Ketika Jakarta PSBB Depok diam tak bergeming, kenapa? Salah satu pusat perbelanjaan di Depok yaitu Ramayana telah sukses untuk gulung tikar.

Sebanyak 87 karyawan mereka harus rela jadi pengangguran, walau management berupaya untuk memberikan pesangon yang sesuai tapi kapan turunnya belum.bisa di pastikan, untuk produk mereka yang konsiyansi di dalam Ramayana juga terkena imbasnya. Bagaimana dengan karyawan mereka? Hampir sama kasusnya kalau tidak di PHK ya dirumahkan tanpa gaji.





Walau mereka di iming-imingi dengan agenda kartu pra kerja dari pemerintah, tapi sebentar lagi puasa, sebentar lagi hari raya bukannya bahagia menyambut kemenangan malah kesedihan, duka dan nestapa.

Diharapkan ekonomi surplus malah yang ada ekonomi ambles. Ekonomi meroket itu cuma mimpi sang raja faktanya seluruh ekonomi dunia sudah melemah, semua itu disebabkan karna virus kecil yang bernama corona.

Memang sudah 2 minggu ini mall di depok serentak di tutup, dari Depok Town Square (Detos), Trans Studio Cibubur, Margo City, ITC Depok, Pesona Square, dan Cimanggis Square. Mereka tak ada aktivitas, sejak maret lalu.





Alhasil kebijakan DKI dengan PSBB tak di ikuti oleh wilayah Depok, ratusan ojol masih mencari makan dan bertarung di jalan ini terlihat dari shelter-shelter ojol di stasiun kereta mulai dibuka. Dan pastinya akan banyak kerumunan, bukannya itu akan mengundang penyebaran virus?

Walau masih sepi penumpang tak ramai seperti keadaan normal tapi driver-driver tetap menjalankan pekerjaannya untuk mengais rezeki.





Hancurnya ekonomi di Depok sebagai kota peyangga DKI mulai membuat warga kembali beraktivitas, sistem online dengan no WA dari pasar tradisional yang di harapkan dapat mencegah terjadinya transaksi langsung sepertinya memang akan memudahkan pembeli tapi berjalan sesuai harapan masih belum ada peogress yang jelas.

Setiap pagi dan sore kendaraan yang keluar untuk mereka yang bekerja di DKI pun cukup besar, belum lagi tranaportasi KRL juga sudah mulai penuh kembali penumpangnya. Sepertinya himbauan stay at home hanya untuk mencegah bukan mengobati, tepat dugaan saya setelah hampir sebulan ini corona sudah dianggap sebagai penyakit berbahaya namun tak perlu di takuti, kalau terpapar seperti sakit Flu saja kalau membaik dengan sendirinya ya anda beruntung.



Kalau mati itu sudah takdir karena siklus hidup di dunia sudah berakhir. Seperti yang kita tahu mau muda, tua, sehat dan sakit pasti mati. Sepertinya masyarakat sudah pasrah, bukan menyepelekan wabah tapi dapur juga harus ngebul.

Sedangkan pemerintah apa punya dana? Gaji pejabat negara apa mau di potong? Lalu bantuan gratis-gratis itu? Kok seperti tebang pilih "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" hanya mimpi para raja nusantara masa lalu. Faktanya hal itu tak pernah ada, bahkan hanya slogan kosong untuk di baca anak sekolah.





Selamat beraktivitas lagi ya gan, tetap hati-hati virus tak mengenal jabatan! Aktivitas hari ini diawali dengan secangkir susu, serupuutt dolo gan.