Masih banyaknya kasus positif Covid-19 yang bertambah ditambah dengan angka kematian yang tinggi, membuat banyak orang bertanya-tanya. Apakah pemberantasan Covid-19 benar-benar jadi prioritas pemerintah Indonesia?

Data ini misalnya. Dalam sehari terdapat sebanyak 60 pasien yang meninggal akibat Covid-19. Ini merupakan angka tertinggi yang dicetak Indonesia sepanjang dilanda pandemi corona. 

Sementara, teriakan para tenaga medis soal minimnya Alat Perlindungan Diri (APD) dan kewalahan akibat pertumbuhan pasien tak seiring dengan ketersediaan tenaga maupun sarana masih belum juga teratasi. 

Ditambah, lama terbitnya regulasi yang bisa mengatur soal pembatasan sosial secara tegas juga sempat membuat publik resah. Sampai akhirnya pemerintah mengeluarkan aturan soal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai diberlakukan dan diajukan oleh daerah-daerah. 

Secara langkah ini, dinilai oleh beberapa pakar sebagai tindakan yang tidak tegas dan justru berisiko buat kesehatan publik. Pemerintah, dinilai lebih mengkhawatirkan kondisi ekonomi ketimbang kesehatan warganya. 

Apakah betul seperti itu?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan pun buka suara soal pendapat tersebut. 

"Sama sekali tidak benar," kata Luhut dalam konferensi pers, Selasa (14/4/2020).

Ia menjelaskan bahwa pemerintah memberi perhatian sangat besar untuk melawan Covid-19, bahkan 60 sampai 70% perhatian adalah untuk ini. 

"Tapi yang lain tidak boleh berhenti dong, tiba-tiba Covid-19 selesai, kan masalah baru lagi nanti," kata dia. 

Keseriusan pemerintah, menurut Luhut, bisa dilihat dari frekuensi rapat terkait Covid-19 dengan satuan tugas dibandingkan rapat yang lain. "Pasti lebih banyak rapat ini. Jadi tidak benar kalau ada pikiran seperti itu," lanjutnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...ni-jawab-luhut

TAKUT KECEPLOSAN
YANG JAWAB AKHIRNYA OPAH

RODA EKONOMI MEMANG RUH BUAT NEGARA. TAPI NEGARA PRIORITASKAN NYAWA RAKYATNYA

JGN SAMPAI ORANG YG BERPRESTASI MEMBANGUN NEGARA JADI KORBAN VIRUS CORONA