Kemiling, Bandar Lampung

Sendiri adalah sesuatu yang tidak diinginkan banyak orang. Banyak yang mengatakan sendiri adalah hal yang menyedihkan. Aku pun merasa demikian, terkadang kita memerlukan waktu untuk menikmati kesendirian itu sendiri. Namun lelah rasanya jika selalu berada dalam kesunyian tanpa tumpuan.

Aku masih duduk termangu menatap lekat sebuah buku bersampul biru, bertuliskan "Buku Alumni Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2013/2014." Kisah ini akan kumulai dari seragam putih abu-abu, kala itu aku adalah siswi jurusan akuntansi yang mengagumi siswa jurusan multimedia. Seorang siswa pindahan dari Makassar yang kedatangannya beberapa bulan sebelum kenaikan kelas 3, dia adalah kenangan tersingkat yang pernah mengisi perjalanan putih abu-abuku. Tak pernah sekali pun kita bertatap muka, bertegur sapa, ataupun melempar tawa, hanya memperhatikanmu dikejauhan dari balik kaca jendela kelas yang mampu dilakukan oleh orang introvert sepertiku. Bersahaja, rendah hati, dan berpikiran terbuka adalah alasan mengapa aku mengagumimu. Kala itu kau begitu jauh walau hanya sejengkal bagiku untuk bisa meraihmu.



Puncak Gunung Pesagi, Lampung Barat

Setelah pengumuman kelulusan, aku memutuskan untuk langsung bekerja. Kehidupanku semakin monoton, pelik, dan tak berwarna. Masa mudaku terjebak dalam ruang kosong tak berpintu. Waktu semakin bergerak cepat, teknologi berkembang pesat, tepat di tahun 2015 masa dimana aplikasi BBM mulai marak digunakan kutemukan dirimu kembali dalam bentuk percakapan.

Di malam yang bertabur bintang-bintang ada pesan broadcast yang mencantumkan nomor pin dengan nama yang tak asing, jujur saja aku terkejut, namamu tertera didalamnya. Atas bantuan seorang teman dia mengajariku bagaimana caranya memberi sapaan, kucoba memberanikan diri memulai percakapan denganmu, berbagai macam hal tentang anime mengisi ruang kepalaku malam itu. Dari sini aku mulai mengetahui sedikit hal tentangmu. Tak ubahnya seperti insan yang baru mengenal cinta, aku pun mulai mempelajari segala hal tentangmu. Kita semakin dekat tak ada lagi sekat, kau mengisi setiap ruang kosong di hidupku, memberi berbagai macam warna yang membuat kehidupanku tak lagi terasa hampa. Hingga akhirnya kau membuka suatu percakapan yang lebih menggambarkan sosok dirimu yang tak kuketahui dahulu, tentang keluarga, ketertarikanmu dengan dunia anime, harapan di masa mendatang, pengkhianatan, dan kekecewaan. Andai kau tahu cukup tiga kata yang ingin kuungkapkan padamu saat itu, kaulah keajaiban terdekatku.





Pantai Klara, Pesawaran Lampung

Percakapan diantara kita terus berlanjut, hingga tiba masalah besar yang menerpa hidupku, masalah yang belum siap kuceritakan kepada siapa pun, bahkan untuk diketahui olehmu, tanpa sadar perkataan bodohku membuatmu menjauh, jembatan penghubung antara kita yang telah lama kubangun kini runtuh, perkataanku membuat kesalahpahaman yang berakhir pilu.

Untukmu seseorang yang menjadi alasan mengapa jiwaku masih terkunci hingga kini
Aku hanyalah seorang gadis pemahat kata
Tak pandai membaca kata-kata yang kau kirimkan saat malam tiba
Perjumpaan denganmu adalah hal yang selalu kudamba
Bukan maksud diri membangun jeruji di dalam hati
Sebab hanya ingin kau mengerti
Ada kisah untukmu yang akan kusajikan bersama secangkir kopi


Sumber gambar : Dokumentasi pribadi