shirazy02Avatar border
TS
shirazy02
Berbagi Pengalaman
Adakah di sini yang pernah merasa kesal punya orangtua over protektif?
Kalau ada ... apakah di pikiran kalian, mereka sangat menyebalkan?
Seringkah kalian ribut karena sikap mereka yang membuat tak tenang?
Tak tenang ... dalam artian kisruh, selalu ribut, dan pastinya bikin suasana hati tak tentram. Namun sejatinya, kembali lagi ... tak ada manusia yang luput dari berbagai permasalahan. Lika-liku dalam kehidupan pasti selalu ada, salah satunya ketidakcocokan dengan orangtua. Tinggal bagaimana saja cara kita menyikapi.

Key, aku mau cerita sedikit tentang diri pribadi. Kuharap, kalian bisa ambil sisi positifnya.

Aku tidak lahir dari keluarga broken home. Keluargaku utuh, sayang, dan kami semua rukun. Namun, aku merasa seperti anak broken home, yang kondisi psikisnya terganggu akibat aturan ortu yang berlebihan. Ortuku sebenernya sayang, semua fasilitas untuk anak-anaknya diberikan yang terbaik. Impian mereka, anak-anaknya harus bisa menjadi sukses sepertinya. Tak pelak, masa mudaku selalu bergelut dengan tekanan batin akibat gemblengan orangtua yang terlalu keras. Yes, ortuku dulu begitu menyebalkan. Selalu menyuruh belajar, belajar, dan belajar. Bahkan, di saat teman-teman bisa merasakan manisnya malam Minggu di jamanku SMA, aku hanya bisa meratap dalam kamar. Jangankan untuk keluar rumah, main ke rumah saudara yang hanya lima langkah saja, pulang sudah diomeli tiada henti. Alasannya, bukan waktuku untuk bisa santuy seperti itu. Haaahh?? Gimana nggak kesel coba, apa aku harus disuruh anteng mulu di rumah liat buku sama bersih-bersih? Eh tapi, aku ngerti sih alasan tepatnya apa. Saat itu, sepupu lagi dikunjungin pacarnya ke rumah, dikira aku ngikut nimbrung gitu. Kan, aku dilarang pacaran sama mereka.

Sikap-sikap yang seperti ini menjadikanku sebagai sosok introvert. Jadi, sulit bergaul. Begitu punya teman, ya nyamannya cuma satu itu aja. Kek susah terbuka sama temen yang lain.

Satu hal lagi yang membuatku dulu sering sekali mengeluh. Benar, ortuku selalu memberikan fasilitas terbaik soal pendidikan, tapi soal kepingin ini-itu, mereka tak pernah mau menuruti. Padahal, ortuku tergolong orang mampu, tapi sejak aku SD, aku disuruh menabung sendiri kalo pengen apa-apa. Jadi, di saat semua teman sudah punya mainan yang lagi trend pada saat itu, aku malah harus repot nyisihin uang saku buat pengen beli. Lah, pas uangnya udah cukup buat beli, itu mainan udah gak musim. Sedih amat, kaaaann?
Akhirnya, aku memutuskan untuk membeli barang-barang yang berguna dipake. Contoh : tas, sepatu, dan lain-lain. Ada kebanggaan tersendiri, sih, bisa beli apa-apa pakai duit sendiri.

Intinya, masa mudaku kurang indah, Gaeeesss. Aku menyadari itu. Seperti yang orang kebanyakan bilang, aku kurang senang. Tak ada hari tenang dalam hidup, baik dari dini sampai remaja. Sabtu-Minggu diisi les privat. Bahkan di tanggal merah sekalipun, ortuku berani bayar mahal demi jam les. Nggak ada yang namanya liburan, ataupun sekadar rehat untuk slonjoran seharian. Kadang aku di dalem kamar hanya bisa nangis. Sedih ngerasain, kok begini amat, ya? Akhirnya, aku meluapkan emosiku dalam sebuah tulisan. Semua yang kurasakan, kucurahkan dengan menulis. Lewat itu, rasa kacau perlahan hilang. Yesss, menulis bagiku adalah sebuah therapy diri mempertahankan kadar kewarasan agar nggak semakin oleng. Terbukti hingga kini, saat stress melanda, selalu menulislah obat paling mujarab untuk menstabilkan mood.

Menurut kalian, gemblengan yang begitu ketat apakah menjadikan seseorang itu pintar? Enggak, Gaaeeess! Aku sering tremor, pusing dan mual, gangguan psikosomatis, ujung-ujungnya pergi ke psikiater. Mental benar-benar tertekan, hingga sakitnya lari ke fisik.

Mulai dari situ, ibuku nangis. Bener-bener gak paham mereka dampaknya sampai kesitu. Saudaraku, sih, kuat mental aja. Kembali lagi 'kan, orang itu beda-beda. Sejak saat itu, ortuku sedikit memberi waktu longgar. Aku diizinkan bepergian sama teman tiap Weekend (tapi, masih dikontrol harus jam berapa pulang, dan seriiiing sekali telepon). Masih beruntung, Gaes, saat itu belum ada smartphone. Coba kalau ada, pasti dikit-dikit Video Call. Entahlah, masih gak 'ngeh' sebenernya maksud dari ortu ini apa. Perhatiannya sama aku emang over banget.

Awalnya, aku selalu memandang negatif pada ortu. Aku menganggap keduanya itu egois. Namun, sebuah novel yang pernah kubaca menyadarkanku akan sifat-sifat mulia orangtua yang belum pernah diketahui anaknya. Salah satunya, mereka tak akan pernah membiarkan sisa waktunya terbuang demi memberi perhatian pada sang anak, dan aku menyadari itu.

Lambat-laun, semua orang tua juga bakal nurut sama anaknya. Ya, itu benar banget. Ortuku memang menginginkan aku pintar dan menjadi sukses, tapi tergantung dariku sendiri dan sukses lewat jalan pilihanku sendiri. Bagiku mereka hebat, karena pada akhirnya tak pernah memaksa aku harus menjadi apa. Kadang aku sendiri heran, lho, Gaeess. Maksudnya apa, masa mudaku seakan disita, tapi pada akhirnya aku dibebaskan seperti ini?

Poin terpenting di sini, berkat ortu, aku jadi mandiri. Dari kecil, sudah terbiasa beli apa-apa sendiri. Hobby menabung terbawa hingga dewasa, dan aku lebih bisa menghargai uang hingga detik ini.

Kedua, aku terbebas dari pergaulan yang tak sewajarnya. Ngerti nggak, sih, aku pacaran itu nggak ada indah-indahnya. Gak pernah bertahan lama, karena aku garing, aku susah keluar rumah, para mantan hengkang dengan sendirinya ---> dari sini aku merasa beruntung, setidaknya aku jadi mengerti alasan logis ortu terlalu mengekang.

Ketiga, ketika kita mampu mengambil perhatian ortu dengan berbicara baik dan bijak, akan ada waktunya bagi mereka untuk mengerti sendiri dengan keadaan kita. Terbukti, ortuku kini menjadi sahabat/pendamping utama yang mendukung meraih kesuksesan (selalu menjadi penyuport terbaik, baik berupa materiil/non materiil) dalam usaha. Inget, ya, Gaeeess ... hukum timbal-balik itu ada. Jika dulunya kita bisa mengerti orangtua, kelaknya tentu orangtua bakal mengerti kita.

Setiap orang ditakdirkan macam-macam. Ada yang punya orangtua membebaskan segala tindak-tanduk anak, ada yang membebaskan tapi sedikit protektif, atau ada pula yang mungkin sama sepertiku, punya ortu yang dulunya over protektif.

Kembali lagi, Gaeeess. Kalau kita ingin dimengerti, kita ngalah dulu untuk mencoba mengerti. Kali deh, kalian punya ortu hampir mirip sifatnya sama ortuku. Inget-inget, aje ... doa orangtua paling mujarab, lho. Sekesal apapun kita pada sikapnya, jangan sampai berpikiran orangtua itu tega. Apalagi berkata yang menyakiti mereka. Percayalah bahwa sejatinya orangtua selalu mengarahkan untuk memberi yang terbaik pada anaknya.
NadarNadz
nona212
g.gowang
g.gowang dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.3K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.6KThread27.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.