• Beranda
  • ...
  • Sports
  • Mengulik Bentuk Bisnis MCO Dan Perannya Terhadap Sepakbola

FootballStoryAvatar border
TS
FootballStory
Mengulik Bentuk Bisnis MCO Dan Perannya Terhadap Sepakbola


Tidak bisa kita hindari bahwa segala evolusi dalam sepakbola memang sedang melaju kencang, entah pada peraturan, gaya permainan, atupun bisnis yang sedang dijalankan. Seiring berjalannya waktu para pebisnis juga sudah membidik olahraga sepakbola menjadi lahan untuk menggali keuntungan, tak heran jika melihat fenomena seperti itu karena sepakbola sudah menghimpun banyak masa. Mereka para pebisnis membeli kepemilikan klub secara penuh dan mengambil untung secara keseluruhan.

Hal yang tengah digandrungi para pebisnis di ranah sepakbola adalah bentuk bisnis MCO atau Multi Club Ownership (kepemilikan klub ganda). Melansir dari Football Benchmark, MCO didefinisikan sebagai fenomena satu perusahaan dengan kepemilikan dua klub atau lebih. Contohnya untuk tim besar adalah Atletico Madrid dengan Atletico San Luis, Meksiko dan juga AS Monaco yang mengakui sisi KSV Cercle Brugge, Belgia. Bentuk bisnis ini tercatat mulai dilakukan pada era 90an ketika sebuah perusahaan bernama ENIC membeli saham dari banyak klub di Eropa ada Tottenham, Glasgow Rangers, AEK Athens, Slavia Prague, Basel, dan masih banyak lagi.

Dan tentunya sekarang yang masih jadi perbincangan adalah Redbull. Redbull sendiri adalah perusahaan minuman berenergi yang laku dikalangan masyakarat banyak. Didirikan oleh pria dari Austria, Dietrich Mateschitz yang bekerjasama dengan pebisnis Thailand yakni Chaleo Yoovidhya. Sesuai namanya, Redbull layaknya banteng yang hendak menyeruduk lawannya, Redbull tampak perkasa dikalangan umum dan tersebar di 160 negara dan memiliki 8000 karyawan. Tak hanya dengan sepakbola Redbull beraliansi dengan bidang lainnya seperti Redbull Racing Team (F1), Redbull Energy Shot, Redbull Total Zero, Wings For Life Foundation, Sponsorship Moto GP, Rally Car, Super Bike, hingga Moto Cross. Tak lain dan tak bukan Mateschitz menjadi sosok jenius dibalik semua keperkasaan banteng merah.


Tak hanya itu Redbull juga berhasil membujuk rayu para kompetitor olahraga didalamnya untuk menjadi official sponsor kita bisa lihat nama² besar seperti Dani Pedrosa, Marc Marquez, hingga Bryan Fickers seorang pembalap Nascar disponsori langsung oleh Redbull. Dan sampailah pada olahraga sepakbola.

Pada 2006 Redbull berhasil mengakui sisi klub sepakbola asal New York yang berubah naa menjadi New York Redbull, pada 2005 mereka juga berhasil menggenggam SV Austria Salzburg yang sekarang berubah nama menjadi SV Redbull Salzburg. Belum puas, pada 2008 mereka membentuk klub di Ghana dengan nama Redbull Ghana, lanjut setahun kemudian Redbull melahirkan 2 klub sekaligus di 2 negara berbeda ada Redbull Leipzig di Jerman dan Redbull Brasil di Brazil. Petinggi perusahaan menilai dengan cara tersebut mereka memiliki pasar yang luas bisa meraup keuntungan sebesar mungkin, cara mereka adalah dengan memaksa halus penggemar untuk mencintai Redbull dengan trik mereka merekostruksi ulang sejarah klub tersebut sampai mereka tidak memiliki sejarah dan memulai segalanya dari awal. Lalu Redbull masuk dan penggemar menganggap Redbull adalah raksasa yang mengukir sejarah dengan caranya sendiri, mulai dari jersey seragam, stadion klub, logo klub, hingga nama klub, mereka tak segan untuk mengganti dengan produk kebanggaan mereka.

Negatifnya sistem tersebut banyak penggemar yang menolak cara tersebut seperti di Austria penggemar tidak suka dengan cara perusahaan memperlakukan klub dengan seenaknya akhirnya sebagai balasan, mereka para fans membentuk SV Austria Salzburg yang baru, namun apa yang dijanjikan pihak perusahaan kepada klub memang benar kenyataannya seperti stadion, Redbull benar² merenovasi stadion menjadi lebih megah dari sebelumnya, tidak bisa dipungkiri memang perusahaan Redbull banyak beri manfaat bagi klub yang diakuisisi. Mereka juga bergerak aktif dalam bursa transfer dan juga mendapat talenta muda dengan lebih cepat.

Bentuk bisnis MCO mempercepat menemukan talenta muda tanpa harus menggunakan perantara banyak scout. Contohnya adalah kejadian pada pemain bernama Naby Keita, ia bermula bermain di tim Divisi 3 Prancis ia kemudian direkrut RB Salzburg dan langsung disalurkan ke RB Leipzig untuk mengembangkan bakatnya. RB Leipzig dan RB Salzburg pun yang masih satu naungan dengan perusahaan Redbull tidak perlu menggunakan jasa scout untuk memantau perkembangan bakat Keita. Setelahnya Liverpool merekrut Keita dengan bandrol yang cukup tinggi, keuntungan dari satu pemain didapat perusahaan Redbull.

Berbicara soal keuntungan transfer jelas banyak keuntungan yang diambil Redbull dari transfer talenta muda dari mereka yang bukan apa² kemudian menjadi pemain bintang berbakat setelah dipoles klub sepakbola Redbull, tentu transfer yang pasti diingat adalah Sadio Mane yang bakatnya ditemukan Southampton yang kemudian menjadi bintang di Liverpool, jangan lupakan pula Erling Haaland si pemuda ajaib yang kini menjadi andalan lini depan Dortmund, belum lagi bakat superstar yang masih disimpan Redbull seperti Timo Werner yang karir kedepannya masih dalam spekulasi.

Klub Redbull juga mendapat profit dari bentuk bisnis MCO, karena dengan ini klub sepakbola Redbull yang masih dianggap "balita" dalam sepakbola mulai merangkak menapaki ketenarannya, klub² bercorak banteng merah memang tengah menikmati masa kejayaan mereka. Dan bukan tidak mungkin Redbull terus mengembangkan cabang klub sepakbolanya demi orientasi pada keuntungan yang terus mengalir.
source
emoticon-Cendol Ganemoticon-Rate 5 Star

Diubah oleh FootballStory 10-04-2020 08:24
onik
nona212
tien212700
tien212700 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
6.8K
84
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
SportsKASKUS Official
22.9KThread11KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.