i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Murka hingga Batal Polisikan, UAS: Yang Bully di Internet Pengecut Semua!


Murka hingga Batal Polisikan, UAS: Yang Bully di Internet Pengecut Semua!

Suara.com - Ustaz Abdul Somad menceritakan mulanya sempat tak terima ketika mendapat perundungan oleh warganet di media sosial.

Cerita kemarahannya itu disampaikan saat UAS, sapaan ulama kondang itu saat berceramah di peresmian Masjid Cut Nyak Dien, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2020).

Saking kesalnya kerap di-bully, UAS mengaku sempat ingin melaporkan orang-orang yang merisaknya ke polisi.

"Begitu dia bully sekali saya lapor ke Polda. Lapor ke Polda panggil saya datang, dua kali saya datang ke kejaksaan, saya datang duduk mana pak yang bully saya kemarin? mencret," kata dia.

Namun, UAS mengaku niatnya ingin membawa pelaku bully itu ke ranah hukum akhirnya diurungkan. Dia pun menganggap orang-orang yang suka melakukan perundungan di media sosial itu adalah para pengecut.

"Sejak itu saya nggak mau lapor lagi, ternyata di internet yang bully itu pengecut-pengecut semua," kata dia.

Dalam ceramah itu, UAS juga meminta maaf kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang ikut hadir dalam peresmian itu karena belakangan sempat dirisak warganet lantaran masalah banjir di Jakarta.

"Saya mohon maaf pak gubernur saya nggak bisa bela di sosmed, karena saya pun babak belur juga," kata dia

Mendengar pengakuan UAS, Anies yang berada di sebelahnya hanya terlihat tersenyum. Sementara para jamaah tak kuasa menahan tawa.

"Tapi insyaallah kalau kita tidak ada dendam, tidak ada marah, enjoy, semua kritikan itu kita anggap sebagai cara orang untuk menunjukkan bahwa kita rendah dihadapan Allah SWT," imbuh UAS.
sumber

☆☆☆☆☆

3 hal yang sebenarnya harus diperhatikan, yaitu : Bercermin, Introspeksi, Berserah Diri.

Dengan segala hormat UAS. Ada pepatah mengatakan, pohon makin tinggi, maka terpaan angin semakin besar. Jadi kalau tak ingin diterpa angin yang makin besar, jadilah pohon kerdil. Tak perlu menjadi pohon kelapa atau pohon pinus. Jadi saja pohon sawi atau pohon cabai. Tapi pohon sawi dan pohon cabai saja terkadang roboh diterpa angin. Kalau begitu tak perlu menjadi pohon, jadi saja tumbuhan seperti lumut. Dijamin, angin tak akan bisa merobohkan seonggok lumut. Bisa dilihat, lumut bisa tumbuh dimana-mana. Menempel dimana-mana. Dan mereka kebal terhadap angin kencang.

Jika seorang tokoh bisa terkena bully, pasti ada sesuatu yang menyebabkan dia dibully. Entah kelakuannya, entah kehidupannya, entah ucapannya. Dan seharusnya hal ini menjadi bahan introspeksi. Bukan cuma bisa menuding, menunjuk orang lain dzalim sementara dia sendiri dzalim terhadap orang lain. Mungkin bagi seorang tokoh seperti UAS atau Anies, jika dibully di sosmed, akan banyak yang membela mati-matian, apalagi bagi mereka para pendukungnya yang menganut taklid buta. Tapi pernahkah mereka berpikir sedikit saja, apa sih yang menyebabkan mereka dibully? Apa harus selalu dilaporkan ke pihak kepolisian? Padahal setiap orang dituntut untuk menjaga ucapan dan tindakan. Lantas bagaimana kalau para tokoh ini sendiri tanpa sadar memberi ruang untuk dibully akibat ucapan dan tindakannya sendiri? Apakah publik lantas harus dipersalahkan?

Terkadang tokoh-tokoh ini tidak sadar diri, bahwa mereka sendiri termasuk pihak-pihak yang memberi api semangat bagi para pendukungnya untuk membully orang lain, yang bahkan bukan artis atau tokoh penting. Hanya orang biasa. Tetapi karena termakan oleh setiap perkataan tokoh-tokoh ini, maka orang lain menjadi salah dan harus selalu salah. Meskipun perkataan dan ucapan orang yang dibully pendukung tokoh-tokoh ini benar, dimata para pendukung tokoh-tokoh ini tetap salah. Sadarkah mereka?

Dan sepertinya mereka tidak pernah sadar. Nyatanya selalu saja ada ucapan-ucapan yang membuka ruang untuk dibully. Lantas kalau sudah begini, bukankah mereka seperti menikmati bullyan tersebut?

Jadi jangan lantas besar dan punya pendukung jutaan lalu merasa apapun yang dilakukan dan diucapkan adalah sebuah kebenaran. Itu absurd namanya.

Lihat mereka yang terkena bullyan karena kekurangan di fisik mereka. Lihat mereka yang dibully karena pilihan iman mereka. Apa mereka membalas? Justru mereka berserah diri. Tidak arogan karena merasa besar lantas bisa seenaknya bakal dituruti semua kemauannya.

Kritik yang keras dan disampaikan dengan kalimat-kalimat yang mengundang tawa kadang dianggap sebagai bullyan. Tetapi hinaan yang disampaikan lewat ucapan didepan banyak orang hanya dianggap bercanda, bahkan dengan kalimat-kalimat pembenaran atas nama agama. Apakah itu sebuah kewarasan? Pengetahuan yang besar tentang agama lalu dijadikan pembenaran untuk mengomentari sebuah masalah besar dengan menyeretnya keranah agama, apakah itu juga sebuah kewarasan?

Kalau disuruh memilih, apakah TS harus membela 2 tokoh di trit ini andai dibully, sementara diluar sana ada orang-orang yang dibully karena fisik mereka, kekurangan mereka, pilihan keimanan mereka, jelas TS akan membela yang lain dibanding 2 tokoh ini. Kenapa? Jawabannya jelas. Ke 2 tokoh ini sudah punya pendukung militan yang akan membela segala ucapan dan tindakannya meskipun salah sesalah-salahnya. Sementara mereka yang tak punya pendukung, hanya orang biasa, butuh pembelaan karena memang harus dibela.

Jadi, siapkan cermin. Berkacalah.
Sudah berkaca? Coba introspeksi.
Sudah introspeksi?
Ya sudah, berserah diri.

Gitu aja koq repot.
akubebe
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 66 lainnya memberi reputasi
65
9.4K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.