Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

djalanloeroesAvatar border
TS
djalanloeroes
Cerita Mantan NII: Banyak yang Hamil di Luar Nikah. Kok Mirip ISIS?
Cerita Mantan Anggota NII : Banyak yang Hamil di Luar Nikah Hingga Setor Rp 14 M per Bulan
Rabu, 19 Desember 2018 15:02

Cerita Mantan NII: Banyak yang Hamil di Luar Nikah. Kok Mirip ISIS?


TribunSolo.com/Agil Tri



Ken Setiawan, mantan anggota NII sekaligus ketua NII Crisis Center saat wawancara dengan wartawan di hotel best western solobaru, selasa (18/12/2018) 


TRIBUNJATENG.COM - Gerakan dari kelompok Negara Islam Indonesia ( NII ) sempat ramai perbincangkan.
Bahkan, kelompok yang mengatasnamakan dirinya anggota NII saat itu cukup aktif merekrut warga agar bergabung bersama mereka.
Tak hanya itu, warga yang sudah bergabung menjadi anggota NII akan didokrin dan dicuci otaknya oleh mereka.
Mantan anggota NII, Ken Setiawan menceritakan kisahnya ketika ia masih bergabung menjadi bagian anggota NII.
Melansir Wikipedia, Negara Islam Indonesia atau disingkap NII juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia.
Ini dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim radikal, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Ken Setiawan menuturkan, ia masuk menjadi angggota NII pada awal tahun 2000.
Saat itu, Ken datang ke Jakarta untuk mengikuti lomba, namun ia tidak ikut lomba sebab bertemu seorang temannya dan dipengaruhi untuk masuk menjadi anggota NII.
"Awal tahun 2000 saya ke Jakarta untuk ikut lomba silat, disitu saya ketemu teman saya yang sudah masuk NII, kita ngobrol dan akhirnya saya membatalkan lomba karate untuk ikut NII," kata Ken dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Solo.
Cerita Mantan NII: Banyak yang Hamil di Luar Nikah. Kok Mirip ISIS?
Ken Setiawan saat diberikan kenang-kenang oleh Kasubdit 3 Baintelkam Mabes Polri, Kombes Pol Yosep Sriyono Joko, usai memberi materi seminar di Best Western Solo Baru, Sukoharjo, Selasa (18/12/2018) (TRIBUNSOLO.COM/AGIL TRI) 

Setelah itu Ken menjabat sebagai perekrut anggota baru, dengan sasaran utama anak muda yang mudah di konspirasi.
"Kita serang sisi psikologinya, jadi metodenya berbeda-beda kepada setiap orang," ungkap Ken
Modus perekrutan yang dilakunya dengan menggunakan hukum Islam, yang ia korelasikan dengan realita bangsa Indonesia, sehingga seseorang berfikir jika Indonesia bukan negara yang ideal.
"Contohnya seperti ini, hukum Islam minuman keras itu halal atau tidak, kalau tidak mengapa di Indonesia masih menjual minuman keras, itu contoh sederhananya untuk membuat negara kita seolah-olah tidak ideal," terangnya.
Menurutnya, dengan pola pikir kaum milenial yang masih labil, dengan logika-logika seperti demikian, anak muda menjadi sasaran empuk untuk dicuci otaknya.
Lebih lanjut ia mengatakan, perekrutan dilakukan tidak hanya di lingkungan masjid.
Perekrutan juga dilakukan ditempat umum, seperti tempat makan, cafe, mall, dan sebagainya.
Menurut Ken, ada perbedaan yang cukup mencolok dari orang-orang yang sudah masuk NII.
Ia menjelaskan, ciri-ciri orang yang sudah masuk anggota NII akan adanya perubahan perilaku seperti sering meminta uang kepada orang tuanya, menjual benda berharganya, membohongi orang tuanya supaya mendapat uang, pulang malam karena harus mengikuti bimbingan dari NII, dan susah dihubungi.
"Kalau kalangan mahasiswa paling sering bilang ke orang tuanya leptopnya ilang, menabrakan mobil atau motor temannya, lalu utangnya banyak kareng sering pinjam uang," kata Ken.
Ken menjelaskan, untuk mengubah ideologi bangsa ini membutuhkan banyak uang, yang mana setiap tingkatan akan mensetorkan sejumlah uang ke 'Ibu Kota'.
Ibu kota yang dimaksud bukanlah ibu kota Republik Indonesia di Jakarta, melainkan Ibu Kota NII di Indramayu, Jawa Barat.
"Kalau saya dulu, setiap bulan harus setor sebesar Rp 14 Millyar ke Ibu Kota, jadi untuk bisa target uang segitu kami menghalalkan harta orang kafir," terang Ken.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ken mulai melihat kejanggalan-kejanggalan yang ada di dalam NII.
"NII kan mengkafirkan orang di luar anggota mereka, jadi banyak orang yang hamil di luar nikah atau menikah tanpa mendapat restu orang tuanya," terang Ken.
Menurutnya, anggota NII dilarang bertanya, sebab tugasnya hanya menuruti perintah atasan dan menjalankan perintah itu.
Sampai akhirnya Ken bertemu temannya yang juga mantan anggota NII.
Mereka pun mulai bertukar pikiran yang membuat pikiran Ken terbuka pada tahun 2003.
"Di dalam NII kita tidak boleh bertanya, apapun perintahnya kita tinggal melakukan saja, dan kita juga gak boleh bertanya kepada orang luar, saat saya sharing dengan beberapa ustadz mengenai pemikiran-pemikiran, saya sadar jika saya salah," terang Ken.
Saat ini Ken sibuk sebagai Ketua NII Crisis Center, yang bergerak dibidang rehabilitasi dan pendampingan mantan korban NII dan paham radikal lainnya.
"Kita memberikan pendampingan, karena korban ini biasanya stres, depresi, gila, bahkan jadi atheis."
"Oleh karena itu kami berusaha membuka pikiran masyarakat untuk kembali menerima korban, dan kami berikan kajian-kajian sesuai syariat Islam," kata Ken.
Dalam seminta Amir Institute bersama Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggelar seminar dengan mengangkat tema 'Pemilu Damai Tanpa Hoax dan Radikalisme' di Hotel Best Western, Selasa (18/12/2018) Ken mengatakan hoax dan radikalisme adalah satu paket.
"Saat saya memprospek anggota NII baru, kebohongan itu halal karena itu sebuah strategi."
"Kita harus kritis, biarpun mereka membawa sesuatu yang berbau agama dan kitab suci kita harus memkritisi dan mempelajari terlebih dahulu," kata Ken.
"Kini banyak kelompok yang berkedok nasionalisme, mereka seolah pro terhadap Pancasila, padahal mereka ingin menggulingkan Pancasila, ini yang harus diwaspadai," imbuhnya.
Ken Setiawan juga mengaku masih sering mendapatkan tawaran dari kelompok radikal.
Ken menjelaskan, pecahan NII menjadi beberapa kelompok seperti Persatuan Al-Haq, Al Quran Suci, Islam Syhadad, Sholawah Islamiyah, Khilafatul Muslimin, dan masih ada beberapa lagi.
"Saya masih sering diajak bergabung dengan mereka, menawarkan konsep baru, tentu saja saya menolak, jangan sampai keluar dari mulut macan masuk mulut buaya," kata Ken.
Menurut Ken, khilafah atau Negara Islam itu bukan untuk diperjuangkan, tapi bonus ketika seseorang sudah melaksanakan hukum Islam.
"Artinya hukum Islam itu enggak usah mikirin negara, tapi dimulai dari diri sendiri, khilafah islam itu bukan harus mencuri tapi bagaimana kita hidup bersih dan taat peraturan, budaya-budaya ketimuran jika kita lakukan itu sudah bagian syariat Islam dan khilafah Islam menurut saya."
"Jika kita kenalkan kepada keluarga kecil kita, lingkungan kita, dan diaplikasikan oleh unsur negara itulah khilafah Islam negara kita," paparnya
Menurut Ken, radikalisme muncul dari ideologi yang anti Pancasila, pemicunya bisa saja ketidakadilan dan kemiskinan.
"Mereka tidak setuju dengan sumber hukum yang tidak dari Allah, mereka beranggapan Pancasila itu berhala, jadi pada dasarnya mereka menolak Pancasila dengan dalih ketidakadilan atau kemiskinan," lanjutnya.
Ken memperkirakan aksi terorisme, akan masih ada, karena bagi mereka teror merupakan wujud menakuti lawan dan wujud eksistensi.
"Sekarang trennya menyasar kaum milenial, karena mereka pasar yang potensial. Tidak perlu mereka pake jilbab, rambut disemir aja enggak apa-apa asalkan mereka bisa menyampaikan pesan-pesannya dan merekrut calon anggota baru," terang Ken.
Media sosial dan internet juga dipilih sebagai sarana menyampaikan pesan, dengan pesan-pesan yang logis karena kaum milenial pola pikirnya seperti demikian.
Ken pun menyarankan masyarakat harus kritis dan waspada, tapi kewaspadaan tersebut jangan sampai menjadikan masyarakat lantas fobia.
"Kita harus belajar untuk memagari diri kita agar kita tidak mudah disusupi ideologi-ideologi intoleransi," ungkap Ken.
"Kita harus lawan bersama, karena mereka menganggap kita sebagai musuh mereka, tentu saja dengan cara-cara yag benar," terang Ken.
Ken berharap pemerintah sering melakukan tindakan preventif untuk membatasi ruang gerak mereka, dan menanamkan kepada masyarakat tentang bahaya ideologi dengan paham intoleransi.
"Hal itu seperti narkoba, jika sudah terjerumus akan susah keluarnya, dan membutuhkan rehabilitasi dengan waktu yang cukup lama, sangat berbahaya," tutup Ken. (*)


Editor: muslimah



***



Berita di atas membuktikan bahwa agama sering disalahgunakan untuk

kepentingan-kepentingan tertentu yang tak jarang sangat jauh, bahkan

bertentangan dengan misi luhur agama. Kepentingan-kepentingan itu

membentang dari takhta, harta, hingga wanita.


Karena itu, kita, apalagi generasi era kini yang sudah mengenyam

pendidikan dengan baik, seharusnya selalu mengedepankan sikap kritis

terhadap mereka yang selalu membawa-bawa nama agama. Pertanyaan,

"Apakah benar mereka sedang memperjuangkan agama atau menjual agama,

menjadikan agama sebagai kendaraan atau komditas belaka, harus selalu

kita kedepankan.


Anehnya, yang terjadi kini justru sebaliknya. Lihatlah, orang-orang

Indonesia yang bergabung dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)

adalah orang-orang yang terdidik. Mereka yang tidak bergabung, tapi

mendukung secara diam-diam, karena takut ditangkap aparat keamanan,

juga kebanyakan orang-orang yang telah mendapat pendidikan dengan

memadai.


Betapa pun brutalnya ISIS, barbar, dan mesum, yang berarti sangat jauh

dari nilai-nilai agama, tak bisa membuka mata mereka untuk melihat

kebenaran yang sesungguhnya. Mata mereka telah terbutakan oleh

fanatisme agama yang sempit, sesempit-sempitnya.


Mereka tak pernah mau melihat fakta bahwa apa yang dilakukan ISIS

hanyalah perulangan sejarah dari perilaku jahiliyah ala bangsa Arab

pra-Islam. Kalau dahulu bangsa Arab jahiliyah berperang untuk

memperebutkan sumber ekonomi berupa padang rumput untuk menggembalakan

ternak, kini sumber ekonomi itu berupa ladang minyak yang banyak

terdapat di Timur Tengah. Dan Islam hadir justru untuk menghapuskan tradisi jahiliyah tersebut.


Entah kebetulan atau tidak, apa yang diperbuat ISIS dan NII (Negara

Islam Indonesia) yang sampai kini ditengarai masih melakukan gerakan

di bawah tanah, terhadap wanita, kok ada kemiripan? Jelas, apa yang

dilakukan dua kelompok ini terhadap wanita, sangat bertentangan dengan

ajaran dan nilai-nilai Islam yang sejatinya sangat menghargai harkat

dan martabat wanita.


Dalam kasus yang berbeda, namun hakikatnya sama adalah para politikus

yang juga sering menjadikan agama sebagai komoditas politik. Mereka

menjadikan agama hanya untuk menarik massa pemilih ketika pilkada atau

pemilu berlangsung.


Mereka pidato dengan jargon-jargon agama, berpakaian dan berpenampilan

sangat agamis, namun setelah berkuasa melakukan korupsi tanpa merasa

berdosa sedikit pun. Padahal, korupsi adalah musuh agama dan sangat

dikutuk agama, semua agama.


Karena itu, marilah kita selalu kritis terhadap kelompok "pengasong"

agama. Agama apa pun dapat dibajak untuk kepentingan non-agama, bahkan

yang bertentangan dengan agama. Padahal, sejatinya semua agama

mengajarkan kebaikan dan kasih sayang. Maka, sikap kritis ini harus

dijaga oleh semua penganut agama, apa pun agamanya!


Mari berdiskusi dengan beradab dan fokus pada persoalan.



Sumber 1

Sumber 2












Diubah oleh djalanloeroes 16-02-2020 07:09
cor7
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 19 lainnya memberi reputasi
20
5.2K
46
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.