Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LordFariesAvatar border
TS
LordFaries
Cadas! Dunia Darurat Corona, Peringkat RI Naik Lagi Jadi BBB+
Cadas! Dunia Darurat Corona, Peringkat RI Naik Lagi Jadi BBB+
Jakarta, CNBC Indonesia - Ruarr biassa, peringkat utang Indonesia naik lagi! Ketika dunia dipusingkan dengan merebaknya virus corona Wuhan, Indonesia justru mendapatkan berkah kenaikan peringkat utang. Kali ini, Japan Credit Rating (JCR) atau Pemeringkat Kredit Jepang menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia menjadi BBB+ dari sebelumnya BBB dengan prospek (outlook) stabil.

Kenaikan peringkat terjadi pada peringkat utang luar negeri jangka panjang denominasi asing, yang artinya dapat disematkan pada obligasi pemerintah yang akan diterbitkan di luar negeri dalam dolar AS atau mata uang negara lain. Peringkat itu juga menjadi cerminan risiko sebuah negara sebagai sasaran untuk berinvestasi di pasar modalnya.

JCR kembali menjadi lembaga pemeringkat global pertama yang lebih dulu tancap gas dalam menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia, dibanding tiga pemeringkat global lain yang lebih populer di dunia yaitu Fitch Ratings, Moody's Investors Service, dan Standard&Poor's (S&P).

Saat ini, Indonesia masih disematkan peringkat BBB oleh Fitch dan S&P, setara dengan peringkat Moody's Baa2.

Sebelumnya, JCR menaikkan peringkat Indonesia ke kelas layak investasi (investment grade) pada Juli 2010, tepatnya menjadi BBB- dari BB+. Level BBB- adalah level peringkat layak investasi terendah, sedangkan peringkat tertinggi ada pada level AAA atau Aaa.

Bu Menkeu, Ini 3 Skenario Bila Pajak Korporasi Dipangkas 2021

Langkah penaikan peringkat pada 2010 itu juga lebih dulu dilakukan dibanding Fitch, Moody's, dan S&P yang baru menaikkan peringkat utang Indonesia masing-masing pada Desember 2011, Januari 2012, dan Mei 2017.

Penaikan peringkat terutama dapat berdampak pada pasar modal terutama pasar obligasi karena pemeringkatan utang mencerminkan risiko kredit yang semakin mengecil dari sebuah negara atau sebuah korporasi, dalam hal ini risiko negara Indonesia dinilai sudah turun lebih rendah lagi daripada sebelumnya.

Dalam pemeringkatannya sore ini (31/1/20), JCR menyatakan bahwa penaikan peringkat disebabkan oleh beberapa faktor utama yang dicermati lembaga pemeringkatan tersebut.

Pertama, faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditopang konsumsi domestiknya, defisit anggaran dan utang swasta yang terbatas, serta tahan bantingnya terhadap guncangan dari eksternal menjadi pertimbangan lembaga pemeringkat itu.

Ketahanan Indonesia terutama dinilai disokong oleh fleksibelnya nilai tukar dan kebijakan moneter dan cadangan devisa valasnya yang cukup.

Kedua, pengembangan infrastruktur sejak periode pertama pemerintahan Joko Widodo pada 2014 dinilai menjadi awalan yang berjalan cukup mantap bagi program serupa ke depannya. JCR meyakini bahwa kondisi politik yang adem dengan terbentuknya koalisi politik semakin menguatkan pemerintah dan reformasi ekonomi akan semakin cepat pada periode kedua Jokowi.

Meskipun perkembangan ekonomi agak melambat karena dampak dari pasar global, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% pada 2019 turut didukung oleh aksi pemangkasan suku bunga beberapa kali oleh bank sentral sepanjang 2019.

Ketiga, defisit neraca berjalan (CAD) yang melebar hingga di atas 2% pada 2019 disebabkan impor barang modal untuk pengembangan infrastruktur. Namun, pemerintahan saat ini yang ingin menerbitkan omnibus law diharapkan dapat meningkatkan investasi asing langsung.

Utang luar negeri swasta memang meningkat dianggap JCR masih tetap aman karena status utang-utang tersebut merupakan utang jangka panjang proyek yang terkait infrastruktur. Utang jangka pendek juga lebih terbatas karena adanya batasan dari bank sentral.

Keempat, kebijakan fiskal yang juga dianggap mantap dengan porsi utang terhadap GDP masih mampu dijaga di bawah 30% meskipun defisit APBN yang melebar menjadi 2,2% pada 2019. Selain itu, perbankan domestik dinilai mampu menjaga kualitasnya, dengan rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio pinjaman tidak lancar (NPL) berada pada level 23,66% dan 2,77% per akhir November 2019.

https://www.cnbcindonesia.com/market...lagi-jadi-bbb-

Stlong emoticon-I Love Indonesia
liee
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.2K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.