i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Covid-19 Jadi Pandemi Dunia, Indonesia Bakal Lakukan Lockdown?


Covid-19 Jadi Pandemi Dunia, Indonesia Bakal Lakukan Lockdown?

Liputan6.com, Jakarta WHO telah menetapkan virus corona, Covid-19 sebagai pandemi dunia. Sejumlah negara pun telah menerapkan putusan lockdown untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Namun bagi Indonesia, menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (COFID-19) Achmad Yuri, saat ini belum membuka opsi lockdown untuk mencegahan covid-19. Dia menjelaskan jika dilakukan seperti Italia, masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa.



"Kita tidak akan membuka opsi Lockdown. Karena kalau dilockdown malah kita tiak bisa berbuat apa-apa," ungkap Yuri di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (12/3).

Namun keputusan tersebut belum final. Karena hal tersebut akan dikoordinasi kembali. "Tetapi tentunya ini akan menjadi keputusan bersama yang akan segara dikoordinasikan di tingkat kementerian," ungkap Yuri.

Sebelumnya Duta Besar RI untuk Italia Esti Andayani yang berada di Roma menyatakan, kebijakan lockdown dilakukan agar Covid-19 tidak menyebar karena aktivitas orang-orang yang berpergian. "Lebih fokus ke pencegahan, mengingat banyaknya orang yang bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain."



Ia mengungkapkan, kondisi di Italia saat ini relatif kondusif. "Tidak ada panic buying," tegas Esti, kepada Liputan6.com, Rabu (11/3).

"Jika ada video yang kelihatan antre sebetulnya karena toko membatasi jumlah orang di dalam dan jarak antrean yang di luar untuk giliran masuk harus 1 meter atau paling tidak setengah meter," Esti menambahkan.

Menurutnya, situasi di Italia tidak mencekam seperti yang dibayangkan. Warga sebetulnya masih dibolehkan keluar rumah seperti untuk belanja persediaan pangan.

"Cuma jadi sepi dan lengang kalau di Roma. (Keluar rumah) Boleh untuk bekerja, ke klinik kesehatan dan membeli grocery," ungkap Esti.

Ia menilai, warga Italia sudah paham penularan Virus corona terjadi lewat kontak fisik dekat. Mereka yang ke restoran pun sudah saling memberi jarak, bahkan sebelum ada keputusan lockdown.

"Kemarin juga kalau ke restoran berempat diberi meja duduknya jauh-jauh," ujar Esti.

Ia menilai, warga Italia sudah paham penularan Virus corona terjadi lewat kontak fisik dekat. Mereka yang ke restoran pun sudah saling memberi jarak, bahkan sebelum ada keputusan lockdown.

"Kemarin juga kalau ke restoran berempat diberi meja duduknya jauh-jauh," ujar Esti.

Kewaspadaan Bebas Visa


Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yuri juga menjelaskan saat ini Indonesia akan meningkatkan kewaspdaan. Salah satunya meninjau bebas visa.

"Pertama kewaspadaan seluruh dunia meningkat. banyak negara yang kemudian meninjau kembali bebas visa pada kunjungan antarnegara. Kami tunggu kebijakan kemenlu seperti apa untuk kita," kata Yuri di Kontor Istana Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (12/4).

Seluruh dunia, kata dia, memberikan kemudahan pergerakan. Artinya setelah penetapan ini setiap orang tidak bisa sembarangan masuk. "Tujuannya mengurangi penyebaran," kata Yuri.

Oleh sebab itu seluruh negara harus bersiap-siap. Mulai dari sarana dan prasarana kesehatan untuk kepentingan. Seluruh negara akan menyiapkan berbagai macam perangkat.

"Mengamankan stok masker APD, masing-masing negara akan mengamankan jumlah yang dianggap cukup termasuk dalam konteks ini mengamankan jumlah kebutuhan kit laboratorium pemeriksaan," ungkap Yuri.
sumber

☆☆☆☆☆

Sulit membayangkan apabila Indonesia memberlakukan lockdown, terutama di wilayah-wilayah yang jelas menjadi sumber Covid-19.

Sebelumnya, TS meminta kebijakan para pembaca untuk mengedepankan nalar dan logika dibandingkan komentar sampah yang seolah-olah merasa sebagai manusia suci. TS hanya mengedepankan fakta di lapangan mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang unik. Unik dalam segala hal termasuk kelebihan dan kekurangannya. Unik karena di sosil media lebih menyukai hal-hal yang bombastis dengan judul Viral, terbongkar, terbukti, dan lain-lain dibandingkan judul-judul yang biasa-biasa saja. Dan yang terpenting yang benar-benar harus digarisbawahi, bahwa masyarakat Indonesia terbiasa berinteraksi satu sama lain berdasarkan kultur budaya dan agama. Biasa berkumpul, entah ngobrol di pinggir jalan, di warung kopi, di gang-gang sempit, demo-demo, sampai beribadah bersama-sama.

Dari semua paparan diatas, andai saja Indonesia melalukan lockdown, misalkan ibukota di isolasi total, maka yang terjadi seperti kerumunan semut yang tak punya akses buat keluar. Tapi mereka akan tetap mencari jalan keluar, mengesampingkan bahaya-bahaya yang ada didepan mata.

Sebelum kasus Covid-19 merebak, masyarakat Indonesia telah dijejali oleh ceramah-ceramah menyesatkan, opini-opini sampah, sampai statement-statement meremehkan Covid-19 yang justru keluar dari mulut para petinggi negeri ini. Ditambah lagi dengan adanya orang-orang yang aji mumpung, menggunakan musibah pandemi ini untuk kepentingan pribadinya menyebar pencitraan demi ambisi politik dan kekuasaan. Ini sangat disesali.

Jika pemerintah pusat mungkin terkesan agak mengerem soal Covid-19, karena diawal kemunculanya Indonesia jelas belum terpapar. Terpaparnya Indonesia justru oleh para pelancong dan pekerja yang masuk ke Indonesia tanpa penanganan yang benar dari Departemen Kesehatan sebagai pemegang otoritas tertinggi penanganan pandemi mematikan ini. Namun Indonesia bukanlah negara-negara Eropa yang bahkan ada yang tak punya pantai. Jalur masuk ke negaranyapun jelas mungkin hanya memiliki beberapa pintu. Ini berbeda dengan Indonesia yang wilayahnya adalah kepulauan dengan pantai yang panjang. Indonesia banyak memiliki pintu masuk baik melalui jalur darat, laut, maupun udara. ini juga yang sebenarnya memperlambat masuknya Covid-19 ke Indonesia.

Jika Indonesia mau memberlakukan lockdown, sebenarnya hal itu bisa dimulai perlahan oleh seluruh Pemda di Indonesia, terutama tempat munculnya pandemi ini seperti Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan lain-lain. Banyak hal yang bisa diperbuat seperti mebatasi atau bahkan melarang secara tegas acara kumpul-kumpul yang tidak jelas seperti demo-demo mudharat maupun kumpul-kumpul yang bermanfaat seperti CFD. BIsa juga menutup area rekreasi sampai batas waktu tertentu. Ini termasuk juga restoran atau cafe-cafe dimana ditemukan awal mula Covid-19.

Tak ada manusia yang kebal dengan Covid-19, apapun agamanya, apapun keimanannya. Jadi, tolong diperhatikan kepada seluruh penceramah agar jangan menyepelekan Covid-19 ini dengan embel-embel surga, takdir, dan lain-lain. Manusia punya hak untuk berusaha, bukan hanya berserah diri pada Tuhan sebagai pemilik nyawa manusia.

Siapapun juga pemimpin propinsi, harus berani tegas melarang adanya kumpul-kumpul dengan melibatkan banyak manusia. Dan biasanya yang banyak mengumpulkan massa adalah acara-acara keagamaan, terutama Islam. Dimohon acara-acara seperti Tabliq Akbar dilarang dahulu. Jangan berpikir dengan berwudhu lantas bisa terhindar dari Corona. Bahkan mandi hadats sekalipun tak akan sanggup menghindar dari Corona. Bukankah banyak jalan virus ini untuk menginfeksi manusia? Apakah setelah berwudhu lantas tidak bisa terpapar dari Corona? Yang benar saja. Sudahlah, cukupkan saja dahulu jargon-jargon angkuh seperti ini. Terserah, silakan saja punya pemikiran seperti itu. Tapi secara nalar, setelah mandi lalu bertemu dengan mereka yang telah menderita Corona tanpa disadari, jelas bisa langsung ikut terpapar baik melalui jabat tangan, berbicara berhadap-hadapan, didekat orang yang batuk atau bersin dimana dia sebenarnya penderita Corona.

Jadi percuma jika Indonesia melakukan lockdown tetapi acara-acara seperti ini masih saja dibiarkan. apalagi seluruh yang ikut dari pimpinannya hingga pesertanya merasa kebal terhadap Covid-19.

Sekarang ini sebenarnya sudah terlambat jika Indonesia memberlakukan lockdown. Andai dijalankan, akan terasa sulit, karena masyarakat sejak awal sudah dijejali dengan narasi-narasi bodoh soal Covid-19 ini. Bahkan yang kemarin-kemarin bernarasi dengan penuh kesombongan, nyatanya ciut juga nyalinya.

Budaya Indonesia jelas berbeda dengan budaya barat. bahkan pasar tradisional saja bisa menjadi tempat perantara penyebaran Covid-19. Belum lagi pemukiman-pemukiman kumuh yang tersebar dimana-mana. Sulit membayangkan lockdown bisa berhasil.

Yang dikuatirkan juga, ada sebagian pihak yang memanfaatkan situasi ini demi kepentingan pihaknya sendiri. Dan ini sudah mulai berjalan. Yang tadinya takut datang diacara live, sekarang dengan sumringah berani datang dengan segala teorinya yang kebanyakan cuma sekedar teori.

Jadi ingat Jum'at kemarin, seorang penceramah berbicara melalui pengeras suara yang benar-benar keras di pengajian ibu-ibu.

"Kenapa kita takut pada virus Corona? Kita hanya takut kepada Allah. Mati itu bisa kapan saja, dimana saja. Bisa siapa saja. Jangan takut mati. Blablablabla...."

Ya elu aja ajak keluarga elu mati bareng Pak.
Hadeeeeh....

===

Sedikit obrolan ane ditrit ane yang lain :

Quote:


Bagi ente atau keluarga ente atau siapapun juga yang terinfeksi Covid-19, silakan hubungi via PM ke agan yang ane quote.




Diubah oleh i.am.legend. 14-03-2020 12:09
4iinch
tien212700
pakisal212
pakisal212 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
4.6K
90
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.7KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.