RetnoQr3nAvatar border
TS
RetnoQr3n
[Cerbung] Langit yang Berbeda
Cerita Bersambung



Langit yang Berbeda
Retno Qren | Masnukho


PROLOG
Kamu tidak akan pernah mengetahui jalan hidup bagaimana yang telah menanti di sana. Kepedihan dan kesalahan adalah kerikil yang harus dilalui, bukan dihindari.


Jakarta, 2004
Lelaki itu menggeliat di tanah. Dari mulutnya keluar busa putih tercampur dengan cairan. Mata itu membulat sempurna dengan kornea hitam ke atas, menyisakan bagian putih yang terlihat. Badanya semakin mengejang. Semakin lama, bibirnya semakin biru. Pucat. Hingga akhirnya lelaki itu menutup mata dan terkulai lemah tak berdaya.

Gadis kecil berwajah oval itu keluar dari dalam lemari, menghampiri jenazah dengan langkah tertatih. Mata teduhnya tidak lepas dari tubuh yang terbujur kaku beberapa langkah di hadapan. Ia memberanikan diri mendekati, menggoyangkan tangan lelaki itu. Kembali menggerakkannya lebih keras, berharap ada jawaban dari gerakan itu. Namun, satu-satunya orang yang berada di sisinya tidak lagi bergerak.

Malam gelap tak lagi ditakutinya. Karena, hal yang paling menakutkan sudah terjadi dihadapan. Menusuk tepat di memori terdalam, membunuh keceriaan seorang anak. Menghilangkan tempat berteduh, merenggut paksa masa kecil bahagianya.

Tubuh anak itu bergetar. Bahunya naik turun diiringi dengan suara tangisan yang menyiratkan kepedihan. Ia belum mengerti artinya kehidupan, ia belum mengerti arti dari kemarahan. Satu hal yang ia tahu adalah kesedihan saat ditinggalkan oleh satu-satunya orang terbaik dalam hidup. Kini, langit tak lagi sama baginya. Ia harus hidup di langit yang berbeda.
***

Malang, 2004
Kompleks pesantren sedang dihebohkan dengan kejadian lima orang yang sakau bersama-sama. Pak Kiyai menatap awas kepada lima orang yang sedang diamankan. Mereka meracau tidak jelas. Badannya lentur bergerak, sesekali berontak seolah memiliki tenaga lebih. Kepalanya terangguk-terangguk-angguk seperti mengantuk. Ketika disiramkan air doa, mereka tampak kaget dan menggigil.

Tanpa disadari, seorang anak laki-laki kecil sedang berdiri di balik pintu aula. Sesekali ia mengintip melihat penanganan yang dilakukan. Kepanikan melanda isi pesantren. Tubuhnya gemetar ketakutan. Ia tidak menyadari apa yang telah dilakukan.
Satu yang dipahami, bahwa lima orang tersebut mengalami sakau setelah ia memberikan obat yang diminta diambilkan di kantor sang ayah. Tubuhnya melemas, dengan mendekap lutut, ia membenamkan wajah yang telah berurai air mata. Kini, ia hidup di langit yang berbeda.
***
Malang, 2019
Bukan hubungan seperti ini yang diinginkan oleh pemuda berkulit putih bersih itu. Dekat tapi tidak bisa memiliki. Sering melihat tapi tidak pantas menatap. Setiap kali berpapasan, tak mampu berbincang. Bagaikan pucuk pohon dengan akar, bersama tapi tak mungkin bertemu. Ia memilih untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang selalu dikagumi. Walapun hatinya terluka dan tersayat sepenuh jiwa.

Malam yang dingin dilalui pemuda berambut hitam tebal itu dengan kesendirian bersama sunyi. Pena di tangannya menari di atas kertas bergaris. Lewat sepotong syair, ia mengungkapkan suasana hatinya saat ini.
Quote:


Bersambung ...
Diubah oleh RetnoQr3n 17-12-2019 08:34
nona212
husnamutia
ummuza
ummuza dan 43 lainnya memberi reputasi
44
4.5K
121
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.