Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

qoni77Avatar border
TS
qoni77
Portal Cinta Tak Tahu Rimbanya Kala Itu


Kalau ada persahabatan dan cinta mungkin dulu itu aku akan memilih sahabat.

Aneh, inilah kisahku. Surabaya 2008, bersekolah di salah satu SMA Swasta membuatku memiliki banyak teman yang berbeda agama. Kala itu banyak yang bilang aku cantik, pintar, menarik, dan berwajah ndeso alias pribumi banget.

Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta. Terhitung SMP saja baru satu orang yang benar membuat debar di dada ini.

"Qoni, itu lho Aril Peterpan, ganteng banget kan ya? ucap Ami padaku.

Ada kakak kelas wajahnya mirip banget ma Aril Peterpan, yaelah sebenarnya yang naksir itu Ami tapi dia majuin aku. Maklum karena keberuntungan aku berkali-kali maju ke podium untuk menerima beasiswa siswa cerdas dan well, auto terkenal.

Kala SMP aku hanya naksir satu kakak kelas. Tiap melihatnya jantungku serasa mau melompat. Tak mampu untuk sekedar menyatakan. Hanya bahasa mata atau lewat angin yang berhembus kusampaikan cinta ini.

-@-

Dahulu bersekolah SMA di Surabaya bukanlah cita-citaku, namun takdir berkata lain. Jauh dari orang tua akhirnya membuatku jadi pribadi yang mandiri namun sifat cuekku belum hilang.

Aku punya teman dari Tasik namanya Dina Mayana. Dia amat agamis, berkerudung lebar, dan sangat cepat kalau bicara khas orang Sunda. Cita-cita sahabatku ini jadi Ustadzah. Sekarang dia telah memiliki enam anak yang manis. God Bless You, Dina!

Pertama sekolah hawa SMA emang beda banget ama hawa SMP, suerr! SMA itu kata orang tempat pertama putih abu-abunya roman picisan dan itu benar loh. Aku dan teman lain sebagai murid baru mengikuti ospek di SMA Garuda Surabaya. Sekolah ini kini telah ditutup oleh yayasan, kabarnya demikian.

Mengenang kala itu, saat aku yang super cuek ini gak tahu kalau ditaksir ama ketua osis. What?

Setahuku berkali-kali Dina marah tanpa sebab kepadaku. Aku serasa diteror saat di rumah.

"Qoni itu lho, Bu! Dia bikin malu aku di sekolahan!" Dina marah dan berbicara cepat, keras, seperti reporter berita kepada Ibu yang berkaca mata.

"Sek, sek! Ada apa tho, Din? Kamu jangan emosi sambil bicara kayak gini. Sana ambil air wudhu nanti kalian menghadap pak Kuncoro dan pak Mahfud." Ibu sangat hati-hati bicara dengan Dina. Beliau ada penekanan nun tegas namun rendah pada ucapannya.

Aku gemetar hebat. Apa aku akan dihukum?




Setelah berbasa-basi pak Kuncoro dan pak Mahfud meminta aku dan Dina untuk berjabat tangan. Saling memaafkan. Saat itu belum ada Corona yang harus physical distancing, kok.

"Kalian tahu, kalau benar itu belum tentu baik?" Pak Kuncoro sebagai sesepuh mulai memberikan petuah kemerdekaan.

Aku yang dijejali rasa takut luar biasa tak sanggup bicara hanya linangan air mata yang jatuh tanpa terkira.

Dina? Dia mengangguk-ngangguk tanda mengerti. Jilbabnya yang berwana cokelat, berkain sama dengan roknya yang tebal itu, kupikir jenis kainnya adalah kain Drill.

Biasa, kalau ada salah paham kami sebagai anak asuh akan dipertemukan empat mata dan kini ada delapan mata dalam ruang kotak minimalis di Manukan, Surabaya Barat.

"Apa yang kalian anggap benar cukuplah disimpan dalam hatimu, keyakinanmu! Jangan karena merasa benar, kamu Dina, kamu Qoni lalu lupa pada yang namanya kebaikan!" Penuh amarah pak Mahfud melontarkan kata-kata bak anak panah berisi bom waktu.


@//@

Aku dan Dina saling berpelukan tapi hanya di depan pak Mahfud dan pak Kuncoro sahaja.

Saban hari aku dapat salam dari kak Erick sang ketua osis. Hemmm ... jadi ingat lagunya Saat Pertama Kali Kudengar Suaramu dech!

Aku yang kelewat cuek akhirnya ditabok beneran ama bang Wulan. Dia temanku di kelas dua SMA, karena dia tomboy akhirnya aku panggil saja abang.

"Qoni, emang kamu gak tahu ya, kalau sejak kamu kelas satu itu ditaksir kak Erick dan Dina juga naksir ke Erick?" tanyanya dengan nada alto saat jam kosong.

Aku bengong. Mengingat-ingat kembali saban hari awal masuk sekolah selalu dapat salam dari kak Erick yang diwartakan oleh kawan-kawan.

"Hlo! Ngapain kamu bengong?" sambung bang Wulan kemudian.

"Jujur aku gak tahu, Bang! Jadi ini alasan kenapa Dina menjauh dariku?" Sumbang suaraku menahan isak.

"Aku emang pacaran ama kak Erick baru seminggu ini dan itu berarti ...."

Benar, Dina raib ditelan bumi tanpa rimba, tanpa kabar.

Sad Ending, aku putus dengan kak Erick karena gak sanggup dihantui rasa bersalahku pada Dina.

"Sayang, kamu serius apa yang barusan kamu ucapkan?" serak berat suara kak Erick membuat air mataku meluncur deras.

"Just it, kita masih bisa jadi teman, Kak!"

Guyuran hujan di halaman sekolah. Pada pos jaga ada kak Melani yang nyanyiin lagu, Just Like O .... Sexy! pikiranku bercabang!

Maaf untuk kak Erick, kuharap bukan dendam yang kau simpan untukku. Aku sama sakitnya kala itu.

If we takes everything, we will be nothing!
Quote:


Ngawi, 20 April 2020
With Love

Warna_Senja
Diubah oleh qoni77 30-06-2020 03:02
riwidy
inginmenghilang
zafranramon
zafranramon dan 81 lainnya memberi reputasi
80
2K
113
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.