Di era sekarang banyak mahasiswa yang memilih untuk keluar regionalnya demi melanjutkan jenjang perkuliahan dan juga untuk melanjutkan pendidikan dikampus idaman mereka masing². Maka dari itu mereka diharuskan hidup mandiri tanpa campur tangan penuh dari orang tua, mereka juga harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baru apalagi kalau mahasiswa yang merantaunya di lain pulau tentu kultur kehidupannya jauh berbeda.

Tak jarang mereka dituntut harus mencari teman baru yang tentunya baik untuk kehidupannya, karna jika salah memilih teman, itu juga akan mengarahkan ke alur yang tidak sehat.

Mahasiswa dikampus juga bermacam macam menentukan pilihan dimana ia untuk bertahan hidup, rasio terbanyak tentu saja PP atau Kos, namun tak jarang mereka yang lahir dari keluarga berada dengan mudahnya membeli rumah baru yang dekat dengan kampus.

Wajar kalau kehidupan baru anak kost akan diwarnai beberpa masalah baru. Seperti perubahan dari keseharian mereka saat masih bersama orang tua di tempat asal, homesick (kangen rumah) tentunya dirasakan oleh mahasiswa baru yang memilih untuk kost. Namun dengan sibuknya kegiatan kampus pasti perasaan homesick bisa hilang cepat atau lambat.

Sebagian anak kost menganggap bahwa dengan ngekost artinya mereka memiliki kesempatan untuk hidup bebas. Bebas dalam artian mengekspresikan apa yang mereka mau. Hal itu tidak benar namun tidak juga disalahkan, karena ngekost kita memang akan merasakan kebebasan, tetapi ada tanggung jawab yang tidak boleh dilepaskan oleh anak kos seperti tanggung jawab keuangan, kebersihan kosan, kebersihan pakaian, dan tentunya tanggung jawab perkuliahan.

Anak kost diidentikan dengan hidup apa adanya, maksudnya adalah "bisa makan saja sudah bersyukur", namun hal itu tidak berlaku bagi mahasiswa yang terlahir dari keluarga kaya. Jika ente merasakan hal yang telah dikutip artinya ente telah masuk ke kehidupan yang benar² mengharuskan kita berdiri dengan kaki sendiri.

Kost yang ditempati biasanya digunakan untuk tidur dan tempat untuk membuat laporan atau tugas. Karena percaya atau tidak waktu mahasiswa akan lebih banyak dihabiskan di kampus dibandingkan ditempat tinggal.

Musuh utama mahasiswa kos tentunya adalah keuangan. Ketika keuangan mulai menipis ada saatnya dilema antara bayar kegiatan kampus/ makan memadai/ dan yang terakhir tidak enak untuk minta transferan lagi pada ortu. Bahkan temen ane bikin pepatah "minta gaenak, gaminta laper", dan justru disitu pula kesetiakawanan teman² kampus ente diuji apakah mereka peka atau apatis dengan temannya sendiri. Bahkan ada juga yang menyempatkan bekerja part-time ditengah kesibukan hidup anak kosan seperti jualan pulsa misalkan, ane salut sama yang bisa nyempetin kerja part time.

Tak jarang juga ada yang memperbolehkan tempat kosnya untuk berkumpul agar tidak terlalu sepi untuk mengerjakan tugas/laporan, ataupun ketika sibuk rapat hingga larut malam jika menjadi mahasiswa organisasi bahkan hingga menginap jika memang sudah larut malam dan berbahaya untuk kawannya yang PP.

Selain dari segi positif anak kost juga tidak lepas dari segi negatif yang jika lengah bisa saja menghampiri mereka. Anak kos yang tidak peduli dengan keadaan orang tuanya dirumah karena mereka telah merasa bebas dari aturan orang tua, bukan tidak mungkin akan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti sex bebas, bahkan narkoba. Uang yang diberikan orang tuanya untuk kuliah atau untuk keperluan kost malah digunakan untuk hal yang tidak seharusnya.

Itulah sedikit ane menilik kehidupan anak kos dari temen² ane yang cukup banyak memilih untuk kos, kalau ane mah mahasiswa PP.


sumber gambar