🍀🍀🍀🍀

Esok, akan datang bahtera untukku. Menjemput hari-hari yang selama ini pernah kutinggalkan untukmu.

Cintaku, bila masa telah berhimpun, yakinlah, perpisahan yang lalu hanya percikan perjumpaan untuk kita.

Pun kala aku menyendiri dalam sepi, tetap saja bait yang pernah kau ucapkan masih tak mampu kuhalau. Malam tak lebih dari durja. Siang tak hanya serapah yang pilu.

Bahtera itu selalu kunanti. Bahtera yang akan mengantarku, berselimut dalam dekapan bongkah tanah merah, teronggok kaku di sampingmu.

Aku sudah terlalu lelah, Cintaku ....


🍀🍀🍀🍀

Sudah seminggu ini sulit memejamkan mata. Perjumpaan singkat denganmu di ujung senja membuatku sadar. Ada benih yang mulai ter-semai di sana.

Dulu, aku juga pernah merasakan yang sama. Menanti dirimu di tepi senja, berlari di bibir pantai untuk mengejar ufuk yang segera tenggelam. Kita berdua tersenyum saat lembayung tertutup panggilan azan.

Apakah engkau ingat?

Apakah engkau mengingat ucapan kala itu?

"Aku ingin cinta ...."

Tapi bisikan di bibirmu terlalu halus, hingga angin membawanya pergi.

Sudah seminggu ini aku sulit melupakan aroma tubuhmu. Dulu, kala malam mendera, engkau kerap memelukku dalam keraguan. Menyerap aroma yang keluar dari pori-pori kulit.

"Aku ingin cinta ...." Kau kembali berbisik saat mataku terpejam.

🍀🍀🍀🍀

Kemarin kau menemui diriku.

"Aku ingin cinta, Bang," sesaat sebelum bibirmu melekat di bibirku.

"Aku juga menginginkannya ...."

Tapi ... kita berdua justru menangis. Menyadari malam tak lagi dapat kita rengkuh. Tiada desah dan sentuhan. Tiada deru nafas yang berkejaran. Semuanya telah tertutup oleh kenangan ... meninggalkan dinding gelap yang membisu.

"Maafkan aku yang terlambat menemui malam untuk memelukmu," jeritku, kala bahtera membawa dirimu dalam dekapan malam yang berbeda.

Aku sadar. Kini, diriku yang terpasung pada sisi malam sepi. "Aku ingin cinta ...!"

🍀🍀🍀🍀

Salam kenal, saya member baru yang menyukai dunia menulis. Mohon bimbingannya 🙏