joko.winAvatar border
TS
joko.win
Jujur Berat, Pertamina Ungkap Alasan Belum Turunkan Harga BBM
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mendapatkan banyak dorongan dari berbagai pihak untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Alasannya untuk menyesuaikan dengan harga minyak dunia yang saat ini sedang anjlok.

Harga minyak WTI bahkan sudah di level minus, sementara minyak jenis Brent yang erat ikatannya dengan harga minyak Indonesia (ICP) masih anteng di level US$ 27 per barel. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati pun buka-bukaan soal alasan dan kondisi perusahaan.

Pertimbangan pertama adalah harga BBM saat ini ditentukan oleh formula yang dirumuskan oleh Kementerian ESDM. Pertamina, sebagai BUMN akan mengikuti ketetapan pemerintah.


"Kami sesuaikan dengan kebijakan pemeringtah, kami ikuti arahan pemerintah," jelas Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat virtual bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (21/4/2020).

Pertimbangan kedua yakni peran Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) punya kewajiban membeli minyak dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas yang beroperasi dalam negeri.Tujuannya untuk menekan defisit migas yang jadi perhatian Presiden Joko Widodo sejak tahun lalu. Sayangnya, saat ini harga minyak yang dibeli dari KKKS dalam negeri tidak semurah jika Pertamina impor.

PILIHAN REDAKSI

Bos Pertamina Buka-Bukaan, Kenapa Belum Turunkan Harga BBM?
Harga Minyak Ambrol, Bisakah Industri Migas RI Bertahan?
Harga Minyak Minus, Gimana Implikasinya ke Indonesia?


"Kami prioritaskan crude dari dalam negeri, yang kebutuhannya mencapai 40%. Kalau kami putuskan impor saja, ini KKKS akan berhenti semua, jadi ini ekosistem," kata Nicke.

Ketiga, peran Pertamina sebagai BUMN tidak bisa beraksi seperti trader. Bagi perusahaan biasa tentu akan memilih stop operasi kilang dan hulu, dan mengambil opsi impor yang lebih murah. "Sebagai BUMN kami tidak bisa setop operasi kilang dan hulu kami," jelasnya.

Seperti diketahui Pertamina akan menyetop operasi beberapa kilangnya, misalnya saja di Balikpapan. Selama penyetopan Pertamina akan melakukan pemeliharaan. Sementara di hulu, di beberapa lapangannya secara faktual biaya produksi lebih tinggi ketimbang harga minyak mentah saat ini. "Jadi harga di hulu kami tidak bisa diadjust."

Kondisi objektifnya memang demikian, Pertamina harus merogoh kocek lebih dalam untuk mengolah produk dan mendapat minyak mentah di dalam negeri lebih mahal ketimbang impor.

Bahkan harga crude impor pun lebih mahal ketimbang harga produk impor. Misalnya, Maret lalu Pertamina membeli crude di harga US$ 24 per barel, sementara harga produk sudah di level US$ 22 per barel.

"Kalau melihat kaya gini, jika kami trading kan lebih baik tutup semuanya. Tutup kilang, tapi kami tidak bisa seperti itu. Antara keputusan bisnis dan BUMN memang berbeda, kami harus ambil jalan tengah," papar Nicke.

Pertamina saat ini tengah mencari jalan tengah agar hulu dan hilir bisa berjalan bersama. Sebab, produksi minyak juga penting untuk pergerakan ekonomi Indonesia.

Hilir Turut Terpuruk

Babak belurnya kondisi hulu ternyata juga dirasakan di hilir. Pertamina mencatat penjualan BBM terendah sepanjang sejarah sejak pandemi berlangsung. Selama ini pendapatan Pertamina dikontribusikan besar oleh sektor hilir seperti penjualan BBM. "Kondisi normal, 70% revenue kami dari hilir," kata Nicke, Selasa (21/4/2020).

Tapi dari sisi profit atau keuntungan, masih disumbang besar oleh sektor hulu mencapai 80%."Nah sekarang, kondisi yang terjadi adalah permintaan menurun dan revenue tidak bisa terdongkrak dan tak bisa menambah portofolio kami," jelasnya.

Anjloknya penjualan saat ini sudah mencapai 24%, apabila kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran Covid-19 diperluas, maka diperkirakan penjualan akan semakin anjlok. Belum lagi kebijakan work from home dan sosial distancing membuat konsumsi BBM turun, yang artinya pembelian juga anjlok.

"Ini harga murah mau kita promosikan bagaimana pun tidak ada yang berani, tidak ada yang mau beli barang kita. Jadi pendapatan itu tidak bisa kami dapatkan," ujarnya.

Dampak Negatif Bagi Pertamina Menghadapi kondisi yang demikian rumit, Nicke mengatakan sebagai BUMN pihaknya akan menunggu keputusan pemerintah. "Apapun peraturannya nanti kami ikuti."

Nicke menjelaskan dari sisi harga, untuk kawasan regional ASEAN, BBM di Indonesia masih cukup murah. Hanya kalah dengan Malaysia, tapi perlu dicatat Malaysia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang produksinya aman dan tergabung OPEC.

Pertamina sebenarnya telah menurunkan harga jual BBM pada 1 Februari lalu. Harga BBM nonsubsidi Pertamina saat ini yaitu pertamax turbo dibanderol Rp.9.850 per liter, pertamax Rp.9.000 per liter, dan pertalite Rp.7.650 per liter.

Jika diperbandingkan dengan rata-rata harga di kawasan, harga bensin kita baik Pertamax maupun Pertalite masih terhitung lebih murah karena masih di bawah rerata harga bensin di negara ASEAN yang berada di level US$ 0,77 per liter.

Tapi untuk solar atau gasoil, harga Indonesia di kisaran US$ 0,33 per liter (sebab masih subsidi). Harga ini bahkan terendah di ASEAN."Jadi ini kalau dilihat benchmark regional, jadi kami mohon kalau kami trading company itu mudah. Tapi tidak semudah itu kami putuskan sebagai BUMN," jelas Nicke. 

Meski harga minyak dunia anjlok, pemerintah sampai saat ini belum mengumumkan adanya penurunan harga BBM. Sikap hati-hati dan terburu menurunkan yang dilakukan oleh pemerintah ini dinilai langkah yang cukup tepat.

"Saya melihatnya ini merupakan langkah yang cukup tepat. Apalagi, penurunan harga BBM saat ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan karena masyarakat yang bekerja di rumah serta industri yang cukup banyak menghentikan produksinya" ujar Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan dalam keterangan tertulis, Selasa (14/4/2020).

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini harga minyak dunia akan kembali bangkit dan mengalami kenaikan karena OPEC+ telah sepakat untuk memangkas produksi sebanyak 9,7 juta BOPD mulai Mei 2020 - Juni 2020.

"Penurunan ini pasti akan berdampak terhadap kenaikan harga minyak dunia. Saya prediksi, pada akhir tahun 2020 harga minyak dunia akan berkisar di angka US$ 40 - US$ 45 per barrel. Selain itu juga, kita perhatikan kurs rupiah terhadap dolar AS melemah kembali," jelasnya.


Ia juga mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Pertamina dalam membantu Pemerintah menangani pandemi COVID-19 dengan merubah RSPJ menjadi rumah sakit rujukan serta bantuan kemanusiaan lainnya.

"Saya kira keuntungan Pertamina karena selisih harga tersebut di gunakan untuk membantu masyarakat dan Pemerintah. Jadi pada prinsipnya keuntungan tersebut diberikan kembali ke Pemerintah dan masyarakat dengan berbagai macam bantuan dan program yang dilakukan seperti memberikan cashback maksimal Rp 15.000 untuk para driver ojek online. Saya harapkan program ini bukan hanya untuk ojol,tapi ke depan untuk para supir taksi dan juga supir angkutan umum bisa diberikan hal yang sama," pungkasnya.


(gus/gus)

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...nkan-harga-bbm
Diubah oleh joko.win 22-04-2020 10:05
infinitesoul
sebelahblog
nona212
nona212 dan 52 lainnya memberi reputasi
53
3.3K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.