Virus Corona (COVID-19) menjadi wabah bencana yang memiliki tingkat penyebaran cepat. Gimana tidak, Sejak ditemukan di kota Wuhan di sekitar bulan Desember 2019 dalam waktu beberapa bulan saja sudah dikonfirmasi kasus Corona di banyak negara. Menurut data WHO(World Health Organization), terdapat 95,270 kasus yang terkonfirmasi, 3281 kematian, dan 79 Negara (05/03/2020).Jumlah terbanyak ditempati oleh negara yang pertama kali ditemukan yaitu di Tiongkok dengan jumlah 80,565 kasus. Bisa dibayangkan dalam waktu yang singkat bisa menjalar ke banyak negara. Minimnya informasi mengenai Virus Corona apalagi terbilang baru, antisipasi setiap negara menjadi telat.
Dampak dari Virus Corona tersebut sangat membawa kerugian yang besar bagi banyak negara. Salah satunya Maskapai di kawasan Asia Pasifik diperkirakan mengalami penurunan pendapatan sekitar Rp. 384 Triliun dan di luar maskapai Asia Pasifik sekitar 109 Triliun. Disisi lain, tempat pariwisata menjadi sepi karena rendahnya turis yang didatang ditambah adanya Travel Advisory yang meminta turis untuk berganti tujuan destinasi wisata ke negara yang terbilang lebih aman. Dan acara-acara lainnya yang juga harus diundur atau bahkan dibatalkan demi menjaga kesehatan pengunjung.
Tidak luput, Indonesia juga menjadi salah satu dari negara yang ditemukan adanya kasus corona. Sejak diumumkannya dari personal IG pak Joko Widodo melalui caption-nya dimana dinyatakan 2 orang Indonesia positif terinfeksi virus Corona (01/03/2020). Lantaran 2 orang tersebut berhubungan dengan warga negara Jepang yang juga terinfeksi Virus Corona.
Sebelumnya warga Indonesia merasa aman,tenang dan merasa Indonesia akan aman dari Virus Corona. Tapi sekarang, Indonesia mulai was-was sejak berita tersebut. Buat orang yang bermain saham, pasti merasakan sendiri dampak berita tersebut. Mendadak harga saham yang mereka taruh menjadi turun atau bahkan hampir semua saham turun. Tidak tanggung-tanggung turun drastis. Selain itu, jumlah turis juga perlahan-lahan berkurang dan pemasukan di setiap tempat wisata mengalami penurunan.
Namun, dibalik semua kerugian yang dijelaskan sebelumnya ternyata ada pihak yang diuntungkan dengan hadirnya virus Corona.
Memang salut yang memiliki otak cuan. Melihat ada kesempatan kecil pun bisa dijual. Sebelum virus ini masuk ke Indonesia, banyak orang sudah mulai berjualan masker baik di IG atau di e-commerce. Biasa harga sekotak masker dipatok dengan harga sekitar Rp. 23.000 hingga Rp. 40.000. Sekarang harga masker sudah mencapai angka ratusan ribu bahkan sampai ada jutaan demi namanya masker. Memang tidak bisa disangkal kalau semua orang pasti ingin untung dan mendapatkan uang. Terlebih lagi kalau dihubungkan dengan dunia ekonomi yang sudah banyak orang ketahui. Hukum ekonomi yang sering kita dengar adalah Penawaran dan Permintaan (Demand and Supply). Kalau jumlah permintaan lebih banyak dibandingkan penawaran, maka akan terjadi kenaikan harga. Hal ini yang memicu namanya permainan harga. Pembeli menjadi kena getahnya dan karena kebutuhan akhirnya memaksa untuk membelinya.
Berbicara soal penawaran atau Supply, ditemukan sebuah penimbunan masker yang berlokasi di salah satu kamar apartemen di daerah Tanjung Duren. Terhitung jumlah yang ditemukan sekitar 350 kotak masker dari berbagai merk. Mungkin bagi sebagian orang itu sudah banyak. Karena sudah menyentuh ratusan jumlahnya. Tapi bayangkan kalau ada yang menyimpan kotak masker sampai ratusan ribu jumlahnya ?
Diketahui di daerah Tangerang, didapati sebuah gudang perusahaan pengiriman barang cargo ke luar negeri. Saat penggeberekan, terhitung polisi menyita barang bukti sekitar 574.000 masker dari berbagai merk. Masker-masker tersebut nantinya akan dikirim ke Tiongkok dimana negara yang sangat membutuhkan masker. Kalau gue hitung-hitung, taruhlah nominal untung sebesar Rp 150.000 . 574.000 x Rp 150.000 = Rp. 86.100.000.000 atau terbilang DELAPAN PULUH ENAM MILYAR SERATUS JUTA. Bayangkan dengan jumlah sebanyak itu, lu bisa pakai buat apa?
Saking menguntungkan dan menjanjikannya penjualan masker. Sampai-sampai polisi juga menemukan pabrik pembuat masker secara ilegal loh. Masih di daerah Jabodetabek, kali ini di Jakarta Pusat. Saat diperiksa, pabrik tersebut tidak ada surat izin produksi. Menurut berita yang gue baca, jumlah yang bekerja disana berjumlah 12 orang ditambah pemilik pabrik rumahan tersebut. Selain itu ada bahan baku untuk membuat masker yang mau siap olah. Diperkirakan jika bahan tersebut diolah akan menghasilkan sebanyak 1 JUTA EKSEMPLAR MASKER. Goks, ga tuh? Kalau dihitung kembali, hampir 2x lipat dari keuntungan sebelumya.
Gua sampai ga kepikiran bisa sampai muncul ide kalau “Masker lagi butuh dimana-mana terus jumlah lagi sedikit, gimana kalau gue bikin pabrik masker? Gue yakin untung gue pasti banyak banget.”Memang kalau namanya pengen dapatin uang banyak, ada-ada aja cara kreatif yang muncul.
Walaupun sekarang dinyatakan kalau masker kurang efektif untuk mencegah virus. Karena cara penyebaran virus tersebut bukan melalui udara. Para masyarakat diminta untuk tidak membeli masker kalau sehat tapi memberikan masker tersebut kepada yang sakit karena lebih membutuhkan.
Sejak dari publikasi ditemukan 2 orang positif terkena virus Corona. Sebagian warga Indonesia mendadak berbondong-bondong membeli stock makanan salah satunya Indomie. Tidak tanggung-tanggung, bahkan ada yang membeli stock indomie dalam jumlah banyak.
Menurut pemikiran gue, dengan menggunakan peribahasa “Sedia Payung sebelum Hujan”sudah cukup menjelaskan semuanya. Alasan mereka melakukan adalah untuk berjaga-jaga kalau kebutuhan pokok menjadi langka. Sama halnya kasus Masker yang mendadak menjadi naik harganya. Sebelum terjadi, mereka dengan cepat membeli dus indomie takut harga naik.
Gue mencoba menerawang ada sebagian lu pada melakukan. Secara tidak langsung, dengan melihat banyaknya orang membeli lu menjadi ikutan ingin membeli. Padahal kalau u pikir-pikir, apakah akan separah itu? Terlebih indomie kan sudah banyak dan tersebar di berbagai tempat. Gue sih memaklumi kok karena memang tidak ada yang bisa memprediksi kemungkinan yang terjadi kedepannya.
Hasilnya para penjual Indomie baik dari Supermarket bahkan warung-warung jadi kecipratan untung dengan berita sebelumnya. Baik dari indomie goreng dan indomie berkuah banyak terjual. Kepikiran ga sih kalau mereka saat membeli indomie ada mikir dulu "mau Indomie goreng atau kuah ya?"
Sering kita jumpai di jalan, ada seorang ibu-ibu membawa bakul yang berisi berbagai macam jamu. Jaman dulu kita bisa sering lihat penampakan tukang jamu di jalan. Umumnya bisa ditemukan di daerah komplek atau daerah kelurahan. Ada yang masih dipikul dibelakang pundak dan ada mulai menggunakan sepeda. Tidak hanya hemat waktu tapi juga meringankan beban berat kalau dipikul. Tapi sekarang sudah mulai jarang ditemukan. Lagi-lagi sejak munculnya konfirmasi 2 orang positif mengidap Corona, banyak orang mendadak mencari tukang jamu jalanan.
Semenjak kasus corona dan informasi pemberitauan untuk menjaga tubuh tetap sehat, banyak orang mulai mencari tukang jamu dan ingin membeli dengan tujuan minuman jamu bisa menyehatkan tubuh. Berdasarkan cerita dari ibu penjual jamu di Detik.com, rata-rata bisa habis sebanyak 20 botol dan kini bisa ludes sebanyak 30 botol dalam waktu sehari. Harga segelas jamu yang dijual rata-rata sebesar Rp 8.000. Untungnya penjual jamu tidak menaikkan harga jamunya
Jamu yang banyak orang pesan diantaranya Temulawak, Jahe, Serai, Kunyit dsbnya. Apapun yang dirasa bisa menyehatkan tubuh, orang-orang akan segera membelinya. Walaupun ada minuman yang pahit rasanya di lidah seperti temulawak, tapi demi menjaga kesehatan mereka pun akhirnya meminumnya. Gue dengar sih kalau jahe dan kunyit yang paling besar manfaatnya untuk kondisi saat ini.
Penjual jamu mengucap syukur dengan adanya info kasus corona tersebut. Bukan melihat sisi kalau ada Corona ada di Indonesia bagus tapi disisi penjualan meningkat dan untung yang diperoleh serta minuman jamunya bisa bermanfaat
Sebelum ada simpang siur mengenai penyebaran Corona. Banyak orang mengantisipasi tidak tertular virus Corona melalui penggunaan Masker. Kebanyakan kita mengira kalau Virus corona bisa menularkan melalui udara atau dari batuk orang yang bisa tersebar lewat udara. Biasanya yang beli adalah para pengguna transportasi massal seperti kereta api atau Bus Trans Jakarta. Karena dinilai besar kemungkinan virus Corona bisa menyebar dengn cepat. Makanya terjadilah seperti no 1.
Muncullah sebuah informasi yang datang dari WHO atau lembaga yang menangani tentang kesehatan dunia. Menyatakan bahwa Virus Corona bukan tipe virus yang penyebaran lewat udara. Diperkirakan virus ini tidak bisa bertahan lama di udara. Virus ini melakukan penyebaran melaui droplets (dahak). Kalau kita pernah baca tentang bagaimana fase seseorang terkena Virus Corona, akan ada fase dimana orang tersebut akan batuk. Inilah yang harus dihindari dimana disaat orang positif sakit, apa yang keluar saat batuk bisa jatuh ke tempat-tempat umum misalnya meja, kursi, lift, eskalator dan sebagainya. Ketika kita tidak sengaja menyentuh bagian yang terkena paparan virus dan menyentuh wajah, mata, luka atau apapun yang bisa masuk ke dalam tubuh, itulah titik dimana virus bisa masuk.
Untuk mencegahnya, tidak hanya kita membeli masker supaya lebih aman atau membeli jamu untuk meningkatkan imun tubuh tapi kita juga harus memperhatikan kebersihan tubuh. Seperti yang sudah diajarkan sejak dari TK yaitu cara mencuci tangan dengan baik. Nah, untuk membersihkannya, dibutuhkan sebuah sabun sebagai pembersih tangan. Apapun merknya, selama itu sabun yang ada BPOM bisa dibilang aman. Tidak hanya sabun saja yang bisa dipakai, kini bisa ditemukan sebuah product yaitu Hand Sanitizer dimana berbagai tempat sebagai langkah praktis dan cepat untuk membersihkan tangan dimana pun lu berada.
Kalau lu pada cek di e-commerce,product sabun kini mulai menjamur dimana-mana. Bukan hanya dalam bentuk sachet ataupun botol. Ada juga yang menjual dalam bentuk dirigen sabun. Sempat kaget dan berpikir apa bakal ada yang beli sebanyak itu. Tidak luput juga, ada yang menaikkan harga supaya mendapatkan keuntungan lebih banyak.
Dan perlu diinget kalau product sabun tidak menjamin 100% membersihkan kuman/bakteri/ atau virus di tangan. Kalau lu ingat kembali, bahkan di iklan lifeboy bilang kalau product mereka saja menjamin 99% tangan kita bersih dari kuman dkk nya. Artinya adalah bakal ada sisa yang masih menempel di tangan kita apapun alat kebersihan yang dipakai. Walaupun begitu, setidaknya itu sebagai bentuk pencegahan yang bisa kita lakukan melihat bentuk penyebaran virus Corona tersebut. Seperti sebuah pepatah "Lebih baik mencegah dari pada mengobati"
Hayo siapa diantara lu pada yang pernah melakukan hal diatas? silahkan dijawab dalam hati ya. Siapa lagi yang diuntungkan? silahkan menambahkan
Ini thread pertama kali gue buat dimana gue mencoba keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru. Jika ada kekurangan mohon dikritik dan tidak lupa dikasih saran dan masukan melalui pm agar gue bisa terus belajar menjadi lebih baik dalam menulis
Thx for read!
infinitesoul dan 9 lainnya memberi reputasi
8
3.7K
Kutip
36
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru