finalbossAvatar border
TS
finalboss
Penghuni Lantai Dua

Quote:

Pernahkah kalian diganggu oleh yang tak kasat, di saat momen pindah rumah yang harusnya bahagia, harus berubah jadi mencekam oleh kehadiran sosok yang sudah lebih dulu mendiami tempat tersebut, berikut ceritanya.

Quote:

Kamis pagi tahun 2011, keluarga kami tiba di sebuah rumah yang baru dibeli ayahku. Letak rumah tersebut berada di perkampungan yang agak jauh dari jalan utama, tidak terlalu terpencil tetapi masih jarang ada rumah di daerah ini.

Perkenalkan namaku Alfin, aku pindah ke rumah ini bersama kedua orang tuaku dan juga adikku Citra yang tahun ini baru menginjak kelas 2 SMP. Alasan mengapa keluargaku pindah ke tempat ini adalah karena pekerjaan ayahku yang mengharuskan kami untuk pindah ke tempat ini.

Sesampainya di rumah baru kami, rumah dengan cat berwarna abu-abu dengan pagar besi yang agak berkarat di beberapa bagiannya. Rumah ini terdiri dari dua lantai, kamar tidur lantai pertama rencananya nanti akan ditempati oleh orang tuaku, sedangkan aku dan Citra akan menempati lantai dua di kamar kami masing-masing.

Sore hari pun tiba, setelah selesai membereskan barang bawaan yang kami bawa, aku dan ayahku menyempatkan diri untuk bersantai di teras depan sembari menyapa dan berkenalan dengan warga sekitar yang kebetulan lewat.

Sore itu kami berkenalan dengan Pak Hasan, beliau kebetulan lewat di depan rumah dan sepertinya baru pulang dari ladang.
"Baru pindah ke rumah ini ya Pak?". Seru Pak Hasan membuka obrolan dengan ayahku.
"Iya Pak, baru pagi tadi kami sampai di rumah ini." Sahut ayahku.

Pandangan Pak Hasan langsung mengarah ke lantai dua rumah, seolah sedang memperhatikan sesuatu. Sesaat kemudian Pak Hasan seakan dikejutkan dengan tawaran ayahku untuk mengajak beliau mampir sejenak.

Pak Hasan pun mengiyakan tawaran dari ayahku dan tak terasa setengah jam pun telah berlalu dari obrolan tentang mengapa keluargaku pindah ke sini dan juga obrolan khas saat orang yang baru pertama kali bertemu.

Ternyata rumah Pak Hasan terletak di dekat pertigaan arah hilir daerah ini, dan beliau juga menawarkan kepada kami untuk berkunjung ketempatnya. Setelah Pak Hasan pulang, aku dan ayahku segera memasuki rumah untuk bersiap makan malam.

Di dalam rumah, Citra dan Ibuku sudah menyiapkan menu untuk makan malam kami. Selesai menyantap makan malam, aku tiba-tiba teringat kembali ekspresi heran bercampur ekspresi takut dari wajah Pak Hasan.

Gerak gerik beliau seperti orang yang resah saat mengobrol tadi, membuatku bertanya-tanya dalam hati. "Sebenarnya apa yang ada di rumah ini". Ujarku lirih yang kemudian dikejutkan dengan tepukan di pundakku dan ternyata itu ayahku.

"Lagi mikirin apa sih fin?, daritadi kayaknya serius banget". Ujar ayahku yang sedari tadi memperhatikanku duduk sendirian di teras belakang.

"Gak yah, tadi Alfin cuma kepikiran gelagat Pak Hasan aja pas kita ngobrol tadi. Kayak ada yang gak beres gitu". Sahutku menanggapi pertanyaannya tadi.

"Sudahlah nak, gak perlu mikirin hal yang aneh-aneh. Harusnya kita bersyukur karena udah dapet rumah yang lumayan besar seperti ini dengan harga di bawah pasaran". Ujar ayahku sembari berlalu menuju ruang keluarga.

Perasaanku bertambah tak enak, karena baru teringat bagaimana pemilik rumah sebelumnya melepas rumah ini dengan harga yang lumayam miring.

Aku teringat kembali dengan cerita horror yang baru-baru ini kubaca, tentang angkernya rumah baru dengan segala terror di dalamnya kepada suatu keluarga.

Tiba-tiba tengkukku terasa dingin setelah mengingat kembali cerita horror tadi dan ku putuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Setibanya di kamarku yang berada di lantai dua, aku langsung merebahkan diri untuk sekadar mengurangi penat saat di perjalanan dan juga aktivitas membereskan rumah tadi.

Pikiranku pun kembali teringat tentang kisah horror tadi, di mana semuanya berawal dari pemilik yang membeli rumahnya dengan harga yang miring. "Itu cuma ada di cerita horror aja, gak mungkin di rumah ini ada yang begituan". Gumamku dalam hati.

Tak lama berselang akupun terlelap dengan nyenyaknya, mungkin karena efek lelah seharian ini. Semuanya berjalan dengan tenang di hari pertama.

Tiga hari berselang setelah kepindahan kami di rumah baru ini, semuanya masih lancar dan belum ada tanda-tanda gangguan seperti apa yang ku khawatirkan.

Barulah pada hari ke empat, ada yang aneh dengan tingkah adikku yaitu si Citra. Setiap keluar dari kamar, dia selalu tergesa-tegesa sambil sesekali menoleh ke koridor yang menghubungkan kamar kami.

Hingga sore hari itu, aku pun menanyakan perihal tingkahnya yang aneh seharian ini.
"Dek kamu kenapa sih, setiap keluar dari kamar kakak perhatiin kok kamu kayak ketakuan gitu sih?". Tanyaku pada Citra.

"Kakak percaya gak sama hal yang tak kasat mata?". Citra malah balik melontarkan pertanyaan padaku.

Aku pun kaget atas jawaban dari adikku ini, juga aku seolah paham ke mana arah pembicaraan ini akan berjalan.

"Percaya gak percaya sih dek, emangnya ada apaan? Kok malah balik nanya kayak gitu?". Jawabku.

Citra pun bercerita bahwa saat dia terbangun tadi malam untuk mengambil cemilan di kulkas yang ada di lantai satu, alangkah terkejutnya dia saat melihat ada seorang wanita yang berdiri di ujung koridor tepat di depan pintu kamarku.

Sedikit gambaran yang diberikan adikku tentang wanita itu, dia mengenakan baju putih polos selutut serta rambut panjang yang menutupi wajah.


Gambaran dari Citra tentang sosok itu benar-benar membuatku takut. Apakah ini sudah saatnya giliranku merasakan hal yang biasanya hanya terjadi di cerita horror.

Lantas akupun menceritakan kejadian ini kepada kedua orang tua ku, dan tentu saja mereka kaget mendengar cerita itu. Terlebih lagi sebuah kenyataan bahwa kami belum genap seminggu menempati rumah yang baru dibeli ini.

Malam harinya Citra tidak tidur di kamarnya dan memilih untuk tidur bersama ayah dan ibu di lantai satu.

Tinggallah aku sendiri, penghuni lantai dua.
"Tidak, kurasa aku tidak sendirian di lantai ini". Gumamku. Aku membayangkan hal-hal yang mungkin saja bisa terjadi malam ini, hingga pada saat aku memikirkan hal tersebut, tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu kamarku.

Langsung saja fokus mataku tertuju pada pintu kamar yang sudah ku kunci dari tadi.
Napas ku mulai tak beraturan dan jantung berdegup lebih cepat dandengan sisa keberanian yang ada, aku memberanikan diri bertanya siapa yang ada dibalik pintu.

Tetapi tak ada jawaban di sana, aku pun semakin merinding. Tiba-tiba saja lampu di kamarku padam dan hanya cahaya rembulan yang masuk ke kamarku melalui jendela.

Mataku seperti menangkap suatu siluet wanita sedang berdiri di pojok kamarku dan tanpa berpikir dua kali, aku langsung menuju pintu dan dengan panik mencoba untuk keluar dari kamar yang terkunci ini.

Dengan napas yang terengal-engal, aku berhasil turun ke lantai satu menuju kamar orang tua ku untuk menceritakan apa yang terjadi.

Singkat cerita setelah aku menceritakan apa yang terjadi barusan, aku pun memutuskan untuk tidur di kamar yang sama bersama dengan orang tuaku juga Citra.

Kalian jangan anggap aku ini pengecut ya, orang mana yang tidak panik atau tidak ketakutan bila mengalami hal yang baru saja aku alami.

Setelah kami semua berkumpul di kamar orang tua ku, tidak ada lagi gangguan yang terjadi. Keesokan harinya aku dan ayahku memutuskan untuk mencari orang pintar atau orang yang paham mengenai alam seberang.

Tempat pertama yang kami tuju adalah rumah Pak Hasan, sesampainya kami di sana tanpa basa basi kami pun menceritakan apa yang sudah terjadi dan juga tujuan kami menemui beliau.

Kami bermaksud meminta pertolongan kepada Pak Hasan untuk diantarkan kepada "orang pintar" tadi untuk mengusir makhluk yang mengganggu kami.

Diantarkanlah kami kepada paranormal yang terkenal di kampung ini bernama Ki Agus, beliau ini sudah banyak menolong warga yang bersinggungan dengan dunia seberang.

Setelah bertemu dengan Ki Agus, kami langsung mengutarakan apa maksud kami menemui beliau dan beliau pun akhirnya menyanggupi permintaan kami.

Ki Agus akan datang ke rumah kami pada hari ke delapan setelah kepindahan kami atau tepatnya pada malam jum'at besok.

Hari yang dijanjikan Ki Agus pun telah tiba, kamis sore Ki Agus bersama dengan Pak Hasan tiba di kediaman kami. Tanpa berlama-lama kami langsung menginstruksikan Ki Agus untuk menuju ke lantai dua. Terlihat beliau duduk bersila dan tiba-tiba terdengar seperti suara kaca pecah dari lantai dua.

"Sepertinya Ki Agus sudah memulai ritual pengusirannya". Ujarku dalam hati.
Suara gaduh semakin terdengar jelas di lantai dua, seperti ada dua energi yang saling bertabrakan.

Selang 20 menitan Ki Agus turun ke lantai satu, kemudian beliau menceritakan apa yang terjadi tadi.

"Untung saja yang ku lawan tadi hanyalah bagian arwah yang tertinggal, jika bagian arwah utuh yang ku lawan, bisa kewalahan aku melawannya". Ucap Ki Agus.

Beliau menjelaskan bahwa arwah yang tertinggal tadi merupakan bagian terakhir yang belum pergi ke tempat yang semestinya, beliau juga menjelaskan bahwa arwah wanita tadi tidak bermaksud jahat saat menunjukkan wujudnya.

Rupanya arwah wanita penghuni lantai dua tadi sudah ada sejak 19 tahun yang lalu, yang mana arwah wanita tadi merupakan korban pembunuhan.
Detail cerita yang diceritakan si arwah tadi adalah bahwa dia dibunuh oleh perampok yang mendatangi rumahnya saat kedua orang tuanya pergi ke luar kota meninggalkan dirinya sendirian di rumah.

Dirinya dibunuh secara sadis oleh 5 orang perampok yang menyambangi rumahnya dan hal itu terjadi di lantai dua. Itulah sebabnya mengapa kemunculannya yang pertama kali terlihat di lantai dua.

Hal serupa juga disampaikan oleh Pak Hasan, beliau yang sudah dari kecil tinggal di kawasan ini pernah mendengar tentang kisah pembunuhan di rumah ini. Makanya saat pertama kali beliau disapa oleh ayahku, beliau melihat dan memperhatikan seperti ada orang yang sedang mengintip dari jendela lantai dua.

Kabarnya orang tua wanita yang dibunuh tadi merasa sangat terpukul atas kepergian anaknya dengan cara yang tak wajar, setelah itu rumah ini pun dijual dengan harga yang murah kepada pemilik sebelum ayahku.

Kabarnya pemilik sebelumnya sempat membiarkan rumah ini kosong selama beberapa waktu, dikarenakan pemiliki sebelumnya pun tak tahan dengan gangguan yang ada. Hingga pada akhirnya ayahku membeli rumah ini dari pemilik sebelumnya.

Hari itu pun berakhir dengan pamitnya Ki Agus disertai juga dengan Pak Hasan. Kami sekeluarga pun sangat berterima kasih kepada bantuan kedua orang itu, terlebih lagi kami sebagai orang baru di sini.

Setelah hari itu berlalu, hawa lantai dua yang awalnya engap, kini sudah menjadi normal kembali. Tidak ada lagi gangguan ataupun penampakan yang muncul.

Spoiler for BONUS:

T A M A T
Diubah oleh finalboss 18-03-2020 00:15
4iinch
infinitesoul
aa115prass
aa115prass dan 9 lainnya memberi reputasi
10
2.6K
130
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.