Perangi Plagiarisme



Buku ini adalah novel terbitan Denta Publiser ber-ISBN dan Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

Saya sudah membaca habis novel ini. Penulisnya berasal dari Sumatera Barat, teman, guru sekaligus saudara saya di dunia literasi. Namanya Naya.R, banyak hal yang saya pelajari dari beliau, baik kepribadian dan soal tulisan. Buku ini sudah terjual kurang lebih 1000 eksemplar banyaknya. Pencapaian yang luar biasa bukan?

Saya sebagai penulis baru, yang baru lahir jadi lebih bersemangat berkarya. Semoga suatu saat bisa seperti beliau yang karyanya di cintai orang banyak.

Hingga hal mengejutkan terjadi, saat saya bergabung di sebuah situs kepenulisan yang cukup besar. Di sana saya juga sebagai author/penulis. Saat saya coba membaca karya-karya orang lain, saya terkejut karena saya mendapati judul dan isi yang sama persis seperti tulisan milik Naya R yang berjudul Bias Rindu. Sudah di pastikan orang ini copy paste karya dari Uni Naya R. Lebih bekennya biasa di sebut plagiat.

Di group khusus penulis kami sudah heboh. Apalagi di sana si plagiat sudah mendapatkan banyak keuntungan dari karya ini. Sebagai penulis asli tentu saja Uni Naya R merasa dirugikan. Hasil jerih payah dan begadangnya demi menuntaskan novel ini jadi terasa menyakitkan, mengingat karya yang sudah banyak di cintai para pembaca ini di plagiat.

Beberapa pembaca tidak terima, bahkan saya dan beberapa penulis lainnya ikut turun tangan untuk mengingatkan. Ramai-ramai kami mereport tulisan itu, mengingatkan di kolom komentar. Namun hasilnya nihil, pihak situs pun sepertinya tidak berbuat banyak.

Saya heran dengan orang-orang seperti ini. Apakah urat malunya sudah putus? Kami semua para pembaca setia dan penulis sudah beramai-ramai menyerbu dan mengingatkan, tapi ia tak bergeming. Malah mengganti judulnya dengan judul yang baru yang tetap saja isinya sama secara keseluruhan.

Sebelumnya ada kasus serupa, tapi di Komunitas terbesar di Facebook. Bahkan tulisan itu hampir jadi sebuah buku. Karena ketahuan si plagiat memohon maaf secara resmi kepada semua pembaca. Dan begitu banyak yang memuji sikap si plagiat yang di anggap kesatria. Aku jadi heran nih, namanya salah ya minta maafkan ya?

Aku kasih perbedaan nih ya, yang minta maaf dan pantas di sebut kesatria

Sama ... yang minta maaf karena kepepet dan merasa perlu, harus dan kudu melakukan permintaan maaf itu.

Contoh ;

1. Si Jalimun nyolong tomat, terus setelah di pikir-pikir dia merasa berdosa, merasa bersalah karena sudah ambil milik orang lain. Di tengah masyarakat luas Jalimun meminta maaf dengan segenap hatinya dan menyesal pernah melakukan pencolongan. Meskipun Masyarakat belum tahu kalau di Jalimun ini nyolong tomat. Dia Berinisiatif sendiri minta maaf... (Keren)

2. Si Jalimun nyolong timun, terus ketahuan masyarakat setempat. Ia di arak, di olok-olok dan di bully karena ketahuan dan ketangkap basah. Demi menyelamatkan diri jelas dong si Jalimun ini minta maaf sama semua orang dan mengakui kesalahan trus berjanji nggak akan ngulang lagi. (Kepepet)

Sekarang tau di mana bedanya?

Tapi di sana banyak komentar yang memuji si plagiat secara berlebihan. Hey setinggi apa pun popularitasmu di dunia literasi ini kalau karyamu hasil plagiat tetap saja itu hal yang memalukan.

Kalau di luaran masih banyak yang menyimpan urat malu, bolehlah di bagi sedikit saja kepada para plagiat seperti ini.

Sungguh para Plagiat itu nggak KEREN.
k