Kebaikan Kecil Berdampak Besar




Namanya kebaikan, ibarat kita menanam tanaman. Dari sebutir biji atau tunas bisa tumbuh dan berkembang. Suatu saat akan kita petik hasilnya. Akan tetapi, haruskah kita menunggu dan berharap dari hasil panen tanaman itu? Jangan! Biarkan saja ia tumbuh dengan sendirinya. Seperti kita lupa telah melempar biji jambu biji di halaman rumah. Biji itu tumbuh hingga menjadi pohon lalu berbuah. Setelah itu, bukan hanya kita yang bisa memetiknya, tetapi tetangga bahkan orang lewat saja bisa ikut menikmati buahnya. Selain itu, pohonnya merindangi halaman hingga menyejukkan, dan anak-anak gembira bermain di bawahnya, juga memanjatnya.



Belajar dari situ, aku berpikiran bahwa kebaikan tak harus berupa tindakan besar atau berupa materi yang banyak. Cukup semampu kita, dan cukup di dekat sekitar kita.

Apalagi di situasi seperti saat ini, di tengah penghuni dunia serba kesulitan dengan mewabahnya virus Corona yang menjadi penyebabnya. Tak perlu menunggu punya harta lebih, tak perlu menunda hingga mampu. Apalagi di bulan penuh kemuliaan Ramadhan. Semua pasti ingin berlomba-lomba berbuat kebaikan.



Tak banyak yang kulakukan untuk sebuah kebaikan. Aku hanya perlu melirik ke kiri dan ke kanan saja. Tak usah jauh-jauh. Aku memikirkan bagaimana nasib tetanggaku yang kesehariannya hanya sebagai tukang parkir toko swalayan kecil. Saat ini, toko sepi pengunjung, otomatis penghasilannya berkurang. Sedangkan ia harus memberi makan istri dan anaknya. Di sebelah kanan rumahku, seorang janda beranak dua penjual gorengan. Ia terpaksa berhenti berjualan karena sepi pembeli dan modal yang terus terkuras. Aku bersyukur masih bisa makan dengan cukup walaupun sederhana. Suamiku masih tetap bekerja meski entah bagaimana nasibnya nanti. Semoga saja Allah SWT tetap memberi rejeki kepada kami.

Untuk itu, aku berinisiatif. Sesekali ketika aku dan keluargaku makan (tidak setiap hari), kami sisihkan porsi untuk mereka. Tentunya dengan menambah takaran memasak. Apa yang kami makan, mereka mendapatkan bagian yang sama. Meski tak mampu memberi banyak untuk sehari-harinya, minimal membantu jika mereka kekurangan. Cukup seporsi-dua porsi, sesuai kemampuanku. Jika ada rejeki lebih, akupun memasak melebihi biasanya. Misalnya di hari Jum'at kemarin, aku bisa menyiapkan 10 porsi untuk mereka. Sekali lagi hanya dengan nasi dan lauk alakadarnya. Karena kita tak tahu dengan sepiring nasi yang diterima mereka, mungkin akan sangat menolong. Siapa tahu mereka sedang kelaparan. Namun mereka senang menerimanya. Tak henti mulutnya mengucap syukur dan mendo'akan. Melihat senyumnya serta matanya yang berkaca-kaca namun sedikit berbinar, itu yang membuatku bahagia.



Di bulan Ramadhan ini, semoga aku bisa membantu menyediakan hidangan untuk berbuka juga sahur, supaya mereka tetap khusuk menjalankan ibadah dan ikhtiarnya.

Jadi, tak perlu jauh-jauh dan berlama-lama berpikir untuk berbuat baik. Sekecil apapun itu, akan kembali kepada diri sendiri. Entah itu di dunia, saat ini atau nanti, bisa juga di akhirat kelak. Yang terpenting kita ikhlas. Maka berbuatlah, meski hanya sebesar biji sawi. Dan segerakanlah!

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."( Q.S Al- Baqarah : 148 )




Sumber : Opini pribadi
Gambar : dokumen pribadi