Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anna1812Avatar border
TS
anna1812
Makhluk Penghuni Alas Kubangkangkung
Cerita Mistis Alas Kubangkangkung

Makhluk Penghuni Alas Kubangkangkung

Bagi warga Cilacap, siapa yang tidak tahu Alas Kubangkangkung? Kawasan hutan yang menyimpan banyak kisah mistis dari para pengguna jalan di daerah tersebut.

Suasana hampir gelap ketika mobil pick up yang yang kami tumpangi memasuki kawasan Alas Kubangkangkung. Kawasan hutan dengan deretan pohon jati menjulang di sisi kanan kiri jalan. Konon katanya, tempat ini dihuni banyak makhluk astral yang kerap mengganggu para pengguna jalan. Antara percaya dan tidak, aku berusaha mensugesti diri sendiri bahwa perjalanan kami untuk yang pertama kali melewati hutan ini, akan berjalan lancar.



Baru saja pikiran tenang, tiba-tiba saja mobil yang membawa muatan pasir ini terhenti. Kang Saryono yang berada di balik kemudi, menyuruhku turun melihat keadaan.

"Bannya kempes ternyata, Kang." Aku setengah berteriak setelah melihat ban mobil bagian belakang kempes.

"Sial! Kenapa harus kempes di sini, sih! ucapnya seraya menyugar rambutnya kasar setelah dia turun dan mendekat ke arahku.

Area sekitar sudah mulai gelap. Hanya sesekali sorot lampu dari pengendara lain lewat dan sedikit menerangi. Suara binatang malam menyapu pendengaran, memecah kesunyian yang menyelimuti area hutan. Kurapatkan jaket untuk menghalau udara dingin yang mulai menusuk hingga ke tulang. Begitu pun dengan Kang Saryono dan Kang Pathel. Keduanya tampak merapatkan jaket masing-masing.

Setelah mengganti ban yang bocor, kami langsung melanjutkan perjalanan supaya tidak terlalu malam saat kembali ke kota nanti. Mobil masih melaju dengan tenang diiringi percakapan ringan membahas kuli baru yang cara kerjanya membuat kami harus mengelus dada. Hingga tiba-tiba dari kejauhan nampak sesosok berbaju putih mengenakan caping, melambaikan tangan menghentikan kendaraan kami. Sementara tangan kirinya menenteng sesuatu entah apa.

"Nggak usah berhenti, Kang. Firasatku nggak enak ini." Aku berkata lirih sambil tetap mengawasi sosok putih di depan sana.

"Kasian gitu, loh, Me. Siapa tau dia orang yang tersesat," ucap Kang Pathel. Sementara Kang Saryono hanya mengangguk pelan, membenarkan ucapan saudaranya.

Setelah terjadi perdebatan singkat, kami memutuskan untuk berhenti.

"Numpang sampai depan boleh ndak, Kang?" Sosok itu bertanya setelah mobil kami berhenti di depannya.

Kang Saryono mengiyakan, lalu menyuruh sosok yang ternyata perempuan itu untuk masuk ke dalam mobil. Akan tetapi, dia menolak dan memilih duduk di belakang. Apa dia tidak tahu jika di belakang itu berisi pasir?

"Udah. Mbaknya duduk di depan aja. Di belakang itu isinya pasir, lho, Mbak. Nanti badan sampeyan pada gatel. Aku biar di belakang sama Kang Pathel. Ayo, Kang." Akhirnya aku memutuskan dan menarik tangan Kang Pathel untuk turun.

Bau busuk seketika menyeruak menyapa indera penciuman manakala kubuka pintu mobil. Perut bergejolak menahan rasa mual. Rasanya ada yang aneh dengan sosok yang kini telah duduk di sebelah Kang Saryono. Hawa dingin begitu terasa saat aku berpapasan dengan tubuh itu.

Sontak aku teringat cerita orang-orang yang pernah diganggu di kawasan hutan jati ini.

"Sampeyan nyium bau bangkai nggak, Kang?" Aku bertanya pada Kang Pathel setelah kami duduk di pinggir gunungan pasir.

"Gak, Me. Malah ada bau-bau kembang melati ini." Kang Pathel menoleh kanan-kiri.

Kami berdua lantas melanjutkan percakapan untuk mengalihkan sedikit rasa takut dan khawatir yang mulai merayapi hati.

Sepanjang jalan yang kami lewati, hanya pekat malam serta suara jangkrik. Membuat suasana begitu mencekam. Tiba-tiba dari ekor mata, aku menangkap bayangan putih melayang tak jauh dari mobil yang melaju. Membuat bulu kudukku meremang seketika.



Mobil tiba-tiba berhenti. Aku menggedor sisi mobil dan sedikit berteriak memanggil Kang Saryono yang berada di balik kemudi. Dia mengatakan bahwa wanita yang tadi menumpang, minta diturunkan di sini. Hal itu tentu saja membuatku heran. Sebab, perkampungan warga juga sepertinya masih jauh dari sini. Lalu untuk apa dia minta berhenti dan turun di tempat gelap dan menyeramkan seperti ini?

Terdengar pintu mobil ditutup sedikit keras. Menandakan bahwa sosok perempuan yang tadi menumpang, telah turun. Aku dan Kang Pathel pun bergegas pindah ke depan. Perempuan misterius itu tetap menundukkan kepala. Namun, bisa kulihat dia menganggukkan kepala setelah kuperingatkan supaya berhati-hati.

"Kenapa dia minta turun di sini, Kang?" tanyaku pada Kang Saryono setelah mobil kembali melaju.

Kulongokkan kepala ke luar mobil. Memastikan bahwa bayangan putih yang tadi melayang, sudah tidak mengikuti. Akan tetapi, pemandangan yang terpampang di belakang sana justru membuat jantungku hampir melompat dari sarangnya.




Tamat


Ini adalah kisah nyata yang dialami saudara ane ketika dia sedang kirim bahan bangunan ke Cipari bersama dua orang temannya. Setelah diingat-ingat, ternyata mereka lupa untuk membunyikan klakson sebagai tanda permisi ketika memasuki kawasan hutan yang terkenal akan kemistisannya.
Diubah oleh anna1812 19-03-2020 05:28
RobotElektrik
dwikusumad
pulaukapok
pulaukapok dan 31 lainnya memberi reputasi
32
5.7K
56
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.