Fery.WAvatar border
TS
Fery.W
Tranplantasi Ginjal Ayah, Sebuah Pengalaman


Bagi para pengidap gagal ginjal, Hemodialisis atau cuci darah adalah sebuah proses yang harus dilakukan agar bisa hidup dalam kondisi sehat.

Gagal ginjal yang terjadi di Indonesia kebanyakan merupakan ekses dari penyakit lain, seperti Diabetes, hipertensi, asam urat yang sudah sangat akut, walaupun ada yang diakibatkan oleh kerusakan ginjal itu sendiri seperti peradangan pada ginjal, dan kista pada ginjal.

Indikasi yang dirasakan . Pembengkakan di beberapa bagian tubuh akibat ginjal tak mampu membuang kelebihan cairan dalam tubuh.

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting dalam memfilter darah di dalam tubuh agar tetap bersih. Jika gagal berfungsi efeknya darah akan menjadi kotor dan tubuh keracunan darah kotor tersebut.

Gejala yang akan terasa  bagi si penderita biasanya berasa gatal-gatal tapi tak jelas sumbernya dari mana, mual, muntah, mudah lelah, sesak nafas yang hebat. Susah buang air kencing yang mengakibatkan penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh, seperti perut, pergelangan kaki, bahkan muka.

Bagi penderita yang sudah akut untuk berjalan tiga langkah saja akan membuat nafas sesak.

Nah, proses hemodialisis ini adalah mencuci darah agar bisa bersih kembali, fungsi ginjal digantikan oleh mesin hemodialisa.

Intensitas melakukan hemodialisis tergantung pada tingkat keparahan kerusakan ginjalnya, bisa 1kali seminggu bahkan ada juga yang 3 kali seminggu.



Untuk bisa melakukan hemodialisis biasanya ada kondisi minimal tubuh, artinya sebelum dilakukan hemodialisa  darah pasien akan di periksa untuk mengetahui kadar Hemoglobin dalam tubuhnya.

Oh iya di awal, saat pertama kali proses hemodialisis dilakukan akan dipasang alat yang dinamakan cimino, untuk mencangkok arteri vena yang dilakukan dengan menyambungkan antara arteri dan vena dengan menambahkan selang sintetis fleksibel.

Proses hemodialisis ini sangat melelahkan, yang nganternya aja cape apalagi pasiennya. Ya ini pengalaman saya mengurus orang tua yang menderita gagal ginjal akibat hipertensi yang diidapnya selama bertahun-tahun.

Tak lama memang ia menjalani proses hemodialisis, mungkin sekitar 6 bulan. Karena cape harus bolak balik rumah sakit, lantas kondisi yang tidak nyaman pasca hemodialisis serta keinginan sembuh dan beraktifitas kembali dengan normal, akhirnya ia dan kami keluarga memutuskan untuk melakukan transplantasi ginjal.

Kami melaksanakannya tak di luar negeri, tapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Kencana, konon katanya untuk urusan transplantasi Ginjal RSCM Kencana merupakan salah satu terbaik di Asia Tenggara.

Proses melaksanakan transplantasi itu cukup panjang, bisa sampai 6 bulan. Dan biayanya lumayan besar. Terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan transplantasi ginjal. Pra-transplantasi, pelaksanaan transplantasi, dan yang terakhir pasca transplantasi.



Pra-Transplantasi

Saat itu saya mendatangi seorang Dokter bergelar Profesor bidang bedah Urologi Prof Endang namanya, sudah cukup senior. Untuk memastikan bahwa kondisi ayah saya memungkinkan untuk melakukan transplantasi, mengingat usia ayah saya saat itu sudah mencapai 65 tahun.

Setelah di periksa ternyata ayah kondisinya memungkinkan untuk dilakukan transplantasi. Kebetulan ada keponakan ayah yang bersedia untuk mendonorkan ginjalnya.

Maka mulailah rangkaian panjang proses pra-tranplantasi dilaksanakan. Setelah kembali memeriksa kondisi ayah, sang pendonor pun dicek kesehatannya, seperti medical check up.

Oh iya gol darah calon pendonor itu sama dengan ayah. Dari awal memang Dokter mensyaratkan calon pendonor harus bergolongan darah sama dengan penerima atau resepien agar bisa ditindak lanjuti, karena jika tak sama akan percuma katanya.

Setelah pendonor dinyatakan sehat, kami menghadap ke salah satu dokter yang mengurus etika dalam melakukan tindakan medis. Semacam komite etik lah atau kalau di perusahaan itu Compliance affair.

Untuk memastikan tak ada jual beli apapun terkait organ tubuh yang akan di donorkan tersebut. Butuh waktu kurang lebih 3 hari mereka melakukan assesment administrasi terhadap sang pendonor ini. 

Lumayan ketat sih, pendonor disyaratkan harus berusia diatas 18 tahun, dalam kondisi sehat jasmani dan rohani, mendapat izin dari keluarga terdekat (suami/istri, orangtua atau anak). 

Calon pendonor itu di wawancarai seperti mau melamar kerja, dari wawancara itu lah kemudian Dokter yang melakukan assesment bisa melihat apakah ada unsur transaksi atau tidak. 

Seluruh aturan prosedur tranplantasi ini harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2016 mengenai Penyelenggaraan Transplantasi Organ.

Setelah ini oke, calon pendonor masuk dala assestment medis untuk memastikan kondisi ginjal pendonor dalam keadaan baik dan dapat diterima oleh tubuh si resepien.

Pemeriksaan medis ini meliputi Cek ulang Golongan darah, tipe jaringan, crossmatch atau uji silang serta serologi.Intinya dokter harus memastikan bahwa antara si resepien dan pendonor itu harus cocok, karena jika tidak akan ada penolakan dari dalam tubuh.

Dan ini waktunya tak sekaligus dalam satu hari, bisa dalam jangka waktu 3 hari sekali setiap tindakan. Nah hal ini lah buat kami lumayan menjadi siksaan karena kami tinggal di Sukabumi, dan ayah tak mau tinggal bahkan untuk sementara di Jakarta. Jadi setiap tindakan kami harus bolak-balik. 

Dari seluruh pemeriksaan awal transplantasi berupa pencocokan antara calon pendonor dan respien, hal paling menentukan setelah golongan darah cocok adalah crossmatch, yakni keduanya diambil 3 ampul darah kemudian disilangkan untuk menemukan kecocokan antibodi di tubuh masing-masing, jika pecahnya tak lebih dari 40 persen maka itu bisa dikatakan cocok, dan proses transplan bisa dilanjutkan.

Nah khusus untuk crossmatch ini, pihak RSCM merujukan pada Rumah Sakit PGI Cikini, karena hanya di ruma sakit inilah proses uji silang itu dilakukan, satu-satunya di Indonesia.

Nah, bersyukur sekali saat itu antara ayah dan sepupu saya itu cocok, dan hasil crossmatch nya bagus. Setelah itu mulai lah pemeriksaan kondisi tubuh dan kejiwaan masing-masing di lakukan.

Dalam proses transplan setelah ditemukan donor yang cocok, Prof. Endang sebagai dokter yang bertanggung jawab dan mensupervisi tindakan medis tersebut,  membentuk tim Dokter yang terdiri dari Dokter Spesialis Jantung, Paru-Paru, Internis, Gigi, Psikiater, Anestesi, Radiologi, dan terakhir Dokter Bedah Urologi.

Yang kami datangi pertama adalah Dokter Jantung kemudian dilakukan EKG, Kemudian Paru-Paru, setelah itu kami bertemu dengan Psikiater dan dilakukan Psikotest.

Ya, calon pendonor dan resepien sama-sama melakukan psikotest dan questioner sebanyak 600 soal yang harus diselesaikan selama 3 jam. Dan itu sangat melelahkan bagi orang tua seperti ayah saya, walau akhirnya saya yang mengerjakan psikotest tersebut.

Yang merepotkan adalah saat pemeriksaan gastronomi (lambung dan usus) serta gigi. Butuh waktu yang sangat panjang untuk dua pemeriksaan ini, butuh waktu 1,5 bulan.

Kenapa gigi, lambung, dan usus juga harus diperiksa secara detil, untuk memastikan tidak ada potensi infeksi terjadi di dalam tubuh pasca-transplantasi dilakukan. Karena resepien sesaat sebelum operasi dilakukan daya tahan tubuhnya akan diturunkan melalui obat-obatan yang akan diberikan.

Maka sebelum operasi dilakukan potensi infeksi harus diminimalkan, Gastroskopi harus dilakukan untuk memastikan bahwa lambung tak ada masalah, saat itu ketika lambung ayah diperiksa ditemukan beberapa bercak putih yang menandakan ada luka dalam lambung dan itu berpotensi terjadi infeksi.

Maka kemudian kondisi ini harus disembuhkan dahulu, dengan diberikan beberapa obat lambung, dan akhirnya bisa sembuh dalam jangka waktu 3 minggu. Setelah sembuh kemudian pemeriksaan beralih ke gigi, setelah diperiksa ternyata ada 3 gigi ayah dalam kondisi berlubang, dan itu ketiganya harus dicabut, Dokter gigi kemudian mencabutnya setiap minggu satu .

Setelah semua pemeriksaan tersebut selesai, seminggu sebelum jadwal operasi dilaksanakan CT Scan khusus Ginjal harus dilakukan, saat itu kami direkomendasikan melakukan CT scan di Rumah Sakit Abdi Waluyo Menteng, Jakarta Pusat. Karena kualitas Scanningnya bagus katanya.

Setelah semua pemeriksaan tersebut selesai, persiapan operasi dilakukan.Kami menyelesaikan semuanya itu dalam jangka waktu kurang lebih 6 bulan, dihitung mulai kami konsultasi awal.

Bagi ayah saya sebagai resepien, harus mulai masuk rumah sakit 5 hari sebelum operasi dilakukan. Selama di rawat beberapa pemeriksaan ulang dilakukan, jantung, paru-paru, gigi, lambung, dan psikolog kembali diperiksa untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.

Bagi calon pendonor, ia masuk 3 hari sebelum operasi dilakukan sama seperti resepien, ia di periksa ulang untuk memuktahirkan data.

Pelaksanaan Operasi Transplantasi.

Protokol pelaksanaan operasi mulai dilaksanakan 18 jam sebelum operasi dilakukan, dengan mencukur habis rambut-rambut yang ada di tubuh bagian bawah. Kemudian mandi menggunakan cairan khusus anti septic.

Bagi kami itu benar-benar saat-saat yang menegangkan, semua keluarga sulit tidur. Pukul 8.00 operasi transplantasi itu akan dilaksanakan, jam 7.15 pendonor di bawa ke ruang operasi, setengah jam kemudian barulah ayah di bawa ke ruang operasi.

Operasi itu berlangsung sekitar 6,5 jam, Operasi selesai dilakukan pukul 14.30. Kemudian pada pukul 17.00 pendonor di bawa kembali ke ruang perawatan. Sedangkan resepien di masukan ke ICCU karena pasca operasi mengurus resepien jauh lebih rumit di banding pendonor.

Karena di tubuh resepien sekarang ada benda baru dan harus dipastikan bisa diterima oleh tubuh, dan butuh perlakuan khusus dalam jangka waktu tertentu.



Pasca Transplantasi.

Karena daya tahan tubuh resepien sedang dalam kondisi di turunkan oleh obat-obat yang sengaja diberikan agar organ baru lebih cepat beradaptasi dengan tubuh resepien.

Selama satu bulan penuh harus berada ditempat yang sangat bersih dan dipastikan harus memakai masker dimanapun dia berada, ayah waktu itu menyewa apartemen di sekitar RSCM. Karena harus kontrol setiap minggu, dan perjalanan jauh tak diperkenankan karena kondisi pasca operasi tak memungkinkan itu.

Setelah satu bulan, 3 bulan berikutnya 2 minggu sekali kontrol, 3 bulan berikutnya sampai dengan 1 tahun kontrol harus dilakukan setiap bulan.

Keberhasilan transplantasi ginjal ditentukan pada perawatan keluarga terhadap si pasien, masalah kebersihan harus benar-benar dijaga. Jangan terlalu sering berhubungan atau menerima tamu terlebih dulu.

Karena dengan kondisi imun turun, kuman/virus akan cepat masuk ke dalam tubuh, dan biasanya langsung akan menyerang organ tubuh yang belum sepenuhnya menyatu dalam tubuh, akhirnya infeksi terjadi di ginjal yang baru terpasang, dan akhirnya gagal ginjal terjadi lagi.

Bagi pendonor sih tak terlalu rumit, setelah luka operasinya sembuh ia bisa segera pulang dan kembali beraktifitas normal. Karena pada dasarnya manusia bisa hidup dengan satu ginjal kok.

Sumber.

https://www.alodokter.com/transplant...-anda-ketahui
https://www.alodokter.com/cuci-darah...-anda-ketahui




Diubah oleh Fery.W 15-01-2020 06:19
anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.3K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.