Ketika hati nurani dan kenyataan dibenturkan, banyak manusia tega saling menghancurkan.

Inilah waktu yang tepat untuk kita beristirahat.

Seperti halnya yang dialami seorang pemuda yang terduduk lemah di pelataran sebuah toko kelontong dengan kantong kresek yang tidak ramah lingkungan. Ia hanya bisa memandangi jalanan yang penuh dengan kendaraan bermotor yang saling berlomba seakan ingin mencapai garis finish dan menjadi juara.

Pemuda yang tidak punya kuasa ingin mengambil alih jalanan hanya bisa pasrah mendengar suara klakson yang bersahut-sahutan dan Cumiakan telinga.

Bagaimana ingin mengambil alih jalanan, untuk membeli sepotong roti saja aku tak bisa, ucapnya.

Pemuda itu asing,

Ia tak terlihat di keramaian dan diantara lalu lalang orang yang tertawa riang. Miris.

Benar kata orang, kehidupan itu kejam.

Seperti hukum rimba, yang kuat yang menang.

Hal ini terjadi kepada pemuda asing yang terduduk lemah di pelataran toko kelontong, ia kalah seusai berperang dengan dirinya sendiri yang menyebabkan ia tidak bisa menentukan langkah kemana setelah ini ia akan berjalan.

Terduduk lemah mengharap perhatian dan juga belas kasihan, tapi tak disangka yang didapat hanya cemohaan, tertawaan dan dijadikan bahan bercandaan.

Miris.

Sampai pada akhirnya, ia hanya bisa terduduk sampai tertidur menggigil kedinginan. Karena ini sudah tengah malam. Yang ia punya hanya sepotong baju lusuh, celana belel dan juga kantong kresek yang tak ramah lingkungan.

Begitu setiap hari sambil menggenggam harap akan ada orang baik yang menarik tangannya dan membawa ia kerumah makan.

"Keterasingan bisa mendatangi siapa saja, tak peduli usia. Ia datang untuk menikam"

SehatxBerbahagia
Ade Fahrizal