Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kholil1107Avatar border
TS
kholil1107
MAHASISWA ZAMAN NOW
MAHASISWA ZAMAN NOW

Menjadi sebagian hal menyenangkan untukmu adalah sebuah anugerah bagiku. Bertemu dengan cepat meski hanya dengan percakapan singkat. Kau dan aku saling bertukar kabar dan menanyakan apa yang baru saja dilakukan. Oh sungguh menyenangkan.

Hari semakin mengerti keadaan hati kita masing-masing. Hati yang memiliki kesamaan rasa, kesamaan kata, dan mungkin kesamaan cita-cita yang kelak akan berubah menjadi nyata. Aku yakin itu. Semua harapan yang kau ceritakan telah kutampung dalam doa, kusampaikan pada Tuhan, dan kuusahakan dengan sekuat tenaga. Aku harap kau pun begitu.

Sebelum kita berpisah, ada satu hal yang pasti selalu kau lakukan entah sengaja atau tidak. Ya, kau selalu berhasil menyelipkan rasa rindu saat kata "Sampai Jumpa" kau ucap dengan mata berbinar. Bahkan, sebelum kau benar-benar menghilang dari pandangan, saat itu aku sudah menrindukanmu.

Jika diibaratkan, cinta kita seperti pantai dengan gelombang yang selalu seimbang, diikuti senja paling romantis, angin yang merdu, dan tawa anak-anak kecil yang berhasil membangun istana dari dzikir pasir.

Tidak hanya itu, cinta kita juga seperti gunung yang menembus langit, membelah arsy, dan menyemburkan kebaikan kepada semesta. Atau mungkin, cinta kita adalah lambang kesetiaan seluruh makhluk kepada Tuhannya.

Ngopi adalah kebiasaan kita saat malam minggu. Membuka satu buku, diskusi bersama, dan kemudian menyimpulkan sebuah paham yang intinya adalah rindu. Rindu suaramu, indah matamu, senyum manis bibirmu. Ya, kurasa kau adalah buku paling lengkap sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Tepat jam sepuluh malam, kita akan mengakhiri semuanya dengan pembacaan hamdalah di hati masing-masing. Sebuah ungkapan syukur pada Tuhan karena telah diberikan kesempatan untuk bertemu dan bertatap muka. Di satu meja yang sama, rasa yang sama, dan di bahagia yang sama.

Lalu aku mengantarmu menuju kos. Tempatmu beristirahat dari segala lelah yang singgah selama seharian. Hingga penduduk sekitar sana tahu, bahwa aku adalah keistimewaan kecil di hidupmu sekarang. Entah nanti dan besok. Karena kita telah sama-sama memegang prinsip bersama. Semoga saja Tuhan merestui.

Sedangkan aku, masih harus melanjutkan perjuangan di warung kopi selanjutnya. Warung kopi yang kurahasiakan padamu. Di sana aku mengabadikan semua kenangan tentang kita. Semua jenis senyummu, semua jenis dukamu, dan semua jenis rahasiamu.

Sampai pada dini hari, saat semuanya sudah masuk ke alam mimpi, aku baru saja mengemasi barang2 dan menyelesaikan teguk terakhir pada secangkir kopi. Minuman yang selalu setia menemani mata terjaga sepanjang malam, sepanjang jalan, bahkan sepanjang kenangan.

##@@##

"Beb, kayaknya malam ini aku nggak bisa keluar deh," katamu dengan lugu dalam sebuah chat.
"Kenapa?"tanyaku penasaran.
"Banyak tugas beb, senin lusa harus dikumpulin. Ini masih belum ngerjain sama sekali," balasmu dengan emoticon love.

Dadaku bergetar. Membisikkan sebuah kebohongan yang membawa luka berkepanjangan. Aku berusaha menepisnya jauh-jauh. Tapi lagi-lagi datang. Aku terdiam. Dan kau masih online di seberang sana. Hingga kujawab saja dengan sebongkah rasa percaya.

"Ok, mungkin di lain waktu," jawabku singkat.

Aku menyandarkan diri di kamar. Rencana untuk keluar denganmu gagal karena sebuah tugas. Hah, kadang aku memgumpat sendiri kenapa sih mahasiswa harus banyak tugas. Padahal bukan itu substansinya. Ya, intinya kita belajar, mengamalkan, kemudian menyebarkan. Tapi sayang, penyakit millenial adalah malas belajar apalagi mengamalkan dan menyebarkan.

Dari pada nganggur tidak jelas, akhirnya aku memilih membuka buku. Sebuah buku sastra yang terselip di antara buku-buku kuliah. Entah dari mana datangnya buku itu. Mungkin Tuhan sengaja mengirimkannya untuk menemani malam ini. Malam yang sangat sunyi.

Kubuka halaman pertama. Sebuah prolog yang menurutku memiliki nilai puitis yang bagus.

Bismillahirrohmanirrohim.
Atas nama kenangan yang membatu di kepala seorang kekasih, kuucapkan banyak-banyak terima kasih pada sepasang mata yang mengajakku berkeliling melihat semesta, mengukur kedalaman laut, dan memandang senja yang seolah-olah sama dengan mata kita.

Terbitnya buku ini bukan sebuah kebetulan yang datang secara tiba-tiba. Akan tetapi, rindulah yang menuntun tanganku untuk menulis, mataku untuk membaca, dan kepalaku untuk mengingat apa saja yang pernah terjadi di antara kita. Rindu menjelma semangat membara seperti tungku api yang tak pernah mengenal kata padam.

Harapannya, semoga para pembaca bisa belajar dari pengalaman, bijak dalam mengambil keputusan, dan sabar serta ikhlas atas segala ketetapan. Baik saat dibohongi, dikhianati, bahkan ditinggal pergi oleh orang yang paling dicintai. Semoga saja tidak.

Aku mulai tertarik dengan buku itu. Penulisnya adalah Kholil Ar-rohman yang berasal dari pulau Madura. Entahlah siapa dia. Yang jelas, dia telah berhasil membawaku pada sebuah dimensi yang berbeda dan suasana yang istimewa. Sejenak tentangmu berhasil kulupakan. Buku itu seolah menjadi sihir bagi seluruh para pecinta.

Tiba-tiba HPku berdering. Irfan menelpon. Dia mengabarkan bahwa baru saja kecelakaan di perempatan jalan kota. Oh tidak. Dengan cepat aku langsung menuju lokasi kejadian untuk membantunya pulang. Dia adalah salah satu teman kosku yang paling suka mempermainkan hati perempuan. Dasar Irfan.

Lima belas menit kemudian aku sampai di lokasi. Kecelakaan memang tidak terlalu parah. Tapi sepeda Irfan tidak bisa di kendarai. Dia juga dalam kondisi agak syok. Irfan dan orang yang berseteru dengannya akhirnya berdamai. Tidak ada yang salah dengan kejadian ini. Hanya keduanya kurang hati2 saja. Akhirnya kubonceng Irfan, dan sepedanya diangkut oleh pick up dengan biaya seratus ribu rupiah. Namanya juga kota. Semua serba uang.

##@@##

Kuliah aktif kembali. Para mahasiswa berhamburan dari berbagai sisi. Ada yang dari kontrakan, pondok, kos, hingga rumah saudara yang dijadikan tempat domisili. Lokasi kosku tidak terlalu jauh dari kampus. Cukup sepuluh menit dengan sepeda sudah sampai, itu pun jika tidak macet.

Kertas-kertas bertumpukan. Teori-teori saling bersitegang, dan kepala-kepala mahasiswa berpikir keras tentang banyak hal: tugas, karier, pacar, hingga pasangan hidup yang masih belum pasti. Semua itu bercampur aduk dalam kehidupan mahasiswa di kampus.

Hari ini aku tidak ingin makan pagi. Entah mengapa, tiba-tiba perutku seperti sudah terisi. Biasanya, jam setengah tujuh pagi perut ini sudah memanggil-manggil untuk segera diisi. Tapi hari ini tidak. Semuanya berjalan aman-aman saja. Semoga saja aku tidak mendadak mati di tengah jalan.

Aku mengikuti perkuliahan sebagaimana biasa. Duduk mendengarkan semua ocehan dosen yang masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Sesekali aku menatap ke seberang sana. Tempat para perempuan berjilbab islami dengan beraneka warna. Dan di bagian belakang, seperti biasa sedang khusyu' dengan HP miring. Merekalah penggila game online.

Di jurusan yang sama dan kelas yang berbeda, tentu aku sangat pintar sekali memanfaatkan keadaan. Aku sering menyontek tugas darimu, menyalin langsung PPTmu, dan bahkan sempat mengganti makalahmu dengan namaku. Untung saja dosennya tidak teliti, hingga aku aman tidak kena marah.

Pagi berganti senja. Aku pulang dengan membawa setumpuk tugas yang sudah siap membebani kepala, memaksa mata terjaga, dan menuntut tangan untuk mencari refrensi di berbagai media. Malam ini, tampaknya aku harus tidur lebih sedikit. Tiga tugas sudah menanti dan semuanya dikumpulkan besok. Begitulah mahasiswa zaman now, suka mengerjakan tugas H-1 dari waktu pengumpulan. Ditambah lagi proyek pribadi yang tak kunjung selesai.

Beberapa chat datang dari teman-teman. Mereka mengajakku ngopi sambil diskusi perihal acara yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Pikiranku berkecamuk antara "iya" dan "tidak". Kemudian aku melihat tugas dan setumpuk kertas yang masih berserakan. Akhirny aku memilih absen dulu malam itu.

Meski tidak ngopi di cafe, aku tetap membuat kopi pribadi yang sudah kubeli satu renteng beberapa hari yang lalu. Ditambah satu wadah rokok surya warna merah. Dan sedikit camilan untuk menghilangkan rasa hambar di mulut. Semua itu adalah penangkal ngantuk yang sering melanda mataku. Ya, aku dikenal sebagai mahasiswa bermata merah saat jam sepuluh malam ke atas.

Aku mulai mengerjakan tugas satu persatu. Membuka buka refrensi, mengetik, kemudian menyeruput kopi yang masih hangat. Tidak ada suara sama sekali. Hanya suara langkah seseorang dari luar, mungkin penghuni kos yang lain. Namun entah mengapa, tiba-tiba aku teringat dirimu. Tampaknya aku dilanda rindu secara tiba-tiba.

"Beb..," kataku dalam chat.

Satu menit kemudian balasan darimu datang.

"Dalem beb?" Jawabmu yang entah sedang ngapain.
"Nggak apa-apa beb, cuma ngetes doang," sambil diikuti emoticon tertawa.

Setelah berbincang-bincang sejenak, aku kembali pada tugas. Meninggalkan semua chat tidak penting dari beberapa teman. Tepat pukul satu malam, semua tugas selesai. Aku memutuskan untuk langsung tidur. Dan besoknya, ternyata dosen yang memberikan tugas tidak masuk lantaran ada urusan di luar kota.

"Adduh, padahal udah semaleman ngerjain," kataku geram.

##@@##
Hari sabtu kembali tiba. Hari kemerdekaan bagi mahasiswa dari segala tugas dan kuliah yang mengusik jiwa. Ďi hari itu, para mahasiswa banyak melakukan aktivitas yang berbeda: mendaki gunung, menjemput gelombang pantai, dan pergi ke beberapa tempat wisata untuk sekedar memanjakan mata. Banyak rupiah yang menghilang saat itu.

Sedangkan aku berbeda dari yang lain. Aku mencoba untuk memanfaatkan waktu libur tanpa harus meninggalkan kebersamaan denganmu. Kebersamaan yang sempat menghilang selama enam hari terakhir. Akhirnya, aku mengajakmu pergi ke sebuah tempat yang berisi banyak buku mulai dari fiksi, non fiksi, maupun motivasi hidup dari orang-orang yang sudah ahli.

Aku berkeliling denganmu sambil berpegangan tangan. Seolah-olah kita adalah pasangan suami istri yang baru saja menikah. Romantis sekali. Aku menunjukkan beberapa buku kepadamu, begitu pun sebaliknya.

"Ini gimana beb?" Tanyaku santai.
"Jangan yang itu beb, jelek," jawabmu pelan khawatir terdengar penjual.
"Yang ini saja," katamu sambil menyodorkan sebuah buku motivasi.
"Kayaknya menarik,"

Pembelian buku selesai. Kita pulang dengan perasaan bahagia yang sederhana. Tanpa harus pergi jalan-jalan ke tempat mewah dan menghabiskan banyak rupiah. Kemudian aku mengantarmu pulang hingga selamat sampai di depan kos. Aku melambaikan tangan, mengucapakan salam dan pergi.

Malam minggu kembali tiba dengan segenap rindu yang menggumpal dalam dada. Meski tadi siang baru saja bertemu, acara malam mingguan tetap menjadi ritual wajib bagi kita. Bercerita banyak hal, tertawa bersama, dan menghabiskan malam berduaan.




NadarNadz
nona212
tien212700
tien212700 dan 14 lainnya memberi reputasi
13
1K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.