Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Lebih Ngeri dari Corona, RI Bergantung Cabai Sampai HP China


Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia punya ketergantungan yang lumayan tinggi terhadap China. Dengan kondisi China yang tertatih-tatih akibat serangan virus corona, Indonesia akan ikut kena getahnya.

Kasus corona memang paling banyak terjadi di China. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis, jumlah kasus corona di Negeri Tirai Bambu adalah 80.409 kasus. Korban jiwa juga paling banyak terdapat di sana.

Akibat penyebaran virus mematikan, aktivitas masyarakat di China terhambat. Banyak pabrik yang masih belum berproduksi, atau kalau sudah kapasitasnya belum optimal akibat para pekerja yang dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut. Belum lagi persoalan pelabuhan yang tak semua sudah beroperasi.


Sektor manufaktur China pun anjlok. Pada Februari, Caixin mencatat Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China sebesar 40,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI pada April 2004.

Menurut keterangan tertulis Caixin, upaya mencegah penyebaran virus corona membebani kinerja sektor manufaktur. Sebab utilisasi mesin dan karyawan memang masih minim.

"Produksi, pekerjaan baru, dan utilisasi karyawan turun ke titik terlemah dalam 16 tahun karena perusahaan memperpanjang masa liburan Tahun Baru Imlek untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Rantai pasok terpukul hebat, dengan waktu pengiriman yang bertambah sehingga perusahaan terpaksa meningkatkan penggunaan stok yang sudah ada," sebut laporan Caixin.

Masalahnya, gangguan produksi dan rantai pasok bukan cuma berdampak kepada China tetapi seluruh dunia. China adalah perekonomian terbesar kedua dunia, dan negara eksportir nomor satu. Kalau produksi di China seret, maka pabrik-pabrik di seluruh dunia akan terpengaruh terutama karena kesulitan bahan baku/penolong.

China adalah Kunci Rantai Pasok Dunia

Mengutip riset DBS, negara-negara yang tergantung dari pasokan bahan baku/penolong (intermediate goods) dari China adalah Vietnam, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Di negara-negara tersebut, porsi impor intermediate goods dari China mencapai lebih dari 20%.



"Gangguan aktivitas produksi di China berdampak negatif ke berbagai negara. Sektor yang paling merasakannya adalah tekstil dan elektronika karena gangguan pasokan dari China," sebut Ma Tieying, Ekonom DBS, dalam risetnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Kira-kira barang apa saja yang bakal langka di pasaran karena gangguan pasokan dari China?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lima produk terbanyak yang didatangkan dari China sepanjang 2019 adalah sebagai berikut:

Produk Impor Terbesar dari China
HS Produk Nilai (US$)
728 Mesin lain-lain dan perlengkapan khusus untuk industri tertentu 1,079,110,752
741 Peralatan pendingin dan penghangat ruangan serta bagiannya 1,666,336,139
752 Mesin pemrosesan data otomatis dan bagiannya 1,713,764,636
764 Peralatan telekomunikasi dan bagiannya 4,499,046,441
778 Mesin listrik dan perangkatnya 1,066,133,646

Peringkat teratas adalah perlengkapan telekomunikasi dan bagiannya. Jadi kalau pasokan barang dari China terus terhambat dalam waktu yang cukup lama, maka Indonesia harus bersiap untuk mengalami krisis produk telekomunikasi.

"Peran China dalam industri telekomunikasi global sangat penting. Hampir separuh dari 800 fasilitas produksi Apple berlokasi di China. Sekitar 30 perusahaan China adalah pemasok terbesar bagi Apple untuk produk speaker, layar, baterai, panel layar, sampai IC," tulis Ma dari DBS.

Indonesia Impor Produk Pertanian dari China

Selain produk-produk manufaktur, Indonesia juga mendatangkan produk-produk pertanian dari China. Paling besar adalah bawang putih dengan nilai impor US$ 529,96 juta sepanjang 2019. Seluruh bawang putih impor adalah dari China, tidak ada yang berasal dari negara lain. Ketergantungan yang luar biasa.

Indonesia juga mengimpor cabai dan produk-produk turunannya dari China. Misalnya cabai segar dingin, dengan nilai impor US$ 4.050 sepanjang 2019. Tidak terlalu besar, karena produk dalam negeri sudah relatif mampu memenuhi permintaan.

Namun lagi-lagi terlihat ketergantungan terhadap China begitu tinggi. Negara asal impor cabai segar dingin selain China hanya dua yaitu Amerika Serikat (AS) dan Singapura. Akan tetapi, nilainya sangat jauh di bawah China.

Masih soal cabai, Indonesia juga mengimpor cabai awet sementara dari China senilai US$ 13.990 pada 2019. Kasusnya sama seperti cabai segar dingin, impor dari China jauh melampaui dari negara-negara lainnya.

Produk pertanian lainnya yang diimpor Indonesia dari China adalah tembakau. Maklum, China adalah negara produsen tembakau terbesar di dunia sehingga produksinya tentu menjangkau berbagai negara.

Sepanjang 2019, impor tembakau Indonesia dari China bernilai US$ 183,79 miliar. China menduduki peringkat pertama, tetapi jarak dengan Brasil di posisi kedua tidak terlampau lebar.

Akan tetapi, walau pasokan tembakau impor dari China seret pun sepertinya tidak banyak menyebabkan guncangan. Pasalnya tembakau dalam negeri relatif mumpuni untuk memenuhi permintaan.

Selain itu, impor tembakau juga sudah lebih terdiversifikasi. Kalau impor dari China seret, pasokan dari negara lain bisa menutupi

sumur
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...pai-hp-china/1
nomorelies
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.