Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

andzyazAvatar border
TS
andzyaz
Derita Keluarga Dokter
Bahagia dan haru yang kurasakan saat hasil tes penerimaan spesialis akhirnya sudah diumumkan.

Ayah (saya) : Bun, cek link ini deh, udah pengumuman tuh.. nomer tes mu berapa?
Bunda. : Masa sih yah, mana-mana..
Ayah. : Udaah ini lho.. mana nomer tesmu yang kemarin... sini kucekin..
Akhirnya setelah ku input data nomer peserta dan tgl lahir istriku..

Bunda. : Alhamdulillah...
Ayah. : Horee..Selamat bunda.. akhirnya kesampaian juga bisa jadi spesialis anak.

Memang sudah cita2 kami berdua waktu jaman masih pacaran dulu (jaman masih alay), saya masih kuliah jurusan teknik kimia dan dia masih mau ikut tes SBMPTN (atau SPMB atau UMPTN). Kita sempet berjanji buat menuhin permintaan nanti mo jadi apa.. saya pengen dia jadi spesialis anak, dan dia pengen saya di salah satu perusahaan BUMN. Padahal waktu itu liat IPK saya belum nyentuh 2,3.. hehehehehe (emang dasar alay..).

Singkat cerita kami akhirnya menikah dan sudah dikaruniai 2 putri yang sangat cantik, tujuan kerja di BUMN Alhamdulillah tercapai, dan istri bekerja sebagai dokter bangsal di salah satu rumah sakit swasta dan karena harus mengikuti lokasi kerja saya yang beberapa kali pindah, serta karena beberapa hal, sehingga rencana mengambil spesialis selalu tertunda dan sulit rasanya untuk menggapai impian untuk jadi dokter spesialis.

Namun rejeki itu akhirnya datang, dengan beberapa perjuangan dan pengorbanan yang harus kuambil, salah satunya yaitu pisah kota dengan anak istriku. Berat untuk dibayangkan tidak bertemu putri2ku yang cantik, sehingga hampir 1 minggu sekali kujadwalkan untuk pulang bertemu dengan keluarga dan kebetulan beberapa rekan kerja pun juga ada yang senasib PJKA (pulang jumat kembali ahad) jadi tidak terasa lelahnya...

Kebahagiaan dan rasa senang kami rasakan selama beberapa waktu saat awal bulan mulai perkuliahan ppds, memang karena masih baru masuk dan masih junior ada aja pekerjaan tambahan selain kuliah yang menurutku ga penting, tapi dia jalanin dengan santai dan senang hati. “Kita bantu senior lah”.. katanya

Sayangnya kebahagian itu ga berlangsung lama, kurang lebih sekitar bulan maret, wabah corona mulai menyebar di indonesia dan sudah menjadi pandemic, dan sudah sampai dikota tempat tinggal kami. Dari perusahaan saya sudah ada arahan untuk Work From Home, dan itu tidak berlaku untuk tenaga medis, tidak berlaku untuk dokter, perawat, dan para residen seperti istri saya. Bersyukurnya tepat saat perusahaan saya menyatakan WFH posisi saya sedang berkumpul dengan keluarga.

Awal-awal WFH yang mungkin bagi sebagian orang menyenangkan, bagi saya terasa berat dan pedih, hari demi hari memikirkan kondisi istri, bagaimana dia harus bertahan berhadapan dengan penyakit yang belum ada obatnya, yang kita bahkan tidak bisa lihat kasat mata bentuknya.
Hati kecil saya berteriak.. Anjiing.. baik.. istriku jalanin resiko sebesar itu dan aku tu bayar..
Pernah suatu saat menjemput istri dijalan dia menangis, Betapa kesalnya melihat ramainya jalan raya, betapa banyaknya orang nongkrong pinggir jalan. Dia habis merawat anak balita yang PDP karena ulah orang tuanya (Berikan kesembuhan untuk anak itu ya Allah), saat itu istri ngotot ga mau pulang karena teringat putri kami yang masih kecil2. Saya pun ikut emosi melihat orang-orang yang masih nongkrong dipinggir jalan, “Bisa ga sih kalian tolak aja orang2 kayak gitu..apalagi yang malah liburan keluar negeri....nyusahin aja”
Di dalam kendaraan istri saya menggunakan baju plastik seperti jas hujan dan digarasi rumah, saya sudah menyapkan semprotan disinfektan untuk menyambut kedatangannya.

Hari demi hari berlalu, kami sudah mulai tabah menjalani. Diberita dikabarkan mulai banyak pemudik, sehingga kota tempat kami tinggal terasa makin ramai. Kami pun tidak seemosional seperti dulu menanggapinya, Saat melihat jenazah perawat ditolak bahkan saat 46 tenaga medis di RS nya dinyatakan positif pun kami tak bergeming. (Beberapa dari kalian mungkin sdh bisa menebak kami ada dimana)

Dibalik semua ini, mungkin ini sebabnya dia diterima tes ppds, dulu terasa berat sekali untuk memutuskan dan banyaaak sekali kendala untuk melanjutkan sekolah, sekarang kami sadar kenapa kami diberi jalan yang cukup lebar dan rejeki yang cukup untuk melanjutkan sekolah spesialis, mungkin karena ini... karena ini penyebabnya.... dan karena istri saya adalah seorang Dokter.
Kami percaya semuai ini ada hikmahnya..
Ya Allah kami mohon perlindunganmu dan hanya kepada Mu lah kami mohon ampun.


Terimakasih yang sudah membaca, mohon maaf belepotan tulisannya, apabila ada yang merasakan hal yang sama, atau punya saran boleh lah kita saling berbagi bersama-sama bagaimana menjalani ini.




nona212
archaengela
jeruk.madu
jeruk.madu dan 47 lainnya memberi reputasi
48
1.8K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.9KThread28.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.