Diawali dengan kesadaran masalah sampah di Kota Denpasar yang bukan menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Berangkat dari sana Sanggar Jepun Putih terus terdorong untuk melakukan promosi yang baik sehingga mampu menciptakan ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. Belum lama ini Sanggar Jepun Putih menggarap sebuah karya seni yang tentunya secara langsung ikut serta dalam membahas permasalahan di Kota Denpasar.

Menjelang hari ulang tahun ke 227 Kota Denpasar, Sanggar Jepun Putih menggelar pameran lukisan di parkiran Museum Bali, uniknya lukisan

yang dipamerkan dibuat menggunakan bahan sampah plastik. Pameran ini menjadi suatu pertunjukan yang timbul dari kreatifitas masyarakat

untuk ikut berperan serta dalam mengatasi permasalahan-permasalahan perkotaan.



Wayan Adnyana, pembina Sanggar Jepun Putih‎, mengungkapkan untuk menghasilkan satu karya lukis tersebut membutuhkan waktu 6 bulan, karena tidak menggunakan cat air. Dia menerangkan satu karya menghabiskan bahan baku sampah plastik mencapai 30 kilogram.

Karena berbahan dasar sampah plastik bekas, satu karya lukis memiliki bobot mencapai‎ 10-15 kg. Dia menegaskan seluruh bahan baku tersebut diperoleh dari memungut sampah masyarakat‎ seperti botol bekas, dan plastik kemasan, tanpa mengandalkan bank sampah.

Pameran ini seakan menjadi pesan edukasi kepada masyarakat serta anak-anak agar tidak membuang sampah dan memanfaatkan sampah agar lingkungan bersih. Wali Kota Denpasar, menegaskan peran serta sanggar seni dan anak-anak dalam memanfaatkan sampah bekas sangat membantu program pemerintah.

Pasalnya, selain menjadikan ekonomi kreatif, lukisan tersebut membuktikan sampah dapat dimanfaatkan sebagai karya seni. Bis diolah menjadi apa lagi nih kira-kira sampah plastik?

Sumber