inal74Avatar border
TS
inal74
Sejarah Ozone Melumpuhkan Penyakit

“Ozone, a higher form of oxygen, inactivates the HIV virus 97-100 percent of the time, and is harmless to normal cells, when used correctly”
.
(Journal of the American Society of Hematology, Oktober 1991)


Atmosfer (7 lapisan udara atau gas yang menyelubungi planet bumi) adalah salah satu karunia besar yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada makhluk hidup, sehingga makhluk hidup di planet bumi ini bisa hidup dan bernapas. Salah satunya bagi manusia. Selain menyediakan oksigen (O2) pada lapisan trofosfer, ternyata atmosfer planet bumi juga menyediakan lapisan ozone (20-35 km di atas permukaan laut) yang sangat bermanfaat bagi manusia. Selain berguna untuk menahan radiasi sinar ultra violet agar tidak berlebihan menyentuh bumi, lapisan berupa gas ozone (O3) ini juga tenyata memiliki catatan sejarah dalam memberi manfaat bagi kesehatan manusia. Seperti apa manfaat gas ozone bagi kesehatan manusia tersebut? Mari kita telusuri secara singkat sejarahnya.
  • Tahun 1840, Ozone pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Christian Frederick Schonbein
  • Tahun 1857, alat penghasil ozone (ozone generator) pertama kali dikembangkan oleh Werner von Siemens di Jerman.
  • Tahun 1870, pertama kali ozone digunakan untuk memurnikan darah (purifikasi) di dalam tabung reaksi oleh seorang dokter dari Jerman bernama Dr. C. Lender.
  • Tahun 1878, seorang ahli terapi ozone di Australia bernama Dr. Day menulis sebuah artikel yang menggambarkan tentang intervensi ozone dalam mengobati demam skarlet (disebabkan oleh bakteri) dan cacar (disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus variola).
  • Tahun 1880, untuk pertama kalinya terapi ozone dilakukan di Amerika Serikat. Pelakunya adalah Dr. John H. Kellogg. Sang dokter memasukan ozone ke dalam uap panas untuk sauna pengobatan di sanitariumnya di Battle Creek, Michigan.
  • Tahun 1886, gas ozone diakui aman sebagai disinfektan untuk air 
  • Tahun 1893, pengolahan air pertama di dunia yang mencampurkan gas ozone ke dalam air dibangun di wilayah Oudshoorn, provinsi Belanda Selatan, Belanda.
  • Tahun 1898, the Institute for Oxygen Therapy Healing mulai dibangun di Berlin oleh Thauerkauf and Luth. Mereka bereksperimen dengan penyuntikan ozone ke dalam tubuh makhluk hidup. Pada tahun yang sama, Dr. Benedict Lust (seorang dokter kelahiran Jerman yang membuka praktekya di New York) mempelopori praktik Naturopathy dengan menggunakan ozone.
  • Tahun 1900, pencipta jenius Nikola Tesla membangun perusahaan Tesla Ozone Co. Perusahaan ini membuat dan menjual mesin penghasil ozone dan minyak zaitun yang ditambahi asupan ozone untuk keperluan medis.
  • Tahun 1902, terbit sebuah buku karya J.H. Clarke berjudul: “A Dictionary of Practical Materia Medica” di London. Salah satu bagian dari buku tersebut menggambarkan tentang keberhasilan peggunaan Oxygenium (air yang telah diberi ozone) dalam merawat pasien penderita anemia, kanker, diabetes, influenza, keracunan morfin, sariawan, keracunan striknina (sejenis pestisida), dan batuk rejan.
  • Tahun 1902, Dr. Charles Linder, MD, seorang dokter di kota Spokane, Washington DC menulis sebuah artikel di sebuah koran lokal yang menyatakan bahwa sang dokter menyuntikkan ozone sebagai standar praktik medisnya.
  • Tahun 1979. Kasus pertama seorang pasien penderita Sarkoma Kaposi (tumor ganas di mulut dan gusi mirip sariawan yang disebabkan oleh human herpesvirus 8 alias virus HHV8) yang sekaligus juga mengidap AIDS ini diberi tindakan terapi ozone. Dokter yang melakukan terapi ozone terhadap pasien penderita tumor ganas dan AIDS ini adalah Dr. George Freibott, ND dari the International Association of Oxygen Therapy. Dalam terapi ozonenya, sang dokter secara medis memberikan ozone terhadap sang pasien dengan cara insuflasi rektal (memasukan ozone melalui dubur), memasukan ozone ke dalam usus besar, dan suntikan ozone. Sang pasien berkebangsaan Haiti yang tinggal di Avon Park, Florida, Amerika Serikat ini diterapi ozone secara rutin seminggu sekali selama 1,5 tahun. Hasil terapi ozone selama 1,5 tahun ini adalah: semua tumor ganas yang bentukya mirip luka sariawan di mulut dan gusinya tersebut sembuh.
  • Tahun 1987. Dr. Horst Kief, di kliniknya di kota Heidelberg, Jerman, berhasil melumpuhkan virus HIV di dalam tubuh 3 orang pasien pengidap AIDS dengan menggunakan 2 jenis terapi, yaitu: autohemoterapi ozone dan terapi vitamin C. Dua jenis terapi ini dilakukan 2 minggu sekali selama 7 hingga 11 bulan. Sang dokter berkata: "You can kill the AIDS virus with ozone therapy... No side effects."
  • Tahun 1988. Dr. Gerard Sunnen menerbitkan sebuah karya tulis berjudul: "Ozone in Medicine”. Dr. Sunnen dari Bellevue Medical Center, New York ini membeberkan daftar penggunaan ozone dalam bidang medis (medical ozone) di berbagai belahan dunia. Menurut karya tulis Dr. Sunnen ini, medical ozone sudah biasa digunakan dalam menyembuhkan peyakit herpes, AIDS, Flu, infeksi-infeksi akibat bakteri, gangrene (kondisi jaringan tubuh mati karena tidak mendapat pasokan darah yang cukup), radang usus, fistula (hubungan abnormal antar organ tubuh), dan wasir. Selain itu, Dr. Sunnen menyatakan pula karya tulisnya bahwa blood ozone treatments(memasukan ozone ke dalam darah) telah dilakukan dalam menangani berbagai penyakit termasuk AIDS, hepatitis, flu, kanker, diabetes, aterosklerosis (penumpukan lemak, kolesterol, dan zat-zat lainnya di dalam dan pada dinding arteri), lalu ozone pun digunakan dalam penanganan kanker lambung.
  • Tahun 1990, 11 orang yang darahnya positif terinfeksi virus HIV berhasil dibersihkan darahnya dari virus HIV dengan alat Polyatomic Apheresis, sehingga darahnya dinyatakan negatif virus HIV. Pembersihan darah ini dilakukann oleh Basil Wainwright (sang pencipta alat Polyatomic Apheresis) di Biotest Labs, kota Miami, Florida. Namun setelah melakukan penanganan ini, Basil Wainwright ditangkap dan dipenjara oleh FDA (badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat) dengan alasan “praktik medis tanpa ijin”.
  • Tahun 1991, Keith H. Wells, Joseph Latino, Jerrie Gavalchin, dan Bernard J. Poiesz mempublikasikan hasil riset mereka dalam Journal of the American Society of Hematology dengan judul: Inactivation of Human Immunodeficiency Virus Type 1 by Ozone In Vitro. Dalam  hasil riset itu, 4 peneliti tersebut sepakat menyatakan: “Ozone, bentuk yang lebih tinggi daripada oksigen, menonaktifkan virus HIV 97-100 persen, dan tidak berbahaya bagi sel-sel normal jika digunakan dengan benar”.


Skema Ozone Delivery System
(Keith H. Wells, Joseph Latino, Jerrie Gavalchin, Bernard J. Poiesz)

  • Tahun 1991. Susan M. Lark, M.D dari Los Altos, California mempublikasikan hasil klinis tertulisnya yang berjudul "Ozone and Its Uses In Medical Therapy". Dalam tulisannya tersebut, Susan menyatakan: "Setelah satu dekade meneliti tentang oksidasi, saya menemukan bahwa terapi ozone/oxygen merupakan salah satu modalitas therapeutik paling tangguh dan paling efisien yang pernah saya gunakan”.
  • Tahun 1991. Seorang ahli medis pemberani dari Amerika Serikat bernama Dr. J.B mengungkapkan kepada publik hasil klinis rahasia dari terapi ozone/terapi hiperbarik miliknya. Semua uji klinisnya dilakukan di dalam sebuah rumah sakit besar dan di berbagai laboratorium independen. Hasil uji klinis selama 60 hari ini adalah bahwa dari total 248 orang pasien yang positif terinfeksi virus HIV yang dirawat dengan menggunakan terapi ozone/terapi hiperbarik, sebanyak 113 orang pasien dinyatakan negativ HIV alias sembuh. Setelah uji klinis ini selesai, tim SWAT bersenjata lengkap menggerebek rumah dan kantor Dr. J.B. Tim SWAT ini pun mengancam anggota keluarga Dr. J.B, mengambil alat penghasil ozone milik Dr. J.B, dan menyita catatan medis pasien beserta komputernya. Kini, Dr. J.B telah meninggalkan dunia medis, dan beralih profesi menjadi petani tomat.
  • Desember 1991. Dr. Robert Mayer beserta koleganya membuat laporan tertulis tentang keberhasilan mereka melumpuhkan virus HIV di dalam darah tubuh seorang pasien dengan menggunakan autohemoterapi ozone.
  • November 1992. Dr. Michael Ingraham, di klinik miliknya di Bahama, menggunakan alat penghasil ozone dalam studi medisnya. Hasil studinya: Sangat menjanjikan
  • Tahun 1992. Dokter Frank Shallenberger (seorang medical doctor) melakukan uji coba klinis terhadap 5 orang pasien penderita AIDS dengan menyuntikan ozone satu kali sehari selama 2 minggu berturut-turut. Hasilnya, dalam waktu 2 minggu, 5 orang pasien tersebut mengalami kemajuan klinis yang menggembirakan.
  • Tahun 1993. Randy Payne (seorang pengidap AIDS yang dinyatakan sembuh setelah diterapi ozone dalam waktu cukup lama) meninggal dunia di kota Phoenix, Arizona. Selama hidupnya, ketika dinyatakan sembuh dari AIDS melalui tes PCR (polymerase chain reaction), dalam menjalani hidupnya Randy Payne berganti nama menjadi John Burdick. Pergantian nama ini dilakukan karena Randy alias John Burdick merasa hidupnya tidak aman ketika FDA (badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat) tetap bersikukuh bahwa kesembuhan Randy dari penyakit AIDS lewat terapi ozone tersebut adalah bohong.
  • Tahun 1993. Sebanyak 20 orang penderita AIDS dan 3 orang penderita kanker terbang dari Australia ke kota Cebu, Filipina untuk mendapatkan terapi ozone dengan menggunakan sebuah alat yang disebut Polyatomic Apheresis (alat untuk terapi ozone) di sebuah klinik kesehatan yang dikelola oleh seorang pria bernama Bob Graham. Klinik tersebut memiliki 3 orang dokter berkebangsaan Filipina dan 1 orang dokter berkebangsaan Amerika Serikat. Hasil dari terapi ozone di klinik ini sangat menggembirakan. Salah satu pasiennya yang menderita Sarkoma Kaposi sembuh total.
  • Tahun 1993. Klinik yang dikelola oleh Bob Graham di Filipina digerebek oleh polisi kota Cebu bersenjata lengkap. Semua paspor dan peralatan di dalam klinik disita polisi. Semua dokter, pasien, pemilik klinik, dan seorang wartawan yang sedang meliput penggunaan terapi ozone di klinik tersebut ditangkap dan dideportasi. Penangkapan ini dilakukan atas perintah Walikota Cebu karena sang walikota tidak tahan ditekan oleh media Australia dan pihak berkepentingan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa semua yang dilakukan di dalam klinik tersebut adalah dusta.
  • Tahun 1993. Jan Raymond Zufer (pasien penderita kanker di kota El Paso, Texas) dinyatakan sembuh dari kanker yang dideritanya setelah 2 kali menjalani penanganan kanker dengan menggunakan alat Polyatomic Apheresis.
  • Tahun 2018. Javier Cespedes-Suarez, Yanisley Martin-Serrano, Maria Rosa Carballosa-Peña, Diana Rosa Dager-Carballosa menyatakan dalam artikel ilmiah mereka bahwa penggunaan ozone untuk tujuan pengobatan suatu penyakit tidak memiliki efek samping, malah justru memperbaiki status imunologis, dan menurunkan efek samping dari terapi antiretroviral.



Skema Terapi Ozone

Rangkaian keping-keping fakta di atas menunjukkan bahwa gas ozone ternyata telah menjadi obyek penelitian manusia sejak 150 tahun lalu. Di samping itu, pemaparan di atas memberikan pula poin-poin informatif lain sebagai berikut:
  • Manusia sekarang mampu membuat alat penghasil gas ozone, sehingga untuk mendapatkan gas ozone tidak perlu terbang ke langit
  • Gas ozone (O3) belum terbukti mempan terhadap mikroorganisme aerobik (contoh: virus flu), namun mampu melumpuhkan mikroorganisme anaerobik (tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen) seperti: porphyromonas, prevotella, propionibacterium, veillonella, virus variola, virus herpes, dan lain-lain. Bahkan mikroorganisme aerob-anaerobik seperti virus HIV pun tidak berdaya melawan gas ozone.
  • Masih ada pihak-pihak tertentu yang belum bisa menerima kenyataan bahwa gas ozone mampu melumpuhkan beberapa virus penyakit

Kalau gas ozone melawan virus corona (Convid-19) bagaimana? 


Sumber:
Keith H. Wells, Joseph Latino, Jerrie Gavalchin, and Bernard J. Poiesz, Inactivation of Human Immunodeficiency Virus Type 1 by Ozone In Vitro, Blood], Vol. 78, No. 7, American Society of Hematology Publlication, Washington DC, USA, 1991.

Ed McCabe, O3 vs AIDS, materi presentasi Ed McCabe di National Institute of Health Office of Unconventional Medicine, Bethesda, Maryland, USA, 18 Juni 1992.

Saul Pressman, The Story of Ozone, Plasmafire Intl, Canada, 2001.

Frederic Morinet, Mathilde Parent, Corinne Bergeron, Sylvie Pillet, and Claude Capron, Oxygen and viruses: Breathing Story, Journal of General Virology, American Society for Microbiology, Volume 96, Washington DC, USA, 2015

Javier Cespedes-Suarez, Yanisley Martin-Serrano, Maria Rosa Carballosa-Peña, Diana Rosa Dager-Carballosa, The Immune Response Behavior in HIV-AIDS Patients Treated with Ozone Therapy for Two Years, Journal of Ozone Therapy, Vol.2, No.3, University of Valencia, Spain, 2018.
Diubah oleh inal74 10-03-2020 11:13
donix91
Update.Berita
coztra
coztra dan 14 lainnya memberi reputasi
15
9.2K
90
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.