Suku kreung adalah sebuah suku yang ada di Kamboja. Di sana memiliki tradisi yang sangat unik dalam memilih pasangan hidup, yaitu dengan membebaskan anak gadisnya, yang sudah berusia 15 tahun, untuk mencari sendiri pasangan hidupnya kelak.



Tradisi ini dilakukan setelah para gadis di buatkan pondok cinta oleh orang tuanya dan diketahui oleh para pemuka adat. Sebuah bangunan sederhana yang dibangun sementara, untuk proses pencaharian jodoh. Para pria akan datang satu-persatu ke dalam pondok, sampai si wanita menemukan calon yang menurutnya cocok untuk menjadi pendamping hidupnya.



Bahkan para pria bisa bermalam dan meniduri para wanita dalam gubuk cinta. Dan setiap malam para pria berdatangan ke pondok cinta bergantian setiap malam. Jika si wanita suka maka hubungan badan dilakukannya. Namun jika wanita menolak, maka si pria tidak boleh memaksakan kehendaknya, karena akan berurusan dengan pemuka agama dan sebuah hukuman. Dan biasanya di dalam pondok mereka berbicara dan menghabiskan waktu sepanjang malam, setiap hari pria yang datang berbeda-beda.

Tradisi ini memang terlihat sangat aneh dan unik, yang mana sebuah keperawanan bukan lagi sesuatu yang harus dipertahankan. Penduduk etnis kreung memang menghargai seks pra nikah, padahal di kebudayaan lain keperawanan yang hilang adalah noda hitam yang harus di kecam. Namun suku kreung justru menganggap lepasnya keperawatan adalah sebagai simbol kedewasaan dan kemandirian.



Tradisi ini dilakukan hingga pada saat ini. Namun demikian ada manfaatnya juga tradisi ini dijalankan, yaitu tingkat pemerkosaan dan perceraian tidak pernah terjadi di wilayah ini. Ikatan suami istri langgeng sampai akhir hayat.

Soal kriteria pemilihan pasangan diserahkan kepada para wanita tanpa campur tangan orang tua ataupun pemuka agama. Dan proses pencarian jodoh ini biasanya berlangsung sangat lama. Ada yang sampai beberapa tahun belum menemukan pendamping.