Dari dulu, sewaktu masih kecil ane senang liat ayam. Liat ayam tetangga, jadi minta dibeliin juga sama bapak.

Keesokan harinya sepulang kerja, bapak belilah ayam. Senang dong, eh ... ternyata ayam potong. Hiks. Disangkanya ane mintanya ayam buat dimakan.

"Bukan pak, buat dipelihara ..." Kataku kepada bapak.

Tak bosan minta dibeliin ayam, akhirnya dibelikan lagi. Ayam betina, biar bisa bertelur, ada anaknya banyak, kata bapak. Selang berapa hari, belum sempat bertelur, ayamnya hilang dicuri orang. menangislah ane tersedu-sedu minta ganti.

"Udah jangan nangis, ada rejeki nanti bapak beli lagi" begitu kata bapak membujukku.

Lama tak dibelikan ayam, kami pulang kampung di rumah nenek. Ketika kami pamit pulang, nenek memberiku oleh-oleh ayam hidup dua ekor. Girangnya tak terkira, tapi ayamnya masih kecil.

"Ayamnya dikurung aja, biar tidak hilang lagi" Nasehat nenek.

Dan inilah ayam-ayamku sekarang sudah beranak-pinak.









Ada yang sudah dipotong buat dimakan, ada juga yang dijual. Lumayan buat tambah belanja sehari-hari. Tapi tetap ada juga yang hilang dicuri, hilang karena nyasar dan ada juga yang mati.

Memang enak kalau pelihara ayam, mau makan ayam, tinggal dipotong. Mau telur, langsung diceplok aja. Tanpa perlu beli. Lebih sehat dan alami tanpa pengawet.

Makanannya tidak mesti dibelikan makanan khusus gansis. Ayam kecil yang baru menetas, ane kasih butiran beras kecil (hancuran beras). Tidak mesti halus, tapi ukurannya lebih kecil dari ukuran beras biasa pada umumnya (maaf ane ga punya gambarnya, kebetulan habis dan ayam kecil juga udah gede).

Ayam yang besar dikasih apa saja, dia makan. Sisa nasi, nasi basi pun dimakannya. Jadi tak ada makanan yang mubazir, makanan yang tidak habis bisa dikasih ayam.

Apalagi ayam juga bisa cari makanan sendiri di luar, jadi kasih makannya cuma pagi dan sore.

Yang susah, bersihin kandangnya. Ane tidak tiap hari bersihin kandang, kadang malas juga. Tapi kalau malas, bersiaplah rumah akan bau.

Kali ini mereka tidak tinggal di kandang, mungkin bosan sama kandang yang bau.

Mereka bertengger di atas langit-langit rumah, lumayan gampang bersihih kotorannya.





Enaknya lagi, ayam itu akan pulang sendiri ke tempatnya jika sudah petang. Jadi kami sekeluarga tidak terlalu khawatir untuk meninggalkan rumah tanpa ada yang mengurus ayam. Kecuali kalau ada yang orang yang iseng, nyolong misalnya.

Yang parah kalau ada wabah, jadi bukan cuma manusia bisa diserang wabah. Ayam juga gansis. Ayam-ayam habis. Dari ayam tetangga yang mati satu persatu, ayam di rumah ane pun ikut mati. Alhamdulillah tahun belakangan ini tak ada lagi wabah.

Jadi walau malas, ane mesti tetap jaga kebersihan. Apalagi di masa pandemi corona ini harus lebih waspada. Tak lupa cuci tangan yang bersih setelah bersentuhan dengan hewan peliharaan.

Selama masa sosial distancing, mumpung #dirumahaja ane bisa lebih intens urus ayam. Memang lumayan ribet, tapi banyak manfaatnya.

Makassar, 13 April 2020


Sumber : Dokpri & Opri