Hidup itu pilihan, sejak kecil kita harus sudah memilih buat kelanjutan hidup kita. Misalnya soal pendidikan: mau masuk ke SMP atau SMA mana, mau ngambil jurusan apa di SMA/SMK? Pilih si Jenab atau si Mawar? musik atau olahraga? fakultas ekonomi atau fakultas pendidikan? dan masih banyak lagi.

Semakin dewasa, pilihan yang ada jadi makin rumit dan memiliki resiko yang lebih besar. Namun mau nggak mau, kita tetap harus memilih.

Perkembangan jaman pun turut menghadirkan keadaan di mana kita harus memilih teknologi akan kita gunakan. Misalnya antara android atau iPhone wkwkwk

Pada kenyataannya memilih ponsel pun gak semudah membalikan telapak tangan. Produsen ponsel yang cukup banyak jumlahnya justru membuat bingung. Apalagi jika budget yang dimiliki terbatas.

Yang jadi permasalahan, saat ini ponsel termasuk sebagai barang primer, artinya setiap orang harus punya ponsel. Gimana ya, sekarang apapun bisa dilakukan melalui ponsel. Mulai dari belanja, belajar, bersosialisasi, sampai bekerja.

Maka dari itu, dibutuhkan ponsel yang mampu menunjang banyak aktivitas sekaligus. Sayangnya, semakin “pintar” sebuah ponsel harganya pun semakin mahal.

Kalau boleh lebay, saya merasa memilih ponsel sudah seperti memilih jurusan kuliah. Gak bisa sembarangan dan harus dipikirkan dengan baik lebih dulu. Saat memilih jurusan kuliah, pertimbangan tentang jenjang karir kemudian biaya hidup dan uang pendaftaran cukup menentukan.

Dalam ponsel, kemampuan mengakomodasi kebutuhan yang jadi penentu. Apakah ponselnya bisa digunakan untuk menunjang pekerjaan atau cukup sebagai koleksi saja atau malah dijadikan pemuas ego?

Namun di balik itu semua, kebiasaan kita yang ingin mendapatkan kualitas terbaik dengan harga termurah lah musuh sebenar-benarnya. Seenggaknya itu yang saya selalu saya rasakan saat ingin mengganti ponsel saya sendiri.

Setelah memperhatikan gejolak dunia jual beli ponsel pintar, saya cukup mengerti bahwa harga sebuah ponsel biasanya turun cukup cepat. Apalagi sekarang produsen mulai mengeluarkan ponsel baru dalam kurun waktu tiga bulan sekali.

Istilahnya, baru mau beli sudah ada kabar kalau si A mau ngeluarin ponsel terbaru yang spesifikasinya lebih tinggi dengan harga yang nggak jauh beda. Tapi yang ini juga menarik buat diambil, tapi yang baru nanti menggoda juga.

Terus saja seperti itu sampai akhirnya uang buat beli ponsel justru lenyap buat kebutuhan lain yang tiba-tiba datang. Ujungnya duit hilang, ponsel baru gagal dipinang.

Memang hidup bisa jadi sangat membingungkan, bahkan untuk urusan receh sekelas memilih ponsel baru