Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
MUI Nilai Makam Khusus Jenazah Corona Bisa Timbulkan Stigma
MUI Nilai Makam Khusus Jenazah Corona Bisa Timbulkan Stigma

MUI Nilai Makam Khusus Jenazah Corona Bisa Timbulkan Stigma

Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengimbau pihak keluarga agar tidak ikut dalam pemulasaraan jenazah korban virus Corona (COVID-19). MUI juga menilai pemakaman khusus korban Corona akan menimbulkan stigma.
"Pada prinsipnya, untuk memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan itu bukan tanggung jawab keluarga saja, tapi umat Islam lain. Kalau dilakukan orang lain tetap sah tidak ada yang dilanggar," kata Wasekjen MUI Pusat Bidang Fatwa Sholahuddin Al-Ayyubi dalam acara dakwah daring bertajuk 'Penolakan Jenazah COVID-19: Ini Panduan Ulama', Senin (6/4/2020).

Belakangan memang terdapat kasus keluarga yang ngotot ingin merawat sendiri jenazah korban Corona sampai membongkar peti jenazah. Sholahuddin khawatir kejadian itu bisa menimbulkan persepsi di masyarakat.

"Jangan ada salah persepsi untuk pemulasaraan harus dilakukan keluarga," ujarnya.

Sholahuddin meminta pihak keamanan mengedepankan cara persuasif ke masyarakat. Sebab, dia menilai warga menolak pemakaman itu karena belum paham.

"Terkait penolakan jenazah kami imbau aparat untuk persuasi lebih dahulu. Saya kira penolakan tersebut karena informasi yang belum sampai paham saja," ujar Sholahuddin.

Sholahuddin ingin agar korban meninggal akibat Corona beserta keluarganya tidak dipandang sebagai aib. Keberadaan makam khusus korban COVID-19, menurutnya, juga bisa menimbulkan stigma baru lagi di masyarakat.

"Kami ingatkan jangan sampai ada stigma terhadap orang terinfeksi COVID, keluarganya juga yang sudah meninggal, itu sebagai sesuatu aib. Kuburan khusus itu bisa menjadi bagian stigma itu. Kalau memungkinkan dimakamkan di pemakaman biasa tidak masalah," katanya.
sumber

******

Lucu kan?
Hp sekarang ini bukanlah barang mewah. Siapapun juga bisa beli hp. Kuota pun banyak dijual perhari untuk internet. Edukasi telah banyak disampaikan. Tapi kasus penolakan jenazah Corona tetap terjadi. Lantas salah siapa?

Mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim. Telah puluhan bahkan ratusan tahun ummat muslim diajari tentang perlakuanyang benar terhadap jenazah. Ulama berganti ulama. Ustadz berganti ustadz. Ceramah dari yang menggebu-gebu sampai yang lembut telah disampaikan. Tapi nyatanya?

Ini artinya ada yang salah dalam masyarakat Indonesia. Kebanyakan muslim Indonesia hanya mrmpelajari kulit luar Islam saja biar dianggap sebagai muslim. Lalu bisa teriak takbir dan jihad.

Ribut soal ukhuwah sampai ke negeri seberang. Menggelorakan semangat kebersamaan kepada saudara diseberang lautan. Menjual tangisan, darah, airmata, agar bisa mengumpulkan donasi bagi saudara di negeri lain. Tapi lupa akan bangsa sendiri, yang mudah diombang-ambing, mudah diprovokasi, mudah dibelokan. Bahkan untuk bisa menghormati jenazah saja tidak mampu. Lantas kemana para ustadz itu? Dimana mereka sekarang berada? Tak terlihat wajahnya. Tak terdengar kata-katanya. Tak terdengar tausiyahnya. Semua diam. Hening. Padahal inilah saatnya mereka bersuara.

Jika dokter menjadi garda terdepan demi menyelamatkan banyak nyawa. Jika tentara menjadi garda terdepan mengamankan bangsa ini. Jika polisi menjadi garda terdepan menertibkan masyarakat, maka mereka para ustadz, adalah orang yang ditunggu untuk menyampaikan tausiyahnya tentang penghormatan yang layak kepada mereka yang wafat. Memberi pengertian dari segi agama tentang wajibnya memberi penghormatan yang layak bagi mereka yang telah tiada.

Jika MUI berpendapat bahwa makam khusus Corona dapat menimbulkan stigma negatif, mengapa MUI tidak segera mengeluarkan Fatwa tentang haramnya orang yang memperlakukan mauat dengan semena-mena? Memperlakukan mayat bagai bangkai binatang?

Kalau MUI mengatakan bahwa aparat diminta untuk mendahulukan tindakan persuasif, memang sudah ada aparat yang berlaku represif terhadap mereka yang menolak pemakaman jenazah Corona? Belum ada. Tapi jika aparat tetap harus melakukan tindakan persuasif, sampai berapa lama? Sampai masyarakat sadar dan memahami? Lantas membiarkan jenazah dalam ambulance menunggu dimakamkan dengan layak? 1 jam? 2 jam? 1 hari?

Inilah Indonesia.
Inilah kenyataannya.
Bahwa hp dan internet hanya dipakai untuk menulis status sosmed. Bukan untuk mencari tambahan ilmu agar otak dan hati lebih terbuka.

Aneh bin ajaib.
Tapi faktanya ada.





Diubah oleh i.am.legend. 06-04-2020 12:36
lina.wh
4iinch
sebelahblog
sebelahblog dan 12 lainnya memberi reputasi
11
1.2K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.