Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

widya poetraAvatar border
TS
widya poetra
Rapid Test Corona, Pakar Rekomendasikan Tes Berbasis Antigen



TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merekomendasikan agar rapid test Corona atau tes cepat massal dilakukan menggunakan alat tes cepat berbasis antigen dibandingkan berbasis antibodi. Tes dengan basis antigen disebut memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi.

"Rapid test berdasar pada antigen adalah yang diharapkan karena tingkat konfirmasi yang tinggi," kata perwakilan tim pakar Wiku Adisasmito di Graha BNPB Jakarta, Ahad, 22 Maret 2020.

Pemerintah sebelumnya menyatakan akan melakukan rapid test Corona berbasis imunoglobin atau antibodi. Pemeriksaan ini mendasarkan pada terbentuknya antibodi dalam tubuh jika terdapat virus pada tubuh.

Namun Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan orang yang hasilnya negatif bisa saja positif dikarenakan imunoglobin baru terbentuk sekitar enam hari hingga tujuh hari setelah virus menginfeksi tubuh.

Menurut Wiku, pemeriksaan dengan basis antibodi bisa dimanfaatkan untuk screening atau penapisan bagi kelompok masyarakat yang berisiko terpapar Corona. Penggunaan tes cepat berbasis antibodi memerlukan pemeriksaan laboratorium menggunakan PCR sebagai konfirmasi apabila hasilnya positif.

Selain itu, kelemahan lain tes cepat berbasis antibodi ialah orang yang menunjukkan hasil negatif harus dilakukan tes ulang beberapa hari kemudian untuk memastikan hasilnya benar-benar negatif atau positif.

Oleh karena itu, Wiku menjelaskan tim pakar telah membuat pedoman tata laksana pemeriksaan tes cepat yang akan dilakukan menggunakan rapid test berbasis antibodi, yaitu dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Wiku meminta masyarakat mematuhi imbauan pemerintah untuk menjaga jarak sosial, membatasi interaksi sosial dan tidak keluar rumah bila tidak perlu guna membantu mengurangi penularan Covid-19 di masyarakat. "Kami memiliki komitmen tinggi bekerja siang dan malam untuk memberikan keamanan pada masyarakat, keselamatan pada masyarakat tidak hanya pada petugas kesehatan. Kami mohon saudara sekalian perhatikan pesan pemerintah agar masalah ini bisa kita hadapi bersama dengan gotong royong dan disiplin," ujarnya.


- =-= -=- =-=-= -=-=-
TEMPO
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=



Sebelumnya mari kita bahas dulu metode deteksi SARS-CoV-2,
metodenya dibagi 2:
1. Mendeteksi langsung virusnya,
2. Mendeteksi respon imunitas.


Metode standar yang sudah kita lakukan itu melalui metode 1 dengan PCR. Jadi yang dideteksi adalah materi genetik dari si virus. Nah, PCR ini hasilnya lama keluarnya. Selain memang testingnya memakan waktu, proses pengiriman sampel juga sangat-sangat memakan waktu soalnya tes ini terpusat di laboratorium yang ditunjuk. Tidak bisa dilakukan onsite.

Kemudian beberapa hari lalu, kita juga memasukkan rapid test kit untuk mendukung testing massal. Nah, yang dimasukkan itu berbasis antibodi. Metodenya mengikut metode no. 2. Karena yang diukur respon imunitas maka ya harus nunggu sistem imun bekerja dulu baru bisa ketauan positif, seperti dijelaskan pak jubir.

Nah,
lalu yang direkomendasiin tim pakar ini apalagi. Emang beda?
Ya, beda. Sama-sama rapid test tapi metodenya beda. Sampelnya sama-sama yang digunakan di PCR karena yang dideteksi itu langsung virusnya. Jika rapid test yang sudah masuk itu untuk mendeteksi antibodi, maka rapid test yang ini mendeteksi antigen. Antigen adalah bagian dari si virus yang menyebabkan munculnya respon imunitas tubuh.

Lantas mana yang perlu dipilih?
Well,
tim pakar merekomendasikan tes berbasis antigen. Ane kira rekomendasi yang bagus. Tim pakar tentu tau kebutuhan di lapang yang menjadi prioritas. Dengan tes ini, yang dites benar-benar pada saat itu dites dia ada atau dapat menularkan virusnya tidak. Sedangkan untuk tes berbasis antibodi, bisa saja saat dites dia belum membentuk respon imun tapi sebetulnya sudah ada virusnya & bisa menularkan.

Namun, perlu diingat juga ketersediaan, harga, serta kecepatan pengiriman. Yang ini ane gak gak punya datanya. Namun, untuk PDP & ODP bergejala, ane pikir tes berbasis antibodi sudah bisa digunakan secara efektif. Kalo untuk selain ODP dan ODP yang tidak bergejala tentu tes antigen lebih ideal.


Selain itu,
tes berbasis antibodi seharusnya sangat berguna untuk tenaga medis yang menangani langsung pasien. Bagaimana bergunanya? Ini terkait APD. RS-RS sekarang kesulitan mendapatkan APD. Nah, dengan tes antibodi ini bisa diprioritaskan APD standar untuk tenaga medis yang negatif hasilnya. Sedangkan untuk yang hasilnya positif (tentu dicek pula dengan PCR untuk memastikan hasilnya negatif sehingga artinya sebetulnya pernah terinfeksi tapi si virus sudah di-KO & tubuhnya sudah punya kekebalan) bisa menggunakan APD improvisasi.


Ini contoh2 kit testing komersial:




-==-=-=-=-=-=-
Sekadar sedikit pencerahan untuk pemirsa ILC sehingga tidak langsung men-judge "Pemerintah KOPLAK, belinya SALAH"

Mudah2an ke depannya pemerintah segera mengadakan rapid test berbasis antigen untuk melengkapi persenjataan melawan virus corona emoticon-armya:


Ingat,
kita bisa membantu berperang melawan corona,
tidak dengan nyinyirin pemerintah,
tapi dengan mematuhi imbauan pemerintah untuk menjaga jarak sosial, membatasi interaksi sosial dan tidak keluar rumah bila tidak perlu.
Dan jangan lupa cuci tangan dengan sabun.


emoticon-Angkat Beer


sebelahblog
4iinch
tien212700
tien212700 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
4.1K
71
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.