Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

benny1010Avatar border
TS
benny1010
Pameran Tunggal “Aku Sampah” Karya Ridwan Manantik

foto : benny krisna

Sore hari mendekati senja,  hujan mulai turun. Bersyukur saat itu saya telah sampai di Balai Budaya Menteng Jakarta Pusat, tempat berlangsungnya pameran tunggal pelukis Ridwan Manantik bertajuk “Aku Sampah”, yang digelar sejak tanggal 2-8 Februari 2020.

Pameran tunggal yang mengangkat thema “Aku Sampah”, memicu banyak pertanyaan. Apa sesungguhnya yang ada dalam fikiran Ridwan Manantik mengangkat thema ini, seakan menyebut dirinya sebagai sampah. Atau ada hubungannya dengan musim penghujan seperti sekarang ini..?.


foto : benny krisna

Beberapa bulan yang lalu sebelum pameran ini digelar, saya sempat berkunjung ke Komunitas “Rumah Anak Bumi” yang merupakan pusat dari berbagai kegiatan seni Ridwan Manantik, bersama warga dan anak-anak binaannya mengolah rasa, saling berbagi, demi kemanusiaan dan persaudaraan. Komunitas ini terletak di daerah Parung Panjang Bogor.

Pada saat itulah kami banyak bercerita seputar komunitas yang telah dijalankannya sejak puluhan tahun yang lalu. Lingkungan tempat tinggal yang asri di pinggir kali serta berdekatan dengan penduduk setempat, sangat mendorong Ridwan Manantik untuk berbuat sesuatu, berdialog dan mencipta berbagai kemaslahatan di lingkungan tempat tinggalnya agar lebih bermanfaat.

Banyak hal yang jadi perhatiaan sejak komunitas itu didirikan. Salah satunya adalah sampah. Hampir setiap hari ia melihat sampah bermunculan. Terkadang nyaris mengganggu lingkungan tempat tinggalnya. Begitu cerita Ridwan Manantik yang sangat bersyukur bisa memilki lingkungan dan tempat tinggal sekaligus memberi banyak inspirasi pada dirinya.


foto : benny krisna

Sampah adalah sesuatu yang tidak lagi jadi perhatian, dibuang tanpa ada arti apa-apa lagi. Hal itu jadi pemandangan setiap hari, yang semakin lama menimbulkan kegelisahan dalam diri Ridwan Manantik sebagai seorang perupa, yang peka terhadap fenomena alam, dimanapun ia berada.

Sebagai seorang pelukis, kepekaan dalam menangkap fenomena alam tentu dapat melahirkan prespektif yang beragam akan setiap peristiwa yang dilihat maupun ia rasakan. Tak terkecuali fenomena sampah.

Benda ini begitu menggelitik dirinya sebagai seorang perupa. Berbagai pengamatan dilakukan, bahkan hampir setiap hari ia meluangkan waktu untuk dekat dengan pusat-pusat sampah yang bisa ia kunjungi. Hal itu akhirnya melahirkan pemikiran-pemikiran “liar”, mengubah sesuatu yang dianggap “sampah” menjadi karya lukis yang memiliki tingkat estetika dalam dunia seni rupa.


foto : benny krisna

Ketika kita melihat lukisan-lukisan karya Ridwan Manantik pada pameran tunggal yang bertajuk “Aku Sampah”,  tergambar berbagai gejolak pemikiran penuh emosi bahkan nyaris pasrah, akan semua peristiwa yang ia temukan, tergambar dalam karya-karya lukisnya. Seperti pada salah satu lukisan yang berjudul “Mulut Sampah”.

Pada karya lukis berjudul “Mulut Sampah”, yang disimbolkan oleh seorang laki-laki brewokan bertelanjang dada,  berambut panjang diikat di belakang, tengah berteriak pernuh emosi dihadapan bayang-bayang, seekor babi, anjing, monyet, kuda saat bersenggama, kecoa, tikus, buaya dan penggalan sebuah kepala tuyul.


foto : benny krisna

Begitu saking emosinya,  air liur si laki-laki berbadan kekar itu keluar dari sela-sela giginya yang terlihat masih utuh, mempertegas amarah yang betul-betul sedang memuncak.

Raut muka memerah bercampur kecoklatan, urat leher menonjol sangat terlihat, bahkan warna kulit yang dibuat nyaris gelap secara menyeluruh, seakan menyatu dalam kekuatan energi dan penghayatan Ridwan Manantik pada thema karya lukis ini. 
 
Karya lukis “Mulut Sampah” ini sangat hidup dan banyak menarik perhatian pengunjung yang hadir di ruang pameran Balai Budaya hari itu. Di samping itu, lukisan ini seakan mewakili fikiran Ridwan Manantik yang memiliki penafsiran berbeda akan keberadaan sampah di hadapan dirinya.

“Aku Sampah”, bukan mengartikan dirinya seperti tidak berguna, akan tetapi sebuah pemikiran yang ingin merangkul semua orang untuk bersama-sama berbuat yang terbaik, tanpa ada rasa, atau sikap untuk saling menggurui. Begitu ungkap Ridwan Manantik saat perbincangan kami di tengah-tengah suasana pameran sedang berlangsung.

Rasanya pameran ini menyiratkan berbagai pesan, sekaligus edukasi bagi semua orang untuk mengambil pelajaran-pelajaran yang tersirat dari wujud benda rongsokan seperti sampah. Ketika kita semua dapat meluangkan waktu untuk dapat berpikir lebih positif, akan bisa melahirkan sesuatu yang bermanfaat, walau pada awalnya dilatar belakangi oleh yang buruk sekalipun.


Sumber : Pameran tunggal "Aku Sampah", Pelukis Ridwan Manantik
 
 
 
 
Diubah oleh benny1010 10-02-2020 05:27
anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 8 lainnya memberi reputasi
9
4K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.