An,
Waktu itu, pagi buta. Kita berdua melewati lapangan yang tidak terlalu luas. Dingin. Hingga embun merembes ke sepatuku yang berbahan kain. Aku meringis melihatnya. Bukan karena apa-apa. Tapi, kalau ashtma-ku kumat bagaimana?

An, kamu memang yang paling peka. Kamu menarikku ke dalam pelukanmu, hanya untuk menenangkan. Kita hanya sepasang anak-anak yang kebetulan berangkat sekolah lewat lapangan yang berpusat di tengah-tengah sawah. Tidak ada niat menyepi, memadu cinta, atau sejenisnya. Soal ini, An, pasti kamu ingat. Ada seorang Petani yang mengira kita adik-kakak. Sehingga curiga saja tidak.

An,
Aku berakhir dalam gendonganmu. Sepasang sepatuku basah dan aku menggigil hebat. Beda denganmu yang bertubuh kekar dan tidak pernah sakit-sakitan. Sebab itulah, aku memilihmu sebagai malaikatku. Jadi, kumohon, tetap di sini. Jangan pergi.

Yang ini, kamu pasti ingat.
Jam pelajaran ke dua. Entah kenapa semua orang menangis. Aku bingung. Terlebih kamu, bolak-balik melirik ke arahku. Memang, aku dalam pendidikan akademik, nol besar. Tapi kenapa menangkap huru-hara seperti ini saja tidak bisa?

Setelahnya, kamu mendekat dan berdiri di depan sehingga mata kita bisa berserobok. Senyum menyedihkan itu lagi.., kenapa kamu menampakkannya?

“Andric Mason teman kalian, harus pindah.”

Pindah?

Pindah ke mana?

Pergi?

Pergi ke tempat lain?

Pergi ke kota lain?

Ke negara lain?

DOR!

Jika kamu bertanya, mungkin seperti itulah rasanya. Kaget, dan tiba-tiba saja tubuhku limbung. Aku berdiri dan sadar, namun jiwaku entah. Ya, kamu bukan orang Indonesia. Kamu akan pergi jauh?

Katakan!

Sekarang ini, aku baru mengerti. Jarak, jarak dan jarak. Satu kata namun sempurna memisahkan kita. Bullshit! Katamu, jarak adalah pemberian terindah sebab kita bisa menganggap satu sama lain baik-baik saja?
Terserah kalau maumu begitu. Faktanya, aku menyembunyikan luka setiap harinya.

An, bisakah kita tidak saling mengenal saja?
Bisakah kamu pergi dan tidak kembali?
Bisakah..,

Andric Mason?
Bisakah?
Bisakah kamu kembali dan jangan pergi?
Aku rindu dan mengharapmu lagi.