• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Kebiasaan Suka Pamer Apakah Ada di Diri Kita? Coba Simak 10 Tanda Berikut

onee643Avatar border
TS
onee643
Kebiasaan Suka Pamer Apakah Ada di Diri Kita? Coba Simak 10 Tanda Berikut
Zaman sekarang sosial media banyak banget, seperti jamur, bahkan seperti buih di lautan. Saya percaya banyak pembaca juga mempunyai beragam sosial media. Ada satu, dari beberapa banyak fenomena yang mungkin membuat sedikit gerah dominan dari kita. Pamer, dan gak sedikit akun di luar sana yang melakukannya. Seperti sudah jadi kebiasaan. Hanya saja pertanyaan jadi muncul, kita termasuk salah satu dari mereka atau tidak ya?

Karena orang bersosial media itu mempunyai sejuta tujuan. Ada yang memang hanya ingin berbagi, bercerita, meluncurkan verbal sesuai mood, bahkan ada yang menganggapnya sebagai "sarana meningkatkan strata sosial", menebar kebaikan, berbagi tips dan trik, notabene bisa kita bagi dalam 2 konotasi yaitu positif dan negatif, produktif dan wasting time.


Enggak hanya dilakukan manusia tapi kuda juga ada yang melakukannya, sumber gambar pinterest.com

Tidak hanya di dalam sosial media, bahkan ada juga yang merasakannya di kehidupan nyata, ada personal tertentu yang memang dia suka memamerkan beberapa hal, baik barang maupun yang lain, dimana perilaku ini membuat gerah sebagian orang, cukup mengganggu sedikit tapi santuy bagi sebagian orang lain. Urusan dia lah, yang penting gue kagak gitu.

Permasalahan akan timbul ketika pertanyaan "benarkah gue selama ini enggak pamer", atau pertanyaan lain seperti, apa temen-temen gue pernah merasa gue pamer ya?

Sebenarnya nggak usah risau, karena biasanya pamer itu identik dengan brag, alias membual, dimana perilaku ini seringkali membesar-besarkan sesuatu yang memang dia tidak memilikinya, namun mengkomunikasikan lingkup sosial sekitar bahwa kita memilikinya. Meski sebagian kondisi kecil, memang kita benar-benar memilikinya, tapi bener-bener ingin lingkup sosial kita mengetahui bahwa hak kepemilikan kita atas sesuatu mereka harus tahu.

Cuman sebagai wacana intropeksi aja, siapa tahu kemarin-kemarin kita pernah nggak sengaja show off, penulis barat yang mempunyai akun bernama Princesswithapen sempat menulis ulasan cukup menarik di Pairedlife, dimana beberapa poin tersebut bisa menjadi pemacu kita untuk berkaca diri, siapa tahu kemarin-kemarin atau saat ini kita sedang melakukan show off tidak sengaja.

Mengalihkan banyak pembicaraan ke diri kita sendiri
Misalkan kita sedang ada pembicaraan dengan seorang kawan atau sahabat, kemudian dia menceritakan tentang dirinya, atau kepemilikan baru atau suatu barang tertentu. Katakanlah dia memiliki mobil baru. Secara normal, mungkin kebanyakan orang akan kepo, kemudian menunggu penjelasan lebih lanjut dari seorang teman untuk menceritakan segala sesuatu tentang mobil barunya tersebut.


Saatnya bibir kita kendalikan, sumber gambar sellinginteriordesign.com

Jika kita dalam kondisi demikian malah melakukan tendensi atau mengalihkan pembicaraan agar fokus ke kita, atau pada momen tersebut kita malah melakukan brag mobil yang kita miliki, fitur-fiturnya, kelebihan dan ada bumbu-bumbu berlebih, ada kemungkinan kita secara tidak sengaja atau naluri membawa ke perilaku show off.

Tidak semua pembicaraan harus tentang kita. Di sini sebenarnya ada efek negatif dalam jangka panjang. Ketika kita sering melakukan pembicaraan dengan kawan, lalu dominan dari pembicaraan tersebut kita tendensikan untuk fokus ke kita, lalu momen tersebut hanya membicarakan tentang kita atau dominan kehidupan yang kita miliki, bisa jadi muncul rasa enggan pada kawan ketika pada momen lain kedepannya bertemu kita.

Mengerjakan sesuatu yang tidak kita suka, hanya berdasarkan pekerjaan itu keren
Membeli tablet terbaru karena beberapa teman memang memilikinya padahal kita enggak butuh banget dan handphone saat ini benar-benar sudah bagus. Membeli PS4 karena teman-teman rata-rata mempunyai PS3, padahal kita enggak terlalu suka main video game, sukanya kita main di handphone atau perangkat PC.

Membeli subwoofer audio mobil terbaru dan perangkat double din layar touch di dashboard mobil yang cukup canggih, padahal double din dan subwoofer kita yang kemarin masih cukup mempunyai performa bagus, tapi hanya ingin temen-temen klub mobil mengetahui kita mempunyai perangkat yang newest version.

Membeli skateboard terbaru dengan corak bagus, padahal selama ini kita main inline skate, nggak begitu menyukai skateboard, hanya karena temen-temen pada suka skateboard.


Kalau waktu kita terpakai terhadap kegiatan yang kita sukai bahkan ada manfaat ya cukup worth ya, sumber gambar vice.com

Mempelajari dan ambil bagian dalam kegiatan paralayang, olahraga ekstrim notabene naik parasut, ketinggian lumayan, biaya banyak, jauh dari pusat perkotaan posisinya, padahal kita sebenarnya nggak suka, hobi kita itu main bola, berenang, jogging dan ngegame, tapi kelihatannya paralayang adalah salah satu cabang olahraga yang bisa dianggap keren, meskipun bakal menguras banyak uang dalam saku. Bisa jadi bahan sharing di sosial media.

Kelihatannya kita harus berhenti melakukan demikian jika ada perilaku seperti itu. Apalagi jika merasa keren hanya karena beberapa orang melakukannya, tapi menjadi masalah sebetulnya jika kita tidak menyukai apa yang kita lakukan tersebut, dan disisi lain ada biaya-biaya yang muncul, ataupun resiko lain. Lagian kita sadar diri aja orang itu perbuatan yang tidak kita suka ngapain dipaksakan. Iya kan?

Pada kebanyakan sosial media yang kita miliki, didominasi dengan "brag" alias bualan
Kalau hampir secara konstan di setiap status, upload gambar dan video, bahkan saat menjelaskan profil akun dipenuhin atau dibumbui dengan bualan yang agak berlebihan, pencapaian sesuatu yang kita anggap prestasi, padahal di antara dua hal, pencapaian tersebut antara sesuatu yang penting mau pun gak penting, tapi didominasi dengan sesuatu yang nggak penting, bisa jadi kita salah satu dari mereka mereka tersebut. Enggak hanya verbal tapi bisa aja foto-foto berlebihan yang menjurus kepada narsistik over.


Kasihan temennya nggak dikasih kesempatan ngomong, sumber gambar mnn.com

Karena kita menyadari, tujuan awal dari berkecimpungnya kita di sosial media adalah have fun antara teman dan kolega, bertegur sapa, saling berbagi, bertemu orang-orang baru, mencari wacana maupun momentum baru, melemparkan nasehat, monitoring kabar teman-teman yang lain, sharing momentum menyenangkan ataupun sebaliknya. Seperti peribahasa lah, bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Suka melakukan brag pada pembelian terakhir yang kita lakukan
Memang menyenangkan, ketika kita bisa membeli suatu barang kemudian membagikan moment menyenangkan tersebut ke sosial media, karena pada dasarnya kita senang mendapatkan barang yang kita inginkan dan hanya ingin berbagi kesenangan, kemudian mungkin berlanjut pembicaraan barang tertentu tersebut dengan kawan maupun keluarga dan kolega.


Kita akui, membeli barang tertentu ada kesenangan tersendiri, sumber gambar asaransom.com

Tapi jika ini terlalu sering, constantly, pada setiap barang yang kita beli, apalagi dibumbui kata-kata yang agak membual, sepertinya perilaku ini selain akan mengganggu kawan-kawan kita yang lain di sosial media, bisa jadi muncul sematan show off pada kita oleh mereka. Beli mobil baru, audio baru, besok-besok tas kulit mahal, kemudian cincin dengan batu dari Singapura, coklat bermerek ala Belanda, gitu melulu, bisa-bisa jadi kebiasaan, nantinya membawa kita ke perilaku show off. Apalagi kalau ada bualan di dalamnya.

Secara konstan menginginkan compliment alias pujian dari pihak lain
Baik ketika bertemu di dunia nyata bersama teman maupun kolega, atau di dunia maya berupa sosial media, secara constantly, dalam hati si pelaku terbesit haus akan pujian orang lain. Senang menjadi pusat perhatian berlebihan, dari hari ke hari, bisa jadi akan membawa dia ke keinginan untuk show off. Karena keterbutuhan untuk menjadi pusat perhatian dan pujian dalam kesehariannya, bisa membawa dia untuk cenderung melakukan brag atau bualan.


Pujian orang itu sepanjang lidahnya doang, kita nggak bisa hidup dengan pujian aja, sumber gambar gq.com

Semua orang termasuk saya memang mempunyai kebutuhan tersendiri untuk dihargai. Tapi jika ego kita sudah bermain di dalamnya, atau bahkan kehausan untuk dihargai mengalami peningkatan level over sehingga kita malah menginginkan pujian mengalir, dan merasa sedih jika tidak ada pujian yang didapat, takutnya ini adalah salah satu indikasi bahwa kita mempunyai naluri untuk terbiasa pamer.

Memandang rendah person lain yang tidak memiliki barang seperti yang kita miliki
Pernah enggak memandang rendah seseorang yang tidak memiliki barang seperti kita? Atau mungkin pada person barang-barangnya mempunyai level di bawah kita? Hati-hati karena sifat ini bener-bener "mengganggu". Kalau kode etik sosial seperti kita merendahkan dan menghinakan secara tidak langsung orang lain.

Di titik ini kita harus sadar bahwa kita harus menghargai orang lain, respect istilahnya. Rezeki orang kan berbeda-beda, tidak sama. Lagian kalau sifat meredakan seperti ini hadir di dalam diri, kita harus segera instropeksi, karena selain merendahkan orang lain, menganggap diri kita high, rasa-rasanya bukan pamer lagi tapi sombong, dan sifat negatif ini secara kode etik sosial maupun dalam kacamata religi benar-benar tidak baik dan harus dibuang jauh-jauh.

Seringkali suka bicara sampai teman kita menyuruh kita berhenti
Orang yang suka membual tentang dirinya sendiri, cenderung bangga, dan terbuai dengan verbalnya saat menyebarkan kebanggaannya tersebut, ada beberapa titik mereka kehilangan fokus karena konsentrasi sama bualannya, bahkan pada level tertentu mereka mulai cuek secara tidak sadar dengan sekitar, entah omongan gue dipedulikan atau enggak, gue kagak peduli, yang penting bragging dulu ach....


Pernah diginiin sama temen nggak? Sumber gambar cio.com

Saking asyiknya lagi membual, akhirnya temen closing pembicaraan dengan dia. Sering gak kejadian seperti itu? Atau pernah? Ada kemungkinan kalau pernah kejadian, kita bisa saja salah satu dari orang-orang yang masuk dalam topik artikel kali ini.

Suka memamerkan barang yang insignificant alias tidak penting
Sebenarnya jika ada sesekali momentum yang ingin dibagikan, seperti yang sudah pernah dikatakan di atas, sharing hanya karena dia merasa senang atas pembelian sesuatu, jika hanya satu atau dua kali mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana jika selalu?

Dimana didominasi dengan barang-barang yang tidak penting. Tiket nonton bioskop, mempunyai jeans baru dari merek terkenal, tas branded Louis Vuitton, sepatu asli Adidas, original branded Planet Surf dan Three Second, sepatu kets biasa, kaos polo.


Bisa-bisa kita tahu setiap barang yang dia punya, sumber gambar pazarlamasyon.com

Segala bahan yang bisa dikomunikasikan ke publik dikomunikasikan semua termasuk barang-barang yang tidak penting. Hampir hampir semua sisi detail dalam kehidupan, temen-temen kita ini mempunyai kesukaan dan kebanggaan tersendiri ketika sisi-sisi detail tersebut diketahui khalayak banyak, terkadang dibumbui dengan verbal yang hampir menyentuh langit, atau sekedar plafon atas rumah.

Suka memamerkan pasangan baru, boyfriend atau girlfriend
Gimana pun cantik atau gantengnya pasangan kita, dia bukan seonggok trophy yang harus dipamerkan kesana kemari, meskipun saya secara pribadi mengakui bahwa mempunyai pasangan yang demikian rupawan merupakan hasil prestasi.

Kalau berlebihan, sampai-sampai di ajak kesana kemari, ke acara yang bahkan kita tidak diundang sebelumnya tapi tiba-tiba datang, hanya ingin menunjukkan pasangan kita tersebut, saya kira ini sebagai suatu bentuk insecure, keinginan untuk mendapat pengakuan. Udahlah, jodoh di tangan Tuhan. Just stay cool. Meraih sesuatu lebih mudah daripada mempertahankan.

Merasa sangat terhina bila orang lain pamer sesuatu
Kalau ada teman yang sedang memamerkan sepatu barunya, sedangkan di lain pihak sahabat kita sendiri ada yang membual banyak tentang Honda Jazz yang baru dibeli, kemudian teman curhat kita asyik bercerita banyak tentang dompet Gucci yang kemarin baru saja dia beli, sikap apa yang kamu lakukan?

Santuy? Merasa mereka lucu dan bisa di bikin lelucon? Ketawa sendiri di dalam hati? Nggak merasa apapun yang mengganggu, biasa saja dan masuk telinga kanan keluar telinga kiri? Atau malah Anda sangat tertekan karena tidak memiliki barang yang seperti mereka miliki?


Sedih karena teman memiliki sesuatu, bisa jadi iri, nanti malah bisa berkembang menjadi dengki, hati-hati ya, sumber gambar getpocket.com

Pada kondisi yang terakhir, coba intropeksi, ada kemungkinan kita tersemat naluri show off.

Gimana gimana inti yang bisa kita ambil identik seperti peribahasa, seringkali sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jadi apa adanya aja enak. Ada lagi peribahasa di seberang sana, bergaya sesuai ketebalan dompet. Meski kita sama-sama tahu, kalau dalam ilmu fisika, makin banyak gaya, makin besar usaha yang harus dikeluarkan. Hidup dinikmatin aja. Ada orang brag juga santuy saja. Toh bualannya tidak mengganggu kehidupan kita.

Kalaupun memang kita pernah melakukan perilaku yang notabene mirip dengan beberapa poin di atas, atau sedang melakukannya sekarang, seyogyanya kita instropeksi. Karena di manapun dan sesiapa pun orang, hidup pasti mencari tenang dan tentram. Orang ingin dihargai sama seperti kita yang ingin dihargai pula.

Jadi ya kita apa adanya saja, dan tidak berlebihan mengkomunikasikan keunggulan kita dalam sesuatu secara over. Siapa tahu jika kita tetap kekeh berperilaku seperti beberapa poin di atas, ada pihak-pihak yang terganggu. Imbasnya juga kembali lagi ke diri kita sendiri.

Saya? Pernah melakukan seperti yang di atas, meski dominan memang kepemilikan suatu barang yang memang saya mempunyainya. Tapi imbas negatif yang saya dapat, seperti beberapa teman yang mulai menjaga jarak. Nah, karena itu saya tidak ingin beberapa teman pembaca mengalami hal negatif yang pernah saya rasakan dulu. Itu semua sebelum saya sadar bahwa every people has their own value. Hanya ada dua hal di dunia ini, be bad or be good.



Semoga bermanfaat ya, dan harapan saya poin-poin diatas bisa menjadi ajang instropeksi. Jangan sampai pengalaman buruk yang pernah saya alami bisa dirasakan teman-teman.

See you!




Furqon643



Sumber
Di sini.
anasabila
milktoasthoney
sebelahblog
sebelahblog dan 17 lainnya memberi reputasi
16
8.6K
205
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.