Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

beritaliarAvatar border
TS
beritaliar
USA Mundur Untuk Berperangan Dengan Iran
USA Mundur Untuk Berperangan Dengan Iran

Tesplay Berita - Pastinya USA tidak akan menggunakan kekuatan militer untuk membalas serangan rudal dan roket Iran ke basis pasukan mereka di Irak yang diluncurkan sebagai balasan atas kematian jenderal top Qasem Soleimani.

Sejumlah pihak menganggap sikap Trump itu di luar prediksi, karena tidak sedikit yang mengira AS akan merespons lewat serangan lebih dahsyat meski tidak satupun tentara mereka yang tewas akibat rudal Iran.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nostalgiawan Wahyudi menilai pernyataan dramatis Trump itu memalukan. Sebab, Trump baru menyatakan tak ingin berperang dengan Iran setelah pasukan AS berhasil membunuh Soleimani dan apa maksud dari semua ini ? menjadi sebuah pertanyaan yang besar.

Namun, Nostalgiawan mengatakan langkah itu diambil Trump bukan karena takut akan pembalasan Iran. Ia menganggap Trump memang tak memiliki uang untuk menggiring AS untuk berperang secara lebih luas lagi dengan Iran dan ini memang benar.
"Kita tahu bahwa operasi pembunuhan Soleimani diperintahkan Trump tanpa sepengetahuan dan persetujuan Kongres AS. Tanpa persetujuan Kongres AS, anggaran perang tidak akan pernah turun sehingga Trump tidak punya sumber dana untuk berperang lebih jauh dengan Iran," kata Nostalgiawan saat dihubungi CNNIndonesia.com pada Senin (13/1).

Sementara, di AS sendiri genderang perang terhadap Iran tidak bersambut, bahkan dikecam. Dewan Perwakilan AS mesti menggelar jajak pendapat demi mencegah Trump berperang dengan Iran.

Selain itu, protes publik AS terhadap pembunuhan Soleimani turut membuat Trump berpikir dua kali untuk terlibat konfrontasi militer lebih jauh lagi dengan Iran.

"Publik AS menolak, mereka tak ingin perang. Publik AS saya rasa dalam keadaan lelah untuk berkonflik. Ini yang juga masuk dalam pertimbangan Trump untuk akhirnya mundur dari konfrontasi dengan Iran," kata dia.

Nostalgiawan juga mensinyalir bahwa pembunuhan Soleimani hanya upaya Trump untuk mengalihkan isu pemakzulan yang tengah diproses di Senat.

Trump sengaja membuat keputusan dramatis dengan melakukan penyerangan terhadap Iran demi mengalihkan perhatian publik terutama para pendukung terhadap isu pemakzulan, dan banyak yang terperngaruh.

Meski tak memiliki modal yang cukup untuk adu kuat dengan Iran, Nostalgiawan menduga Trump tetap akan berupaya menekan Iran dengan serangkaian sanksi.

Ia menganggap Trump melihat sanksi dan embargo lebih efektif melemahkan rezim Iran dari dalam ketimbang harus berperang melalui jalur militer.

Iran Masih belum teralu kuat untuk memerangi amerika.
Di saat bersamaan, Iran juga menunjukkan sinyal untuk menurunkan tensi. Presiden Iran Hassan Rouhani sepakat bahwa satu-satunya solusi untuk mengakhiri krisis dengan AS adalah dengan penurunan eskalasi.

Akan tetapi, Nostalgiawan menilai Iran juga sama-sama tak memiliki sumber dan kapabilitas yang cukup jika harus berperang dengan AS.
Iran telah bersikap agresif dengan menyerang sejumlah basis militer dan kedubes AS di Irak dengan sejumlah rudal serta roket yang berjumlah sekitar belasan.

Namun, kata dia, serangan-serangan itu tak cukup membuat kalap AS lantaran belasan rudal dan roket Iran tak memakan korban atau kerusakan yang hebat, rudal yang diluncurkan terlalu sedikit.

Hal itulah yang membuat Iran berpikir dua kali untuk mengerahkan kekuatan militer.

Kenyataan pahit bahwa militer Iran tak sengaja menembak jatuh pesawat komersial Ukraina hingga menewaskan seluruh penumpang dan awak, dan ini menjadi tragedi untuk iran ditahun 2020

Insiden yang menimpa pesawat Ukraine International Airlines itu membuat pemerintahan Hassan Rouhani menghadapi rasa malu dan protes dari publik sendiri.

Senada dengan Nostalgiawan, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (UPH), Aleksius Jemadu, memprediksi Iran tak akan meluncurkan serangan lebih besar lagi untuk membalas AS setelah mengetahui bahwa alutsista mereka terbukti memiliki akurasi yang buruk.

Selain itu, menurut Aleksius perekonomian Iran yang melambat di tengah sanksi internasional membuat pilihan untuk mengerahkan opsi militer tidak lah mudah.

"Berperang itu membutuhkan modal dan perekonomian Iran sedang melemah membuat pilihan untuk meneruskan cara militer tidak gampang bagi Iran," kata Aleksius.

Meski begitu, keengganan kedua negara ini berperang bukan berarti menandai eskalasi AS-Iran berakhir.

Menurut dia, relasi AS-Iran akan kembali ke status quo, di mana kedua negara akan terus berselisih dan tak jarang saling melontarkan ancaman.

Semua akan kembali pada status quo di mana Iran ke depan akan terus memperluas pengaruh di kawasan dan lakukan proxy war, sementara AS akan sebisa mungkin menekan Iran dengan berbagai cara termasuk sanksi.

Diubah oleh beritaliar 15-01-2020 04:18
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
752
6
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.