Namanya adalah Akang mahal. Sebuah nama yang unik yang membuat aku berpikir dan bertanya tentang asal-usul untuk pertama kalinya, saat mengetahui nama asli dan keingintahuan yang mendalam atas sosok seorang pria.
Padahal pada waktu pertama jumpa, kita adalah sepasang kesalahpahaman. Segala tingkah lakunya begitu mirip dengan mantanku. Hal inilah yang membuat kami bersatu pada akhirnya.
Namun ...
Kuakui kesan pertama untuknya waktu itu, adalah sosok yang sedang menyamar dan sedang mencoba untuk memenjarakan hatiku kembali kepada titik penyerbukan yang paling menyesakkan rongga dada ini.
Begitu banyak sekali perdebatan yang terjadi diantara kami dan aku tidak pernah usai mencurigainya, sungguh. Karena segala petuah, tingkah, polah dan kepribadiannya begitu mirip. Hingga terus menerus kecurigaan terhadap dia berkembang semakin pesat. Apalagi saat kubilang untuk menunjukkan wajahnya, dia nampak enggan. Bahkan terlalu banyak alasan.
Sampai-sampai suatu hari dia jengkel, mengatakan isi hatinya dengan lantang dan begitu tegas, kalau aku harus memulai hari bersamanya tanpa perbandingan. Disisi inilah aku merasakan ada yang berbeda. Ya untuk pertama kalinya kecurigaan mulai perlahan-lahan menghilang. Kemudian menghindari diri, agar hatiku tidak tersentuh olehnya. Namun dengan tingkat ke-pd-annya dia berkata, "mulai saat ini kau menjadi milikku, selamanya. Suka ataupun tidak."
Disini aku sedikit terkejut dan akhirnya tersenyum. Betapa orang ini terlampau PD untuk menaklukkan hatiku. Dan hal inilah kesalahan paling fatal, yaitu meremehkan kemampuan dan kebaikan hati dari seorang pria.
Hari-hari berlalu bersamanya terjalin, berbagi tawa dan banyak canda. Hingga pada suatu hari sisi paling sensitif tersentuh olehnya. Shit! Aku mulai merasakan sesuatu. Uniknya ialah saat dia mulai mengekor dan menjadi sebuah kecenderungan, bahkan menjadi sebagai tempat bertanya paling nyaman untuk berbagi diskusi, dalam hal apapun juga.
Kepandaiannya membuat wawasan menjadi lebih terbuka, ketika melihat dunia dari kacamata kecilku di sudut tepi paling pinggir. Yang mana hanya berjalan sesuai dengan aturan dan rencana-rencana, yang tidak sejalan dengan perkembangan teknologi dan zaman.
Semakin mengenalnya semakin mengagumi keindahan sosok dirinya dalam berbagai hal. Hanya saja jiwanya selalu terbuka, bahkan sangat terbuka untuk sesiapapun jua. Dan hal inilah yang membuat aku sering kali mengalami perubahan pandangan atas dirinya.
Dia tidak lagi mampu meletakkan mana yang benar-benar harus diistimewakan ataupun tidak. Semua terpukul rata ditangannya.
MOY YANG PALING DINGIN
Karya Del
Ia adalah pagi hari
Ketika beningnya rasa
Menyentuh sekujur tubuh
Hingga lelahannya tumpah
Memenuhi kerinduan
Namun di antara sua siang ini
Senyumnya begitu kaku
Samar
Dan melenakan aku
Kepada bekunya siklus yang bergerak pasi
Seandainya saja
Andaikata ...
Mata bertemu mata
Maka leburkan aku
Pada sebidang dada
Atas keinginan yang sebenarnya
Uhm, jangan beku!
Jangan
Sebab masih berkicau saja
Kangen ini
Menggumpal gunung.
Uhm... lepaskan ....
Jakarta, 21 April 2020
13:16
The Moy behind the scene
Kuikuti perjalanan kisah ini, sampai pada suatu ketika sebuah statement membuat hatiku jatuh bangun, untuk memperjuangkannya.
Pial mat sa bore (Dia sudah memiliki tunangan)
Shit! Selama kebersamaan dengan dia tidak jua kupahami jalan pikiran yang sesungguhnya samasekali. Sebegitu misteriusnya dia, hingga aku kelelahan untuk mendaki senyuman bersamanya, sungguh! Ini adalah suatu hal yang tidak bisa kuajuhkan lagi untuk menjadi keinginan.
Quote:
"Jangan tinggalkan aku! Wanita itu hanya jodohan ibuku."
"Jika kita memang berjodoh, tanpa mengejar-ngejar cintapun, maka cinta itu akan bersatu pada akhirnya. Namun jika tidak sejodoh. Maka biarpun kau kejar sampai batas napas, tidak jua cinta itu bersatu. Sebaik-baiknya jalan ialah pembenahan sistem keberadaan kita untuk melakukan perenungan yang benar-benar harus diperhatikan dalam bentuk permintaan hanya kepada satu-satunya Zat, Yang Maha Esa."
"Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu, Dew!"
"Hanya orang-orang kalah saja yang menggunakan istilah itu! Maka kembalikanlah tubuhmu kepada duduk diantara dua sujud."
"Mial Pose! Dam syela."
"Hatur nuhun atuh kakang! Samoga bahagia tentram sadayana."
Sampai pada perdebatan itulah kami berpisah. Pintu gerbang Macapolo dekat perkebunan keturunan Belanda, Meneer Woest di Tanggerang menjadi saksi akhir amarah Akang Mahal. Sampai-sampai Tuan Macapolo mengejar-ngejarnya untuk pergantian atas pintu gerbang tersebut. Namun karena aku hanya diam ditempat tanpa berkeinginan pergi, maka Tuan Macapolo pada akhirnya meminta aku menyelesaikan semua perusakan yang diakibatkannya.
Quote:
Setelah pintu gerbang Macapolo beres, aku berjalan-jalan di sekitar perkebunan dan menemukan beberapa cerita kisah tentang asal-usulnya pemukiman ini. Sambil memperbaiki hatiku yang pecah menjadi banyak, pencarinya atas jati diri dilanjutkan dengan memaksimalkan rasa untuk meretas bangkit dan atas segala hal yang membuat pemikiran ini kacau, lalu tidak berjalan sesuai dengan yang seharusnya, maka kuserahkan segalanya di atas langkah kali ini hendak membawa serta.
Inilah kisah rumah Belanda yang pada akhirnya aku ketahui sejarahnya itu....
Quote:
Setelah letih berkelana menjejaki wilayah Tanggerang, pada akhirnya aku putuskan untuk pulang dan pergi tidur tanpa menghiraukan tubuh yang nampak kotor dan tidak terurus. Kupikir biarkan malam ini aku terlena pada busa empuk dengan segala kekacauan hati pada saat ini.
Setahun kemudian dia kembali dan ingin bersama, bahkan meminangku. Namun hati ini sudah membeku dingin. Awalan April yang terlampau panas. Membuat cahaya matahari mengoyak-ngoyak luka yang sudah begitu perih untuk dikenang.
Membayangkan saat ibunya mencaci maki, calon istrinya yang menghujat dengan perkataan kasar, serta banyaknya saudara-saudara yang menghakimi keberadaanku atas cinta yang benar-benar terjalin tanpa kejujuran.
Juga wajahnya yang tanpa daya untuk menarik segala ocehan mereka yang membuat air mata menetes mengalir derasnya.
Quote:
"Dew, aku berjanji untuk membuatmu bahagia kali ini! Ayah, ibu dan seluruh keluarga sudah merestui kita."
"Hatur nuhun, akang! Abdi sudah ada yang punya. Dia satu-satunya yang kuinginkan untuk masa depanku saat ini! Parmios atuh, mau bebatuan sekedap."
"Dew, jangan tinggalkan aku untuk kali ini. Aku tidak akan bisa bertahan."
Menghiraukannya adalah jalan yang terbaik bagiku. Sebab saat ini sudah kurawat hati seseorang yang membuatku lebih nyaman daripada dirinya yang hanya bisa membuat air mata mengalir hingga waktu yang tak terhingga.