Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Wabah Tha’un Lebih Ganas dari Corona, Begini Cara Khalifah Umar Mengatasinya

AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Wabah Tha’un Lebih Ganas dari Corona, Begini Cara Khalifah Umar Mengatasinya


Ilustrasi

Bicara tentang wabah, virus, masalah ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno, Romawi Kuno, hingga abad modern sekarang ini.

Jika saat ini dihebohkan dengan pandemi virus Corona yang telah menelan ribuan jiwa di seluruh dunia, sungguh di zaman dulu ada wabah virus yang lebih ganas dari Corona, yaitu Tha’un yang melanda wilayah Syam, yang sekarang merujuk kepada 3 tempat di Timur Tengah, yaitu Libanon, Palestina dan Suriah.

Diceritakan, pada abad ke-18 Hijriah (639 M), atau sekitar tahun ke-6 khalifah Umar bin Khattab memimpin, terjadi wabah yang dahsyat di negeri Syam tersebut, yang diduga berasal dari wilayah Quds Palestina.

Akibat wabah tersebut, maka diperkirakan sekitar 20-30 ribu penduduk Syam meninggal dunia, atau sekitar setengah dari populasi penduduk negeri yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus itu.

Di antara yang menjadi korban wabah tersebut adalah Gubernur Syam sendiri, yaitu Abu Ubaidah ibn al Jarrah, dan beberapa sahabat Nabi seperti Muadz ibn Jabal, Suhail ibn Amr, dan Yazid ibn Abu Sufyan.

Mungkin karena belum berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran saat itu, maka penyebab penyebaran wabah tersebut tidak diketahui. Diperkirakan wabah itu menyebar dengan cepat, melalui udara dan air, menyerang darah, lalu menimbulkan borok pada kulit.

Sebelum wabah itu meluas ke seluruh negeri Syam, khaliifah Umar sempat meminta Gubernur Syam untuk keluar dari wilayah itu, namun ditolak oleh Gubernur dengan alasan tak ingin wabah itu menyebar ke luar daerahnya, dan tak ingin meninggalkan (membiarkan) rakyatnya di saat mereka dilanda wabah penyakit yang mematikan itu.

Akhirnya khalifah Umar langsung turun tangan untuk meninjau wilayah Syam. Namun oleh sebagian sahabat, beliau disarankan untuk tidak memasuki wilayah tersebut, dengan menyampaikan sabda Nabi saw:

“Jika kalian mendengar tentang wabah (tha’un) di suatu negeri, maka janganlah kamu memasuki negeri itu. Apabila kalian berada di negeri yang terjangkit wabah itu, maka janganlah kalian keluar darinya karena hendak melarikan diri darinya.” (Riwayat Muslim).

Sang Khalifah pun mengurungkan niatnya memasuki wilayah tersebut, lalu bertemu dengan Gubernur Syam di Sargh, sebuah tempat dekat perbatasan dengan Syam.
Mengetahui khalifah tak jadi masuk ke wilayah Syam, seorang sahabat seolah protes, “Mengapa peduka ingin lari dari takdir Tuhan?” Artinya, jika memang sudah takdir kena wabah penyakit, masuk atau tidak masuk wilayah Syam, tetap kena penyakit. Karena itu, masuk saja tak perlu takut dan lari darinya.

Mendengar itu, Khalifah Umar menjawab: “Ya, kita lari dari satu takdir, kepada takdir lainnya yang lebih baik.” Maksudnya, benar kita tak bisa menghindari takdir, namun jika masih bisa memilih dan menghindar, tetap harus berusaha untuk mencegahnya. Ibarat melihat sarang lebah, jika menyentuh sarang itu, maka akan disengat ribuan lebah. Namun menghindar pun, kalau sudah takdir, tetap akan disengat 1 atau 2 ekor lebah. Tentu lebih baik disengat sedikit lebah ketimbang ribuan.

Akhirnya khalifah Umar menitahkan: “Penduduk Syam tidak boleh keluar wilayah Syam. Penduduk dari luar juga tidak boleh memasuki wilayah Syam. Kemudian penduduk yang sudah terkena virus Tha’un hendaknya diasingkan/diisolasi ke tempat-tempat yang tinggi/pegunungan.”

Langkah lockdownkhalifah Umar ini berhasil mencegah virus Tha’un menyebar keluar wilayah Syam.(*)
****
Karena itu, tidak selayaknya seorang pemimpin sebuah wilayah lari atau pergi dari wilayah itu untuk ‘menyelamatkan’ diri sendiri, sedangkan rakyat sedang dilanda penyakit. Tapi harus berusaha menghentikan pandemi agar tidak menyebar ke wilayah lain.

Boleh saja pemimpin keluar wilayah untuk mencari bantuan, obat-obatan, peralatan dan tenaga medis, yang tentunya juga harus menggunakan peralatan safety agar tidak tertular/menularkan wabah.

Masyarakat yang terkena virus juga harus dikarantina, atau dengan kesadaaran sendiri mengisolasi diri, agar tidak menularkan kepada orang lain, bukan malah kabur dari ruang isolasi. emoticon-Big Grin
****
Ref 1, Ref 2, Ref 3, Ref 4. #511
Diubah oleh Aboeyy 14-03-2020 21:53
peph
sebelahblog
infinitesoul
infinitesoul dan 4 lainnya memberi reputasi
5
4.1K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.