Assalamualaikum





Selamat sore, Agan-Sista tercinta. Setelah menulis berita tentang remaja 15 tahun yang berlaku layaknya psikopat, kali ini, ane dapat berita yang tak kalah mencengangkan, GanSist.

Hampir setiap hari ada saja berita tentang kejahatan beredar di berbagai media sosial. Seakan tak ada habis-habisnya. Dalam sehari, bisa dua hingga tiga kasus. Dari kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokkan, dan kejahatan-kejahatan lainnya. Itu pun, tidak di seluruh daerah. Jika kita dapat memantau seluruhnya, kejahatan yang terjadi mungkin saja tak terhitung berapa banyak dalam sehari.

Sekarang, perilaku tidak terpuji itu kembali terjadi. Dilakukan oleh oknum pengajar bernama Baharudin. Memang, kejahatan yang dilkaukan oleh oknum guru seringkali kita dengar. Terutama melakukan pelecehan terhadap anak muridnya.

Orangtua para murid memercayai para guru untuk mencerdaskan anak-anak mereka. Menganggap, bahwa, dengan menuju sekolah dan belajar di sana, anak-anak itu menjadi pintar, cerdas, dan beradab. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, ada seorang guru yang tadinya adalah pagar bagi para murid, berubah menjadi pemangsa yang sadis!

Ada apa? Jika hanya berdalilkan manusia biasa, dengan begitu bisa melakukan hal-hal yang merusak dan merugikan orang lain, kita semua juga manusia biasa. Kenapa kita bisa menjaga dan mengajarkan kebaikan, sementara dia, tidak?

Terlebih, Baharudin ini adalah seorang guru. Guru itu mengajari hal-hal baik. Mengajarkan ilmu serta adab. Bukan malahmerusak dan membuat trauma anak-anak.

Sudah berapa banyak kasus guru yang mencabuli para siswi? Sudah dangat banyak. Sekarang, bertambah lagi. Tidak tanggung-tanggung, guru bernama Baharudin ini mencabuli sebanyak 11 siswi. Jika tidak menuruti keinginannya, para siswi diancam tidak akan naik kelas.

Biadap! Ya, jika ada kata yang lebih dari itu, mungkin cocok dan tepat sebagai sumpah serapah untuk pria ini.



Ancamannya benar-benar gila. Yang namanya anak-anak sekolah dasar, tentu akan merasa takut dan khawatir jika sampai tidak naik kelas. Mereka masih sangat polos untuk tidak mengikuti kemauan dan ancaman gurunya.

Beruntung ada salah seorang siswi yang memberanikan diri untuk melapor kepada guru yang lain. Sehingga, kebejatan Baharudin terungkap. Jika tidak, entah berapa kali dan berapa banyak lagi siswi yang akan menjadi korban.

Hal-hal seperti ini sangat mencoreng nama baik pendidikan Indonesia. Miris!

Selama ini, kejahatan terhadap siswi seringkali dilakukan oleh guru laki-laki. Apa, sih, sebenarnya isi kepala mereka ini? Tidak adakah perasaan iba atau kasihan terhadap anak-anak perempuan yang bahkan berbaur dengannya setiap hari? Yang mereka ajari membaca, menulis, dan berhitung? Tidak bisakah dianggap sebagai anak sendiri? Sehingga nafsu birahi bejat itu tidak mendorongnya untuk berbuat mesum dan kejam terhadap anak-anak perempuan.

Sangat mengherankan! Pria dewasa yang seharusnya melindungi dan mencontohkan kebaikan malah menjadi penjahat yang melakukan pelecehan. Pencabulan, dan penyebabkan banyak ketakutan dialami oleh para korban.

Menurut, GanSist, pria seperti Baharudin ini, bagusnya diberi hukuman apa, ya? Maunya ane, sih, dibuat letoi saja. Supaya jadi manusia tak berguna dan tidak memiliki keturunan. Kasian jika kelak punya anak. Biasanya, kejahatan yang pernah dilakukan oleh keluarga, akan berbalik menimpa bagian keluarga itu juga.

Beuntungnya negara kita ini memiliki undang-undang untuk setiap kasus kejahatan. Jika tidak, mungkin si Baharudin ini sudah dicincang ramai-ramai oleh para orangtua korban.

Hah! Ada apa dengan dunia pendidikan kita? Jika bukan murid yang menyiksa guru, gurulah yang akan merusak murid. Entah bagaimana cara memperbaiki dan menormalkan kebodohan itu. Seolah tak ada solusi untuk hal ini. Masalah yang sama terus terulang berkali-kali.

Sekian thread dari ane. Semiga pelaku pencabulan bernama Baharudin ini mendapat hukuman yang setimpal. Dan para korban bisa pulih dan belajar dengan baik lagi.


Terima kasih untuk gansist yang setia mampir dan menyimak


Wassalam ...


Penulis: @darmawati040
Referensi: di sini


Bima, 07 Maret 2020