Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

iissuwandiAvatar border
TS
iissuwandi
Sejarah Masker dari Topeng Paruh Burung Hingga N95


Assalamualaikum

Pemerintah telah mewajibkan penggunaan masker semenjak covid-19 terdeteksi di Indonesia. Masker seketika menjadi barang langka di pasaran. Dalam thread kali ini, ane ingin mengulas sejarah masker yang saat ini menjadi trend fashion.

Masker pertama kali digunakan sebagai upaya mencegah polusi yang membahayakan bagi kesehatan tubuh. Masker digunakan sebagai aksesoris di negara Asia yang memiliki polusi tinggi seperti Korea Selatan, China, hingga Jepang. Bahkan di Jepang, penggunaan masker memiliki sejarah yang panjang hingga menjadikan masyarakat Jepang terbiasa menggunakan masker.

Pada saat wabah influenza menyebabkan kematian sebanyak 40 juta orang di seluruh dunia, masyarakat Jepang mulai terbiasa dengan penggunaan masker. Disusul gempa Kanto pada tahun 1923, menyebabkan kualitas udara memburuk dalam beberapa bulan. 10 tahun kemudian wabah influenza kembali menyerang. Disusul perang dunia II usai, pembangunan besar-besaran juga menjadi penyebab polusi udara, hingga banyak yang mengeluh terganggu kesehatannya.

Negara pelopor yang mewajibkan penggunaan masker adalah Amerika Serikat. Meskipun saat ini, Presiden Trump tidak mewajibkan rakyatnya menggunakan masker. Pada tahun 1918, wabah influenza menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia, sekitar 500 juta orang. Amerika adalah salah satu negara yang terbanyak terinfeksi wabah influenza yang berlangsung selama bulan Januari 1918 hingga bulan Desember 1920. Oleh sebab itu, Amerika mengeluarkan kebijakan mewajibkan penggunaan masker untuk rakyatnya guna mencegah penularan wabah.


Jauh sebelumnya, pada masa
Renaissance Eropa abad ke-16, orang-orang hanya melilitkan kain di sekitar mulut dan hidung. Sebuah karya lukisan dari Michel Serre memperlihatkan kota Marseille, Prancis, pada tahun 1720 yang terserang wabah pes bubo. Di sana terlukis para penggali kubur hanya menggunakan pelindung kain yang melilit sebagian wajahnya. Mereka percaya jika wabah tersebut berasal dari udara yang kotor. Kepercayaan udara kotor sebagai wabah kolera, chlamydia dan maut hitam disebut teori miasma.


Cikal bakal masker terjadi di era Black Death pada abad ke-17. Pada saat itu menggunakan topeng yang menyerupai paruh burung. Dimana terdapat lubang di ujung paruh. Pada ruang paruh ditaruh dupa atau aneka wangi-wangian yang berasal dari bunga. Mereka tetap mempercayai bau busuk adalah penyebab penyakit pada masa itu. Padahal penyebab pes bubo atau maut hitam adalah bakteri Yersinia pestis yang menginfeksi kutu.

200 tahun kemudian, dokter Prancis Antoine Barthélemy Clot-Bey mengatakan angka kematian meningkat disebabkan ketakutan para pengidap penyakit, karena rasa takut membuat sistem imun menurun. Penggunaan topeng ini dilakukan oleh dokter kelas dua. Tugas mereka mendata pasien dan jumlah korban kematian. Penggunaan topeng paruh ini disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, di mana mereka memeras keluarga kaya dan membawa kabur harta mereka.

Pada tahun 1897, seorang dokter di Paris bernama Paul Berger menggunakan masker untuk pertama kalinya saat ia sedang melakukan pembedahan. Namun, masker yang digunakan hanya berupa sapu tangan yang dililitkan di wajah, tujuannya agar droplet bersin dan batuk dokter tidak jatuh selama operasi berlangsung.

Kita beralih ke Manchuria di China Utara. Pada tahun 1910, pes bubo mulai menyerang. Wabah pes bubo menarik perhatian dunia, sejumlah dokter dari belahan dunia datang untuk melakukan penelitian. China mengirim seorang dokter bernama Wu Lien-teh, pria kelahiran Penang (Malaysia) dan lulusan University of Cambridge.

Ia pun kemudian menyimpulkan jika wabah pes bubo ditularkan melalui udara bukan kutu. Kemudian Wu Lien memodifikasi masker yang selama ini ia kenal selama kuliah. Bahan utama adalah kain kasa dan kapas yang dilapisi lagi dengan kain sebagai filter udara. Penemuannya menjadi terobosan baru. Namun, banyak dokter yang mencibir dan meremehkannya dengan sentimen rasial.

Wu kemudian mendatangi dokter Prancis yang terkenal di sana, bernama Gérald Mesny. Ia menjelaskan bahwa wabah tersebut bisa menyebabkan pneumonia dan penyebarannya melalui udara. Mesny malah mengejek Wu dengan rasis. Ia menantang teori Wu dengan mendatangi pasien pes bubo tanpa masker secara langsung di rumah sakit. Akibatnya, dua hari kemudian Mesny meninggal dunia.

Setelah kabar kematian Mesny tersebar, para dokter berlomba-lomba memodifikasi masker sendiri. Namun, masker buatan Wu lebih memenangkan uji empiris, bahan-bahannya pun mudah didapatkan. Januari dan Februari di tahun 1911, produksi masker Wu meningkat tajam. Semua kalangan memakainya, mulai dari dokter, tenaga medis, tentara, hingga rakyat biasa.

Pada tahun 1918, saat Flu Spanyol melanda Amerika, masker Wu amat populer di kalangan medis dan rakyat biasa. Perusahaan di seluruh dunia memproduksi besar-besaran untuk mengurangi penyebaran wabah flu. Masker N95 yang kita kenal sekarang adalah pengembangan dari masker Wu.

Dokter Wu, sang bapak masker modern, masuk dalam nominasi Nobel Prize pada tahun 1935 di bidang kesehatan. Pada tanggal 21 Januari 1960, dalam usia 80 tahun, dokter Wu menghembuskan napas terakhir di kampung halamannya.

Sumber gambar : Google
Referensi : 1, 2, 3, 4
Diubah oleh iissuwandi 23-04-2020 15:10
sebelahblog
deal71
muyasy
muyasy dan 36 lainnya memberi reputasi
37
2.3K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.