Saya adalah salah seorang suspect Corona dari Surabaya. Kondisi terakhir saya dinyatakan NEGATIF corona. Saya akan menceritakan pengalaman pribadi saya mengenai bagaimana proses pemeriksaan suspect corona yang saya alami Saya kira pengalaman saya perlu saya publikasikan agar jangan sampai ada org lain yang kehilangan anggota keluarganya karena minimnya informasi ketika Virus Sudah menyebar.
Tujuan dari thread Ini :
Saya ingin mengajak masyarakat, jika memiliki gejala corona agar segera memeriksakan diri, karena prosesnya sangat lama.
Semakin awal memeriksakan diri maka peluang sembuh meningkat dan penyebarannya menurun.
Thread membahas :
1. Proses pemeriksaan suspect corona yang saya alami
2. Ada prosedur yang tidak jelas dalam penanganan suspect corona.
3. Berapa besaran biaya test SWAP dan perawatan IGD untuk pasien suspect Corona.
THREAD INI DIBUAT BUKAN UNTUK MENYALAHKAN PEMERINTAH, PEMERINTAH KOTA SURABAYA, PETUGAS MEDIS dan RS UNAIR SURABAYA. Mereka sudah melakukan yang terbaik[/quote]
Terakhir waktunya membayar, terkejut juga ternyata TIDAK GRATIS , padahal bu Risma pernah bilang DITANGGUNG PEMKOT (GRATIS):
"Jika ada gejala, batuk, panas, pilek dan sesak nafas maka tolong diperiksakan di rumah sakit Unair. Biaya akan ditanggung oleh Pemerintah Kota Surabaya" kata bu Risma, Walikota Surabaya.
Karena ternyata, menurut petugas administrasi IGD RS Unair ada 3 syarat yang wajib dipenuhi semua, tidak bisa hanya salah satu aspek dipenuhi, agar bisa gratis :
1. KTP SURABAYA (saya KTP Tangerang)
2. Kondisi sekarat tidak sadarkan diri (ya masa nunggu udah sakaratul maut periksa ke dokternya)
3. Positif corona (padahal hasil SWAP baru ketahuan 3 hari kemudian , posisi saya rawat jalan, kalau saya menulari banyak orang bagaimana?)
Spoiler for Kronologi Awal dan Gejala::
1.[20 feb]saya meeting dengan orang indonesia yang baru saja pulang dari malaysia/singapura. meeting cukup lama,sekitar 2 jam
2.[29 Feb] Saya makan di Mall, di sebuah cafe yang kursinya berdesakan. sebelah samping kanan saya kebetulan orang asing dari asia (saya curiga orang Korea, karena bahasanya beda dengan orang indonesia dengan mata yang sipit)
3. Sesudah makan di cafe, saat mau antri beli minuman, ada pengunjung mall tidak dikenal bersin di samping saya, dan muncratan flu nya mengenai saya. ( Kondisi di mall begitu memprihatinkan, dari 200 orang, mungkin hanya 2 orang yang memakai masker)
4. [1 Maret] Malam mulai tidak enak badan dan flu ringan.
5. [2 Maret] Keadaan masih sama sama tidak enak badan dan flu ringan.
6. [3 Maret] Lemas, flu ringan,mulai batuk dan nafas mulai sesak
7. [4 maret] Pagi mulai nyeri, sorenya panas tinggi, sesak nafas dibagian dada atas, batuk, pilek dan nyeri seluruh badan terutama kepala,
8. [4 maret] Sore saya mencoba menghubungi hotline corona kemenkes . Saya mau menanyakan apa yang harus saya lakukan dan RS mana saja yang bisa menerima pasien corona di Surabaya. Sayangnya jawaban petugas : Silahkan datang ke puskesmas dan rs terdekat. (udah ga ramah, Ngeselin kok jawabannya)
Kemudian saya telpon nomor hotline corona Dinkes Jawa Timur. Respon petugas sangat baik, Petugas menanyakan data saya, menanyakan keluhan, dan memberikan penjelasan dengan ramah dan santun. Meski demikian petugas juga kurang tahu mengenai RS di Surabaya yang siap menerima pasien Corona.
9. [4 Maret] Malam Masuk IGD. Di RS Unair Surabaya
Spoiler for Kronologi hari Pertama saat ke IGD ::
Rabu/ 4 maret MALAM [19.00] Datang ke IGD diantar adik. Kondisi sudah memburuk (panas tinggi, sesak nafas dibagian dada atas, batuk, pilek dan nyeri seluruh badan terutama kepala )
Oleh petugas saya di wawancara tentang keluhan. Ketika saya bilang gejala corona, petugas tertawa. (dikira saya bercanda) Menurut petugas, Ada syarat yang harus di penuhi agar pasien dapat di asumsikan perlu di curigai corona:
1. Demam
2. Batuk
3. Flu
4. Nyeri kepala
5. Sesak Nafas
6. Pernah keluar negri, atau kontak dengan orang yang habis dari luar negri atau dicurigai corona.
Karena 6 hal diatas terjadi pada saya.Oleh petugas, Saya langsung dimasukan ruang isolasi.
Sesudah menunggu di ruang isolasi, kemudian saya di test darah dan diberikan selang oksigen yang dipasangkan ke hidung. Kondisi dokter yang menangani hanya pakai masker dan sarung tangan, tidak seperti di China yang menggunakan pelindung khusus. Dokternya ramah dan baik. Ada 1 dokter pria dan 1 perawat pria yang menangani saya.
Kemudian sampai jam 20.30an baru di suntik parasetamol dengan kondisi badan panas, nyeri dan sesak yang tak tertahankan.
( satu pertanyaan saya, jujur saya kecewa karena lama sekali, tubuh sudah nyeri tak tertahankan kenapa tidak di suntik dari awal? mungkin teman teman yang dokter bisa lebih menjelaskan).
15 menit sesudah di suntik, demam saya mulai menurun. Saya mulai mengantuk, dengan tubuh masih nyeri, sesak nafas berkurang. saya tertidur.
Sekitar Jam 22.00 dada saya di rongten, petugas mengirim alat scan rongten portable ke ruangan isolasi saya. Bagusnya, petugas rongten yang menangani sudah pakai masker, sarung tangan serta pelindung khusus bahkan kacamata.
Jam 23.00 saya di curigai terkena pneumonia atau bisa jadi corona. namun dokter tidak berani mengambil kesimpulan, saya di sarankan rawat inap untuk di obrservasi dan esoknya di lakukan tes SWAB (Test Khusus Corona), hasil SWAP baru ketahuan 3 hari kemudian.
Kemudian, saya tanyakan ke dokter apakah bisa rawat jalan saja. Dokter juga cukup ragu awalnya, kemudian konsultasi dengan dokter paru. Tidak lama di informasikan, katanya boleh rawat jalan asal mengisolasi diri dan diharapkan esok pagi datang kembali ke Poli VIP Paru untuk tes SWAB (Test Khusus Corona), jam buka poli paru 8 pagi sampai 12 siang.
(Alasan saya menolak rawat inap karena di IGD saja pelayanannya sangat lama, apalagi saya harus nginap di rumah sakit. Saya pikir, kalau kondisi memburuk lebih baik saya ke rumah sakit lain yang mungkin peralatannya tidak selengkap di RS Unair, namun pelayananannya lebih sigap, toh juga di Surabaya ada beberapa RS besar yang katanya siap mengatasi corona. Apalagi kondisi saya dan adik tidak persiapan untuk menginap)
Spoiler for Kronologi hari kedua::
Sampai pukul 02.00 pagi setelah pulang dari IGD saya tidak bisa tidur, karena demam tinggi, sesak dan nyeri hebat lagi, mungkin karena pengaruh obat parasetamol suntiknya sudah hilang . Akhirnya saya minumin obat dari rumah sakit, beruntung karena minum obat Kondisi saya membaik. Sehingga demam, flu, batuk dan nyeri berkurang.
paginya, pukul 8.00 saya berencana datang ke Poli Paru VIP untuk tes SWAB (Test Khusus Corona), jam buka poli paru VIP UNAIR 8 pagi sampai 12 siang.
cuma.. karena saya pernah berobat di poli VIP RS Unair, saya tahu bahwa kalau mau berobat harus janjian via telpon dulu. karena seringkali dokter spesialis tidak praktek (nyebelin sih, namanya aja poli VIP, cuma kok dokternya sering ngga ada, padahal biasanya yg namanya VIP pelayanannya bagus )
Paginya saya telepon Poli VIP Rs Unair, sayangnya dugaan saya benar. Dokter Spesialis Paru Paru sedang tidak praktek, karena ada acara. Sayapun hanya diminta mengirimkan hasil lab, foto rongten dan surat rujukan dari IGD lewat whatsapp ke petugas poli. katanya, nanti akan dikabari lagi.
pukul 9.00 saya telepon Poli Paru VIP Rs Unair, sayangnya belum ada balasan dari dokter katannya. kalau mau dokter alternatif, harus datang ke lokasi dulu baru bisa dicarikan.
pukul 11.30 saya kembali telepon, sayangnya tetap belum ada balasan dari dokter katannya. karena jengkel, saya memaksa agar dicarikan dokter pengganti. dan saya pun langsung menuju Poli Paru VIP Rs Unair.
Pukul 12.00 ketika saya sudah sampai, (masih dianter adik ) petugas poli berkoordinasi dengan IGD serta mencarikan saya dokter. Sekitar 30 menit penunggu seorang dokter senior datang menemui saya. Ternyata beliau seorang Dokter Spesialis paru sekaligus Profesor dan Guru besar di Unair. Penanganan Profesor sangat baik, namun beliau masih curiga kalau saya ada potensi corona bukan hanya pneumonia. Akhirnya kemudian saya diminta untuk melakukan tes SWAB, sayangnya bukan profesor tsb yang mengambil sample. Justru saya harus mendatangi gedung berbeda untuk tes SWAB, yakni gedung TDC, pusat riset penyakit tropis Unair.
12.30 setelah menyelsaikan administrasi. Saya pergi ke gedung TDC Unair. Mencari gedung ini sangat susah. dikarenakan petugas yang minim, jadi susah bertanya. bahkan saya dan adik sempat tersasar. Bertanya pada petugas kebersihan pun mereka ga tahu gedungnya. Setelah 20 menit mencari akhirnya ketemu. gedungnya terletak cukup terpencil dan papan namanya susah di lihat.
Sekitar 13.00 saya dilayani petugas Administrasi TDC, Yang GILA dari petugas ini. Dia ga pakai masker. PADAHAL, dari kemarin saya berobat, semua petugas kesehatan bahkan hingga satpam menggunakan masker. Padahal untuk tes corona mau ga mau harus ke gedung ini.
(jujur dalam hati saya bertanya tanya, Menkes pernah bilang agar yang sakit saja yang pakai masker, tapi kok semua petugas kesehatan bahkan satpam di RS UNAIR memakai masker?)
saya kemudian memberikan rujukan surat untuk SWAB pada petugas tsb. Prosesnya cukup lama. 30 menit baru bisa melakukan proses tes SWAB.
proses SWABnya sendiri cukup cepat, ga sampai 10 menit, Kedua petugas juga memakai masker, sarung tangan serta pelindung khusus bahkan kacamata.
Buat yang ingin tahu rasanya di SWAB, jadi yang diambil sample adalah lendir hidung bagian dalam dan tenggorokan bagian dalam. cara mengambilnya dengan menggunakan cotton bud panjang yang ditusukan ke lubang hidung dan tenggorokan. rasanya perih.
kemudian terakhir petugas memberi informasi bahwa hasil tes bisa diambil maksimal 3 hari kerja. (cukup lama)
[5 Maret]Siang, Diagnosa terakhir pneumonia dan gejala corona. Tinggal tunggu hasil tes SWAB (tes corona) 3 hari lagi [5 Maret] Sore- Malam Kondisi membaik, tidak demam, batuk berkurang, flu hilang, namun nyeri di badan dan kepala masih terasa [6 Maret] nyeri di badan dan kepala masih terasa, sesak kambuh, batuk batuk [7 Maret] Negatif Corona- nyeri di badan dan kepala masih terasa, sesak kambuh, batuk batuk
[quote] KESIMPULAN
1.Jika memiliki gejala corona agar segera memeriksakan diri, Proses cek dan penanganan cukup lama dan tidak ketat. Semakin diri memeriksakan diri semakin baik. Apalagi Hasil tes SWAB butuh waktu 3 hari
2. Biaya berobat tidak ditanggung BPJS, dan biaya tes SWAB Corona sendiri sebesar 1 juta rupiah, diluar IGD, Foto Rongten, Konsul dokter dsb. Meski bagi sebagian org mahal, tetap harus cek agar orang lain tidak jadi korban!
3. Tidak semua Rumah Sakit siap terhadap Corona, cek di internet secara berkala daftar rumah sakit terdekat yang siap menerima pasien Corona.
4. Pakai Masker buat yang sakit maupun tidak sakit. Karena di RS Unair pun semua petugas medis pakai masker meskipun mereka sehat!
infinitesoul dan 89 lainnya memberi reputasi
90
20.7K
Kutip
365
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!