil itu mendapatkan bullying dan para guru malah hanya menganggap hal itu biasa.

"Hubungi pengacara ku. Pastikan sekolah swasta itu tutup besok." Perintah menakutkan diucapkan seorang Azri Alvaro dengan nada kejam seperti biasanya. Ia berbalik ingin masuk ke ruangan ketika mendengar Sena bicara dengan nada sedih.

"Ma...Sena, kak Andra sama kak Reo ulang tahun besok. Sena pengen banget makan kue buatan mama. Papa bilang kue buatan mama paling enak. Mama bangun ya."

Seketika itu juga air mata Varo jatuh. Pria dewasa itu menggigit bibirnya kuat-kuat dan menahan diri agar tak berlari memeluk anaknya.

"Reo tadi dibilang nggak punya mama lagi. Padahal Reo mama ada disini sama kak Rion."

Andra yang duduk di samping tempat tidur Arion mendekati kedua adiknya dan mengelus kepala mereka. "Udah jangan nangis lagi. Papa nggak boleh lihat kita nangis. Ingat apa kata nenek, papa jadi sedih kalau kita nangis."

Sena dan Reo menghapus air mata mereka. Sena lalu bercerita mengenai kejadian di sekolah sementara Reo dan Andra duduk di samping Arion.

Varo masih berdiri di balik pintu. Menangis dalam diam.

🌺🌺

"Anak papa mau hadiah apa??." Varo bertanya ketika mereka pergi ke mall. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun si kembar, Varo mengadakan pesta kecil-kecilan. Mengundang keluarga Lily, Jinhyuk dan keluarganya serta Reva dan keluarganya.

Mereka sekarang sudah berkumpul di rumah Varo. Sementara mereka menyiapkan makanan di rumah. Varo berkesempatan untuk membelikan si kembar hadiah. Namun sepertinya ketiga anaknya itu tidak tertarik sama sekali.

"Reo udah boleh bobok sama mama belum Pa. Reo pengen bobok bareng mama sama kak Rion aja di Rumah Sakit."

"......"Permintaan itu sungguh membuat hati Varo berdenyut sakit.

"Sena juga pengen bobok sama mama dan kak Rion."

Andra menatap Varo menunggu reaksi papanya itu. Tapi melihat mata papanya yang sudah berkaca-kaca, ia tidak jadi mengungkapkan keinginan yang sama dengan kembarannya. "Kita bobok sama nenek aja ya. Nenek bilang kangen sama kita."

Sena dan Reo menatap kembaran mereka yang paling tua. Seolah bisa membaca pikiran masing-masing. Keduanya akhirnya mengangguk setuju meski raut wajah mereka berubah murung.

Varo mengelus rambut Andra berterima kasih karena sudah mampu bersikap dewasa. Ia kemudian mengajak si kembar membeli beberapa pakaian dan mainan lalu pulang ke rumah.

Pesta kecil itu diadakan malam hari. Teriakan ceria dari anak-anak memenuhi ruangan.

Ibunda Lily yang memang sangat penyayang itu, selalu memanjakan anak-anak Varo, juga cucu-cucunya yang lain. Sementara anak-anak bermain, para orang tua mengawasi mereka sambil mengobrol di halaman rumah.

Meski harusnya malam itu menjadi momen yang membahagiakan, namun tidak untuk Varo. Ketika si kembar meniupkan lilin dan meminta permohonan, Varo menguatkan hatinya untuk tidak menangis di depan mereka. Ia berusaha tersenyum dan terlihat tegar di depan semuanya.

Malam setelah pesta berakhir dan semua orang istirahat, Varo pergi melajukan mobilnya ke Rumah Sakit. Masuk ke ruang rawat Lily dan Arion. Menangis di sana sendirian sambil berkeluh kesah seperti malam-malam lainnya.

"Sudah tujuh tahun kalian tertidur. Tidak inginkah kalian bangun. Aku merindukan senyum kalian berdua."

Varo menggenggam tangan Lily lalu menciumnya. "Anak-anak ingin sekali tidur denganmu. Mereka hanya berharap satu hal ini setiap tahunnya. Tidak kah kamu merasa bersalah?."

"Aku....menunggu cake dan puding strawberry itu setiap hari, aku...menunggu kamu mencium pipi ku dan memeluk ku saat aku pulang ke rumah. Kapan kamu memenuhi janjimu itu. Aku menagihnya lagi sekarang."

Varo menatap Arion yang terlihat seperti hanya tidur nyenyak. Ia kembali meneteskan air mata.

"Papa memberikan baju mu pada adik-adikmu. Baju-baju itu sudah terlalu kecil untuk kau pakai sekarang. Jangan marah ya. Papa sudah menggantikannya dengan yang baru. Semuanya ada di kamar mu sekarang. Papa juga sudah mendekorasi ulang kamar mu. Apa kau belum mau melihatnya??. Tempat tidur mu jauh lebih besar dari sebelumnya. Dulu papa dan mama pernah berdebat tentang tempat tidur itu. Mama nggak tau kalau papa kemarin membelinya, papa yakin mama mu nggak akan mengomel lagi, karena tempat tidur itu sudah pas untuk mu sekarang."

"Bangunlah nak. Papa ingin bermain dengan mu lagi."

"Tidak rindukah kalian pada ku?. Aku benar-benar kesepian. Tolong bangunlah...."

Varo terus menangis dan mengeluh di malam yang sunyi itu. Namun jawaban yang terdengar hanyalah suara detakan jarum jam serta alat bantu kesehatan yang terpasang untuk memonitor keadaan Lily dan Arion.


🌸🌸🌸

Bab selanjutnya :

https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cc95170046a63b
Diubah oleh cicimasni 24-04-2020 21:29
abellacitra
w2b.millenial
nona212
nona212 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
834
2
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread•42.4KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.