Saat ini lagi viral ibu rumah tangga yang membully walikota Surabaya dengan menghina secara frontal, bukan cara kerjanya yang dihina tapi fisik dengan caption yang jelas berupa penghinaan.

Bukan rahasia lagi pengagum Anies Baswedan terasa panas ketika Gubernur Jakarta tersebut banyak melakukan blunder, maka mereka-mereka yang berada di media sosial akan saling serang meluapkan emosinya dengan banyak memberikan celaan pada pejabat publik.

Terlebih bukan rahasia lagi setelah Prabowo kalah dan berada di Istana, tamengnya tinggal sosok Anies yang di usung oleh banyak jamaah yang mengatakan beliau Gubernur Indonesia. Padahal rekam jejak Anies adalah abdi dalem Jokowi ketika periode pertama menjadi juru kampanye untuk Pak De melawan Prabowo yang saat itu gagal total, maka lucu saja bagi saya kalau ada orang yang sangat membela Anies hingga menjelek jelekkan pejabat publik yang lain.



Padahal kalau mau di telusuri lagi hinaan bukan candaan, boleh kok jadi fans tapi harus realistis jangan sampai off side. Lah sampean itu cuma wong cilik, kerjaan ibu rumah tangga bela kalangan politik mbok ya cerdas sedikit karena orang politik itu tak akan menanggapi pembelanya atau juga musuhnya.

Sedangkan Bu Risma berbeda ia bukan orang politik yang punya trik untuk berkuasa, sosok bu Risma berawal dari seorang PNS sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (Bappeko), hingga akhirnya di tahun 2008, ia pun menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.

Disini partai politik besar yaitu PDI Perjuangan melihat celah yang terbuka dimana bu Risma cocok menjadi walikota Surabaya, karena recordnya sesuai dengan karirnya di PNS. Tapi setelah berkuasa ada upaya pemakzulan di DPRD lucunya di ikuti oleh fraksi pengusungnya PDIP, dimana ketua DPRD Wisnu Wardhana selalu berseberangan dengan keputusan Bu Risma dan di akhir cerita terbukti ketua DPRD dengan kendaraan karirnya dari sering berganti banyak partai seperti PKB, Demokrat, PBB hingga Hanura ini ternyata adalah pejabat korup, pantas saja selalu tidak suka dengan kinerja bu Risma.



Entah sudah berapa prestasi yang diraih bu Risma sebagai walikota Surabaya, jari ini tak sanggup mengetik deretan prestasi yang ia raih. Itu membuktikan partai pengusung bu Risma hanya sebagai back up saja. Lalu kenapa bu Risma dihina seperti maaf 'Kodok' oleh Zikria Dzatil.

Salah bu Risma apa? Lalu cukup untuk meminta maaf saja? Memang secara personal bu Risma sudah memaafkan tapi kasus hukum terus berjalan. Setidaknya bu Risma itu berbeda dengan orang yang berkuasa dari ranah politik, karir bu Risma di pinang oleh partai politik jadi menurut saya lebih independent karena proffesionalisme. Ketika ia dihina maka bunda pasti akan marah, karena ia memang ahli tata kota bukan tata kata.

Jadi pesan kuat agar kalau ingin menghina seseorang track recordnya di lihat dulu lalu disandingkan pada diri kita, apa yang sudah kita buat untuk negeri ini di bandingkan orang yang kita ingin hina? Apa kita sudah punya backing power dari penguasa? Kalau tidak sebanding mending diam duduk santai di rumah sambil ngopi, biarkan saja di medsos banyak yang garang tak usah ambil perduli wong kita bela orang politik mereka juga tahu-tahu dekat pada Istana kalau ada kesempatan kok, masa wong cilik pasang badan untuk mereka ealahh dah 2020 cerdas dikit lah gan.







Mending kasih masukkan yang membangun, setidaknya ada kontribusi upaya agar Indonesia lebih baik lagi. Atau sebagai ibu rumah tangga, ya mengurus keperluan rumah tangga itu yang utama dari pada sibuk bermedsos yang tak ada manfaatnya.

Salam lur, saya c4punk see u next thread