Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Dijepit The Fed dan Ancaman Resesi, Rupiah Tak Bergigi
Dijepit The Fed dan Ancaman Resesi, Rupiah Tak Bergigi

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga lesu di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (20/2/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar rate/Jisdor berada di Rp 13. Rupiah melemah % dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Di perdagangan pasar spot, rupiah juga masih terjebak di zona merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.730 di mana rupiah melemah 0,37%.


Kala pembukaan pasar, rupiah juga melemah tetapi masih 0,07%. Seiring perjalanan, depresiasi rupiah semakin dalam dan dolar AS berhasil menembus level Rp 13.700.

Rupiah tidak perlu berkecil hati karena mayoritas mata uang utama Asia bernasib serupa, tidak berdaya di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya yen Jepang yang mampu menguat, pertanda pasar sedang diliputi kegundahan.

Gara-gara The Fed, Dolar AS Perkasa
Dolar AS memang sedang sulit ditaklukkan. Tidak hanya di Asia, mata uang Negeri Adidaya juga digdaya di level global.

Pada pukul 09:22 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,07%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat 2,16% dan secara year-to-date penguatannya mencapai 3,37%.

Hari ini, kekuatan dolar AS datang dari rilis notula rapat (minutes of meeting) bank sentral The Federal Reserves/The Fed edisi Januari 2020. Dalam rapat tersebut, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,5-1,75%.

Pelaku pasar mencoba mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Sepertinya, Federal Funds Rate tidak akan berubah dalam waktu dekat.

"Peserta rapat secara umum melihat aktivitas ekonomi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini masih cukup layak untuk beberapa waktu ke depan," sebut notula itu.

Oleh karena itu, kemungkinan besar suku bunga acuan tidak akan turun dalam rapat The Fed bulan depan. Mengutip CMEFedwatch, probabilitas Federal Funds Rate ditahan pada rapat 18 Maret 2020 mencapai 90%.

Tanpa penurunan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS masih menguntungkan. Ini membuat dolar AS tetap menjadi pilihan investor.

"Bagaimana pun, AS ibarat baju yang tidak terlalu kotor atau rumah yang masih lumayan bagus di lingkungan kumuh. Untuk dijadikan destinasi investasi, AS masih lumayan," papar Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone yang berbasis di Melbourne, seperti diberitakan Reuters.

Corona dan Resesi Bikin Ngeri
Meski berjaya di Asia, dolar AS belum mampu menundukkan yen. Mata uang Negeri Matahari Terbit adalah aset aman (safe haven) yang merupakan primadona kala pasar dilanda ketidakpastian.

Ya, sejatinya ketidakpastian masih sangat tinggi karena penyebaran virus Coorna yang kian masif. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:13 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.674. Korban jiwa sudah lebih dari 2.000 orang, tepatnya 2.126.

Aktivitas ekonomi lesu gara-gara virus Corona, terutama di China. Berbagai kalangan mulai mengingatkan soal risiko gelombang Pemutusan Hubungan (PHK) di Negeri Panda.


"Pasar tenaga kerja masih oke pada kuartal I ini. Namun jika penyebaran virus tidak bisa teratasi sampai akhir Maret, maka mungkin kita akan melihat gelombang PHK. Kami memperkirakan akan ada 4,5 juta pekerjaan yang hilang," tegas Dan Wang, Analis Economist Intelligence Unit, seperti diberitakan Reuters.

China adalah perekonomian terbesar kedua dunia yang memegang peran penting dalam rantai pasok global. Riset DBS menyebutkan China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Oleh karena itu, perlambatan ekonomi di China pasti akan mempengaruhi perekonomian dunia. Bahkan sejumlah negara sudah mulai mendekati jurang resesi seperti Singapura.

Risiko resesi yang meninggi membuat pelaku pasar enggan bermain agresif. Sikap investor yang bermain aman membuat yen mampu menjadi satu-satunya mata uang Asia yang mampu menguat.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...-tak-bergigi/1
sebelahblog
4iinch
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.4K
9
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.